dengan nilai CAR perbankan yang dapat dilihat pada grafik diatas, BRI memiliki pola kecenderungan yang sama dengan industri
perbankan secara keseluruhan. Tetapi pada tahun 2010 nilai CAR pada industri perbankan menurun yaitu dari 17.42 persen pada tahun 2009
menjadi 17.18 persen pada tahun 2010, sedangkan nilai CAR BRI meningkat dari 13.20 persen pada tahun 2009 menjadi 13.76 persen.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio pembayaran deviden pada tahun 2009 sebesar 35 persen yang
ditentukan oleh manajemen BRI serta didukung juga oleh adanya
strategi manajemen untuk memperluas kredit berisiko rendah. 4.2.4
Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif REA
Rasio ini akan melihat persentase modal terhadap aktiva produktif yang digunakan bank. Rasio ini cenderung menurun pada
periode 2006-2009, namun meningkat pada 2010 dan 2011. Aktiva produktif terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia
dan bank lain, sekuritas, obligasi rekapitalisasi pemerintah, kredit, piutang, dan investasi dalam saham. Perhitungan nilai REA yang
dimiliki oleh BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan nilai REA BRI Miliar Rp
Deskripsi 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Total Ekuitas
16,879 19,438
22,357 27,257
36,673 49,820
Aktiva Produktif 139,038
169,091 228,781 299,063 379,696 432,647
REA 12.14
11.50 9.77
9.11 9.66
11.52
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Penurunan nilai REA terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 11.50 persen pada tahun 2007 menjadi 9.72 persen pada tahun
2008. Perkembangan nilai REA akan digambarkan pada Gambar 8. Peningkatan nilai aktiva produktif pada tahun 2008 menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan nilai REA menurun. Aktiva produktif meningkat 34.30 persen pada 2008 menjadi Rp. 228,8 triliun dari Rp
169,1 triliun pada tahun 2007. Total pinjaman BRI yang meliputi pembiayaan syariah memberikan kontribusi terbesar untuk aktiva
produktif.
Gambar 8. Perkembangan Nilai REA BRI 2006-2011 Penurunan nilai rasio REA diartikan bahwa ekuitas yang dimiliki
BRI mampu lebih efektif dalam menghasilkan aktiva produktif.
4.2.5 Rasio Likuiditas
Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Rasio
ini memperhatikan jumlah dana harian yang tersedia utuk mengantisipasi penarikan dana yang dilakukan nasabah. Nilai Assets
to Loan Ratio ALR BRI dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan nilai Assets to Loan Ratio BRI miliar Rp
Deskripsi 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Total Kredit
90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Total Aset
154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899 ALR
58.35 55.94
65.47 65.66
61.09 60.74
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Berdasarkan tabel di atas, jumlah total aset, total kredit dan nilai assets to loan ratio dapat diperjelas dalam bentuk diagram, pada
Gambar 9. Hasil dari perhitungan Assets to Loan Ratio ini menunjukkan angka yang berfluktuatif, perubahan terbesar terjadi
pada tahun 2008 yaitu meningkat dari 55.94 persen menjadi 65.47 persen.
12.14 11.5
9.77 9.11
9.66 11.52
2 4
6 8
10 12
14
2006 2007
2008 2009
2010 2011
REA
Gambar 9. Diagram Assets to Loan Ratio 2006-2011 Peningkatan pada tahun 2008 ini menandakan bahwa tingkat
likuiditas BRI lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai kredit yang meningkat sangat tinggi pada tahun 2008 menyebabkan likuiditas BRI
merendah karena tidak diimbangi dengan kenaikan total aset. Pengelolaan tingkat likuiditas bertujuan untuk memastikan
kecukupan dana harian dalam memenuhi kewajiban pada kondisi normal maupun kondisi krisis secara tepat waktu. Menurut Annual
Report BRI 2010, BRI melakukan monitoring secara harian atas kemungkinan besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah,
melakukan monitoring aset dan kewajiban yang akan jatuh tempo, serta menjaga aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
4.2.6 Rasio Solvabilitas
Rasio ini akan mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset
masih dapat ditutupi oleh capital equity atau untuk melihat kemampuan struktur modal bank dalam mencegah kebangkrutan.
Nilai Primary Capital yang dimiliki BRI dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan nilai Primary Ratio BRI Miliar Rp
Deskripsi 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Ekuitas
16.879 19.438
22.357 27.257
36.673 49.820
Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899
PR 10.91
9.54 9.09
8.60 9.07 10.60
Sumber : Annual Report BRI 2006-2010, Diolah
50.0 52.0
54.0 56.0
58.0 60.0
62.0 64.0
66.0
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
2006 2007
2008 2009
2010 2011
Total Kredit
Total Aset
ALR
Nilai Primary Ratio menunjukkan kecenderungan yang sama dengan Capital Ratio dan REA yakni, menurun pada periode 2006-
2009 dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada rasio ini penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu dengan nilai
10.91 persen pada tahun 2006 menjadi 9.54 persen pada tahun 2007. Hal ini berarti ekuitas jika dibandingkan dengan total asset yang
dimiliki mengalami kenaikan yang tidak seimbang secara signifikan terjadi pada tahun 2007.
4.3. Profitabilitas BRI
Rasio rentabilitas yang akan digunakan adalah Return on Equity ROE dan Return on Assets ROA. ROE akan mengukur kinerja
manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai.
ROA akan mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba sebelum pajak yang dihasilkan dari total aset yang
dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien pihak manajemen memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional. Nilai ROE dan
ROA yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan nilai ROA dan ROE BRI periode 2006-2011
Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ROA 4.36
4.61 4.18 3.73
4.64 4.93
ROE 33.75 31.64 34.5 35.22 43.83 42.49
Sumber : Annual Report 2006-2011, Diolah
Nilai ROE pada periode 2006-2011 terus mengalami peningkatan dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada periode 2006-2011
nilai terendah untuk ROE yang dimiliki BRI adalah sebesar 31.64 persen pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwa kinerja BRI pada 2006-2011
sangat baik karena nilai ROE yang dimiliki BRI masih berada di atas standar BI yaitu sebesar 12,5 persen. Mempertahankan pertumbuhan pendapatan
bunga bersih, menjaga kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi biaya operasional menjadi kontribusi kenaikan laba bersih di setiap
tahunnya, sedangkan kenaikan modal disebabkan untuk mengimbangi kenaikan jumlah kredit yang disalurkan bank agar menjaga tingkat
keamanan dan kesehatan bank. Meningkatkan nilai laba ditahan pada tahun sebelumnya dapat menjadi alternatif untuk menaikkan nilai modal.
Perkembangan nilai ROE dan ROA yang dimiliki oleh BRI periode 2006-2011 akan digambarkan oleh grafik pada Gambar 10.
Gambar 10. Perkembangan Nilai ROA dan ROE BRI 2006-2011 Nilai ROA mengalami penurunan pada peroide 2006-2009 dan
kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. BRI memiliki nilai laba sebelum pajak terus meningkat, namun peningkatan total aset yang salah
satunya disebabkan oleh kenaikan nilai kredit mengalami peningkatan yang lebih besar, sehingga nilai ROA menurun. Meskipun nilai ROA BRI
menurun pada periode 2006-2009 dengan nilai terendah yang pernah dimiliki BRI yaitu 3.12 persen pada tahun 2009, nilai ini tetap berada diatas
standar BI yaitu 1,25 persen untuk nilai ROA, sehingga dapat dikatakan keadaan profitabilitas BRI tergoleng sangat baik.
4.4. Analisis Korelasi antara Struktur Modal dengan Profitabilitas