Analisis Hubungan antara Struktur Modal dengan Profitabilitas PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank adalah salah satu perusahaan jasa yang menawarkan jasa keuangan bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui fungsi intermediasi tersebut perbankan menjadi sangat diandalkan untuk turut menciptakan kestabilan sistem keuangan.
Bank menjalankan perannya yang penting terhadap perekonomian negara, ketahanan suatu bank harus selalu diupayakan berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan struktur modal bank. Struktur modal merupakan suatu komposisi sumber dana yang dikelola oleh perbankan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya untuk memperoleh keuntungan seperti tingkat profitabilitas, keamanan dan kesehatan yang baik. Widodo (1995) menyatakan bahwa unsur struktur modal yaitu ekuitas dan aktiva produktif berpengaruh nyata terhadap nilai ROE sebagai rasio profitabilitas yang kemudian akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Pada tahun 2011 perbankan memiliki ketahanan yang tinggi dengan rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,53%. Perkembangannya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Perkembangan Posisi Modal, ATMR dan CAR Perbankan (Kajian Stabilitas Keuangan BI, September 2011)
(2)
Bank merupakan jenis perusahaan jasa yang spesifik sehingga struktur modal bank berbeda dengan struktur modal perusahaan pada umumnya, dimana struktur modal bank sebagian besar asetnya didapat dari pihak ketiga, sedangkan modal sendiri dari bank hanya sebagian kecilnya. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank, seperti untuk memberikan perlindungan kepada nasabah, mencegah terjadinya kejatuhan bank, dan sebagai indikator kekayaan bank (Siamat, 2005).
Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA merupakan empat bank terbesar dilihat dari nilai total aset yang dimiliki menurut Bank Indonesia. Berdasarkan nilai CAR sebagai rasio kecukupan modal, serta nilai ROE dan ROA sebagai rasio profitabilitas, BRI adalah bank yang memiliki tingkat profitabilitas yang paling tinggi, yaitu dilihat dari nilai Return on Equity
(ROE) dan Return on Assets (ROA) sebesar 43.83% dan 4.64%, Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai CAR, ROE dan ROA Tahun 2010 Empat Bank Terbesar
Nama Bank CAR ROE ROA
Bank Rakyat Indonesia 13.85% 43.83% 4.64%
Bank Mandiri 14.71% 32,87% 3.31%
Bank Negara Indonesia 20.64% 24.70% 2.5%
Bank Central Asia 17.20% 33.30% 3.5%
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank diolah.
Apabila dilihat dari nilai Capital Adequancy Ratio (CAR), BRI memiliki nilai yang paling rendah diantara ketiga bank lainnya karena adanya proses pengelolaan ekuitas yang dimiliki mampu dioptimalkan oleh BRI terhadap nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Oleh sebab itu, dalam industri perbankan perlu adanya pengelolaan struktur modal yang kemudian dinilai memiliki hubungan dengan profitabilitas.
(3)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, bank yang mempunyai jumlah modal besar diharapkan mampu memiliki kinerja yang lebih baik dari bank yang dengan jumlah modal kecil. Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar dapat membentuk struktur modal yang mengoptimalkan profitabilitas serta menjaga tingkat keamanan dan kesehatan bank.
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah
1. Bagaimana keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011? 2. Bagaimana keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011?
3. Bagaimana hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas BRI? 4. Unsur inti dari struktur modal apa yang memiliki hubungan paling kuat
dengan profitabilitas BRI?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah
1. Menganalisis keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011. 2. Menganalisis keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011.
3. Menganalisis hubungan antara struktrur modal dengan profitabilitas BRI. 4. Menganalisis unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan paling
kuat dengan profitbilitas BRI.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai dan manfaat kepada berbagai pihak yang membutuhkan terutama bagi pihak perusahaan seperti memberikan gambaran mengenai keadaan struktur modal, sehingga dapat pertimbangan perumusan struktur modal agar mengoptimalkan profitabilitas yang akan dicapai. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan referensi atau pedoman untuk penelitian selanjutnya.
(4)
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Pada saat melakukan penelitian, peneliti membahas mengenai struktur modal perbankan dengan melihat tiga parameter struktur modal perbankan yaitu Capital Ratio (CR), Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA). Penggambarkan keadaan struktur modal dan profitabilitas hanya dilihat dari tiga parameter di atas didukung oleh analisis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Hubungan struktur modal dengan profitabilitas, akan dilihat dari nilai korelasi yang dimiliki oleh unsur inti struktur modal yaitu modal saham, laba ditahan, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang dengan laba bersih. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan Bank BRI dari tahun 2006 sampai tahun 2011.
(5)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering disebut sebagai lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh pengusaha moneter terhadap kegiatan perbankan tidak terlepas dari perannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter (Siamat, 2005).
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service.
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa uangnya akan dikelola dengan baik. Pihak bank sendiri akan menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, mengelola dana dengan baik, mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh
(6)
tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 2. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tesebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan (Triandaru dan Budisantoso 2007).
2.2. Sumber Dana Bank
Menurut Sinungan dalam Dendawijaya (2005), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut:
2.2.1 Dana Pihak Kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)
Dana dari modal bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham. Dalam neraca bank, dana modal sendiri tertera dalam rekening modal dan cadangan yang tercantum pada sisi pasiva (liabilities). Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu:
(7)
1. Modal disetor. Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan yang dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik minat masyarakat.
2. Agio saham. Dana ini merupakan nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.
3. Cadangan-cadangan. Sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari. 4. Laba ditahan. Laba ini adalah laba milik para pemegang saham
yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank.
2.2.2 Dana Pihak Kedua
Dana Pihak Kedua merupakan dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut:
1. Call Money
Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan bank, jangka waktu call money
biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan, dan bahkan hanya beberapa hari saja.
2. Pinjaman Biasa Antar Bank
Pinjaman ini berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama. Pinjaman ini umumnya terjadi jika antar bank peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja sama dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang dengan tingkat bunga relatif lebih lunak.
(8)
3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga-lembaga keuangan tersebut berstatus LKBB. Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.
4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program. Pinjaman dari Bank Indonesia untuk jenis-jenis sektor tersebut dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
2.2.3 Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
1. Giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Deposito (time deposit)
Deposito atau simpanan jangka berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Menurut Siamat
dalam Dendawijaya (2005) dilihat dari sudut biaya dana, dana bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Kelebihan sumber dana ini adalah sifatnya yang dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap, karena penarikannya dapat diperkirakan dengan
(9)
berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga fluktuasinya dapat diantisipasi.
3. Tabungan (saving)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
2.3. Pengertian Dasar Stuktur Modal
Menurut Keown (2010) struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah saat campuran sumber dana tersebut tepat dengan memperhitungkan biaya modal jangka panjang komposit. Sumber dana yang meningkatkan biaya pendanaan tetap (hutang jangka panjang dan saham preferen) harus dikombinasikan dengan saham biasa dalam proporsi yang paling sesuai dengan pasar investasi.
Apabila campuran ini dapat dipertemukan, dengan menganggap yang lainnya konstan, harga saham perusahaan bisa dimaksimalkan. Struktur modal korporat dapat dipandang sebagai jumlah dolar absolut, masalah struktur modal yang sebenarnya adalah menyeimbangkan sumber-sumber dana dengan tepat.
2.4. Struktur Modal dalam Perbankan
2.4.1 Pengertian Modal Bank
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri dari:
1. Modal Inti
Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa pos
goodwill. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal.
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya sebesar 100% dari Modal Inti. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum, modal
(10)
pinjaman, pinjaman subordinasi, peningkatan nilai penyertaan modal.
Modal minimum untuk mendirikan sebuah bank umum ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp 3,00 Triliun. Dalam mengelola modalnya, bank dapat melakukan kegiatan penyertaan modal yaitu menanamkan dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Kegiatan penyertaan modal oleh bank merupakan salah satu bagian dari kegiatan penanaman dana bank untuk memperoleh pendapatan disamping kegiatan lainnya seperti penyaluran kredit, penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga, dan kegiatan pasar uang antar bank.
Kegiatan tersebut selain mendatangkan keuntungan, namun memiliki potensi risiko, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan peraturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan modal pada PBI nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Begitu pula dalam penyertaan modal pada pemberian kredit, harus dilakukan setinggi-tingginya sebesar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) (Siamat, 2005).
2.4.2 Fungsi Modal Bank
Menurut Dahlan Siamat (2005), modal bank sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu: fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan peraturan. Keseluruhan fungsi modal bank dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memberikan perlindungan kepada nasabah. 2. Mencegah terjadinya kejatuhan bank.
3. Memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris. 4. Memenuhi ketentuan permodalan minimum.
5. Meningkatkan kepercayaan masyarkat. 6. Menutupi kerugian aktiva produktif bank. 7. Sebagai indikator kekayaan bank.
(11)
2.5. Parameter Struktur Modal Bank
Terdapat tiga parameter dalam struktur modal dalam industri perbankan (Widodo, 1995):
1. Capital Ratio (CR)
Perbandingan antara ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit yang diberikan dengan total kredit yang diberikan. Ini menujukkan kemampuan struktur modal bank dalam menutup kemungkinan tidak kembalinya kredit.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat kecukupan modal bank dinyataka dengan suatu rasio yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Parameter ini merupakan unsur utama dalam pengukuran struktur modal bank. Penetapan CAR untuk perbankan Indonesia didasarkan dengan membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank (modal inti dan modal pelengkap) dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR aktiva neraca didapat dengan cara mengalikan nilai-nilai nominal item neraca dengan bobot risiko. Perhitungan ATMR tidak hanya menghitung aktiva yang tercantum pada neraca tetapi juga pada aktiva yang bersifat administratif.
Standar CAR yang berlaku secara internasional ditetapkan oleh
Bank for International Settlement (BIS) di Basle, Switzerland. Menurut kesepakatan tersebut ditetapkan bahwa setiap bank harus memenuhi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 8%. Namun demikian setiap negara diperkenankan melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapannya dengan memperhatikan kondisi perbanan di negara yang bersangkutan. Sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh BIS, Indonesia juga menetapkan peraturan mengenai permodalan perbankan yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
(12)
3. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Perbandingan antara modal ekuitas dengan aktiva produktif merupakan seluruh aktiva yang memiliki oleh bank dan digunakan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva ini terdiri dari kredit yang diberikan, penempatan dana pada deposito berjangka pada bank lain, penempatan dana pada call money, penanaman dana dalam surat-surat berharga yang meliputi surat-surat berharga jangka pendek yang digunakan sebagai cadangan sekunder dan surat berharga jangka panjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas bank, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal yang merupakan penanaman dana dalam bentuk saham secara langsung pada bank atau lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri.
2.6. Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan bank.
Adapun rasio yang dapat mengukur profitabilitas yaitu rasio profitabilitas. Rasio ini dapat mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2011).
2.7. Laporan Keuangan
Menurut Sudjaja dan Barlian (2003), laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/aktivitas tersebut. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang
(13)
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan dalam industri perbankan dapat menunjukkan kinerja manajemen bank per periode.
1. Laporan Neraca
Menurut Jumingan (2006) neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owner’s equity). Biasanya dibuat pada saat buku ditutup, yakni akhir bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun.
Menurut Keown (2004), neraca memberikan gambaran sesaat posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menyajikan kepemilikan aktiva, kewajiban, serta ekuitas pemegang saham dari para pemilik. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasikan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tertentu. Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber dana itu dibiayai. Dalam dunia perbankan, neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) keuangan bank pada tanggal tertentu.
Adapun yang disebut dengan aktiva produktif adalah bentuk penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang di beli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu (PBI No. 7/2/PBI/2005)
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan non-operasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
(14)
pendapatan serta jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Dendawijaya, 2005).
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Kukuh Indah Lestari (2005) dengan judul Pengaruh Sturktur Modal Terhadap Laba Bersih Pada Bank Rakyat Indonesia (periode 2000-2004). Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa ketiga parameter struktur modal perbankan yaitu CR, CAR dan REA berpengaruh terhadap laba bersih secara tidak nyata. Struktur modal yang paling efektif terhadap laba bersih adalah Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA).
Pada penelitian Joko W. Widodo (1995) dengan judul Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Bank Internasional Indonesia Periode 1992-1994. Penelitian ini menggambarkan keadaan struktur modal dengan parameter struktur modal perbankan yaitu CR, CAR, dan REA, serta menganalisis komponen struktur modal yaitu ekuitas dan aktiva produktif terhadap ROE dan nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Ekuitas memberikan pengaruh negatif terhadap ROE, sementara aktiva produktif berpengaruh positif. Kedua faktor tersebut merupakan unsur inti dari struktur modal.
(15)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank merupakan salah satu badan usaha yang mempunyai fungsi utama yaitu penghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus dana dan penyaluran dana untuk masyarakat yang mengalami defisit dana.
Struktur modal merupakan faktor yang penting untuk mengembangkan usaha serta mengurangi risiko keuangan. Perumusan struktur modal akan melihat nilai dari modal bank, dana pihak ketiga dan hutang yang diperhatikan untuk mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh.
Terdapat tiga parameter dalam struktur modal perbankan yaitu Capital Ratio (CR) yang merupakan rasio antara ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit dari total kredit yang diberikan, Capital Adequacy Ratio
(CAR) atau rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR), serta Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA) merupakan rasio antara ekuitas dengan aktiva produktif. Analisis terhadap tiga parameter struktur modal tersebut akan didukung pula oleh analisis rasio keuangan bank yang berhubungan dengan struktur modal diantaranya rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas digunakan untuk menggambarkan keadaan struktur modal dan profitabilitas bank.
Analisis yang dilakukan menggunakan analisis trend berfungsi untuk mengetahui perkembangan nilai yang menjadi unsur inti dari struktur modal dan perkembangan laba dan mendapatkan peramalan nilai-nilai tersebut tiga tahun kedepan. Adapun analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara unsur struktur modal dengan laba bersih. Analisis deskriptif dan Analisis rasio keuangan akan menggambarkan tingkat kesehatan dan ketahanan bank ditinjau dari sisi struktur modal yang diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan seputar struktur modal. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
(16)
Gambar 2.Kerangka Pemikiran Penelitian
Adapun alur pikir penelitian merupakan gambaran umum proses terstruktur dari jalannya penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.
Equity Dana Pihak Ketiga
Analisis Korelasi PT BRI (Persero), Tbk
Struktur Modal
Hubungan Struktur Modal Keadaan Struktur Modal
dan Profitabilitas
Profitabilitas BRI
Rekomendasi Kebijakan Struktur Modal Hutang
Analisis Rasio Keuangan
Parameter Struktur Modal Analisis Trend
Kecenderungan dan Proyeksi
(17)
Gambar 3.Alur Pikir Penelitian
17
Output :
1. Gambaran keadaan struktur modal Bank 2. Struktur Modal
mimiliki hubungan yang kuat dan signifikan terhadap profitabilitas PT Bank BRI, Tbk 3. Peningkatan Profitabilitas Outcome: Rekomendasi kebijakan Bank BRI untuk merumuskan Struktur Modal output Impact: Keputusan untuk merumuskan struktur modal untuk mengoptimalkan profitabilitas PT Bank
BRI, Tbk
Data dan Informasi:
1.Profil Perusahaan 2.Laporan Keuangan Perusahaan dan laporan tahunan (periode 2007-2011) Proses :
1.Analisis Regresi Berganda 2.Analisis Trend 3.Analisis Rasio
Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas
Parameter Kontrol
1. Kebijakan Pemerintah (BI) 2.Kebijakan
Perusahaan
Lingkungan Eksternal:
1. Kebijakan politik 2. Globalisasi
Input
Feedback
Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan:
1. Stabilitas Pendapatan 2. Manajemen Perusahaan 3. Kondisi Internal
Perusahaan
Faktor-faktor berpengaruh yang tidak
dapat dikendalikan: 1.Kondisi Perekonomian 2.Waktu
3.Penilaian Risiko
Permasalahan yang ada:
Struktur modal perlu diperhatikan manajemen bank untuk
menjga ketahanan dan kesehatan serta profitabilitas bank Pengumpulan data : Data Sekunder Studi Literatur
(18)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara keseluruhan termasuk Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Anak perusahaan dengan menggunakan data Annual Report. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012.
3.3. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data ini diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan yang telah dipublikasikan untuk periode 2006-2011 dan untuk menunjang kesempurnaan hasil penelitian, peneliti juga akan menggunakan data sekunder yang berasal dari studi literatur dan laporan penelitian seperti skripsi, thesis, dan jurnal ilmiah.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini memperoleh data sekunder kemudian diolah serta dianalisis dengan metode statistik. Statistik deskriptif bersifat menjelaskan data dalam ukuran-ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan karakteristik data dengan menyajikan data dalam tablet, grafik, ukuran pemusatan data, dan penyebaran data.
Metode Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kepada tiga parameter struktur modal perbankan yaitu CR, CAR, dan REA serta didukung oleh analisis rasio keuangan yaitu analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas untuk mengambarkan keadaan struktur modal dan profitabilitas BRI pada periode 2006-2011.
Metode Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis trend dan analisis regresi linier berganda yang menganalisis unsur-unsur inti struktur modal dan laba untuk mengetahui hubungan yang dimiliki struktur modal dengan laba (profitabilitas).
3.4.1 Analisis Deskriptif
1. Parameter Struktur Modal
(19)
a. Capital Ratio (CR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2010):
�� = � +� ℎ X 100% ... (1)
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini merupakan rasio kecukupan modal perbankan yang merupakan unsur penting dalam melakukan pengukuran struktur modal perbankan. Rasio ini menjadi standar kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI dengan nilai minimal 8%. CAR dirumuskan sebagai berikut:
���= ∑
∑ � 100% ... (2) c. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Rasio ini menunjukkan persentase ekuitas terhadap aktiva produktif yang digunakan untuk memperoleh laba, dapat dirumuskan sebagai berikut:
���= �
� X 100% ... (3)
2. Rasio Likuditas Bank
Analisis rasio likuiditas adalah analisis untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya, dari beberapa rasio yang ada, penelitian ini menggunakan salah satu jenis rasio likuiditas, yaitu Assets to Loan Ratio (ALR). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2010):
���= ∑
∑ X 100% ... (4)
3. Rasio Solvabilitas Bank
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.
(20)
(Kasmir, 2010). Salah satu rasio yang akan digunakan adalah
Primary Ratio. Rumus untuk mencari primary ratio adalah sebagai berikut.
Primary Ratio = � X 100% ... (5)
4. Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005). Rasio yang digunakan yaitu:
a. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari segi penggunaan aset. ROA dirumuskan sebagai berikut:
���= X 100% ... (6)
Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. (Dendawijaya, 2005).
b. Return on Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE dirumuskan sebagai berikut: ���= ℎ X 100% ... (7)
(21)
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank.
3.4.2 Analisis Trend
Analisis trend membutuhkan satu tahun yang akan digunakan sebagai dasar tahun untuk membandingkan laporan satu periode dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal. Kemudian dibuat dalam bentuk persentasi. Tahun dasar ini diperlukan sebagai pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Hasil dari analisis ini dapat melihat kecenderungan dan perkembangan perusahaan. Analisis trend dirumuskan sebagai berikut:
� = ���
���
� 100%
...
(8)Keterangan:
Rxi = nilai persentasi tahun ke – i
Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis (sumber dana/modal) dan laba.
Pxo = pos x dalam laporan keuangan pada tahun dasar (sumber dana/modal) dan laba.
3.4.3 Analisis Korelasi
Analisis korelasi berguna untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua peubah adalah negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti hubungan antara dua peubah adalah positif. Artinya, apabila salah satu peubah meningkat, maka peubah lainnya meningkat pula. Suatu hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1 atau |-1|. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila semakin mendekati 0 (nol). Ρ merupakan nilai korelasi antar peubah yang diteliti.
(22)
Hipotesis untuk menguji korelasi adalah : H0 : ρ = 0
Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti. H1 : ρ ≠ 0
Dimana ρ adalah korelasi antara 2 peubah.
Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Dengan daerah penolakan H0 adalah p-value< α (Irawan dan Astuti,
(23)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut “BRI”) didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan undang-undang No. 21 Tahun 1968 dan pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) No. 21 Tahun 1992 bentuk badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
BRI adalah salah satu bank umum terbesar di Indonesia yang memiliki prestasi yang sangat baik. Menurut Majalah SWA (April 2011) BRI adalah bank yang mencetak laba terbesar untuk tahun 2010 yakni Rp 11,4 triliun atau naik sebesar 56,98% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yaitu Rp 7,3 triliun. BRI berhasil mempertahankan predikat bank dengan pencapaian laba terbesar sejak tahun 2005.
4.1.1 Visi Misi Perusahaan
Visi Bank menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. BRI telah menetapkan tiga misi untuk mencapai visi perseroan,yaitu:
1. Melakukan praktik perbankan terbaik dengan prioritas pada layanan tersebut, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mendukung ekonomi rakyat.
2. Menyediakan pelanggan dengan layanan terbaik disampaikan melalui jaringan yang luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, sekaligus taat pada praktik Tata Kelola Perusahaan (TKP).
3. Menciptakan nilai yang optimal dan manfaat bagi para
stakeholder.
4.1.2 Fokus Bisnis
Sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1968, BRI memiliki komitmen untuk fokus pada layanan perbankan di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Komitmen ini tercermin dalam alokasi kredit untuk sektor yang mempengaruhi mata pencaharian
(24)
penduduk dan jasa keuangan lainnya bahwa Bank menawarkan kepada masyarakat.
4.1.3 Jaringan
Pada September 2011, BRI melayaninya pelanggan melalui lebih dari 7.000 outlet menyebar di seluruh Indonesia:
1. 1 Kantor Pusat 2. 18 Kantor Wilayah 3. 14 Kantor Audit Daerah
4. 424 Kantor Cabang (termasuk 1 unit khusus dan 3 kantor di luar negeri)
5. 480 Kantor Cabang Pembantu 6. 4.766 BRI Unit (Micro Outlet) 7. 854 Kas Counters
8. 1.195 Teras BRI
Sejak 2009, seluruh outlet BRI di atas yang terhubung secara
real time online dengan BRINETS. BRI juga menyediakan akses ke layanan perbankan melalui saluran elektronik;
1. 6.773 ATM terkait dengan ATM Bersama, ATM Prima, ATM Link, Cirrus, dan Maestro
2. 18.030 Electronic Data Captures (EDC) 3. 70 Mesin Setoran Tunai (CDM)
BRI juga didukung oleh sejumlah besar karyawan yang handal dan kompeten/profesional/berpengalaman. Saat ini mempekerjakan lebih dari 38.000 orang.
4.1.4 Produk dan Jasa BRI
Adapun produk dan jasa-jasa keuangan serta layanan yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain:
1. Produk Simpanan
Produk simpanan yang ditawarkan BRI antara lain adalah giro, tabungan dan deposito. Untuk lebih rinci akan dijelaskan mengenai masing-masing produk simpanan sebagai berikut:
(25)
a. BritAma
Tabungan BRItAma merupakan produk unggulan untuk merebut pasar dana pihak ketiga di perkotaan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi perbankan. Tabungan BritAma tersedia dalam mata uang rupiah dan mata uang asing. b. Giro BRI (GiroBRI)
Giro BRI terdiri dari dua jenis, yaitu Giro BRI rupiah dan Giro BRI valas. Giro BRI Rupiah merupakan simpanan pihak ketiga dalam mata uang rupiah, yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, dengan menggunakan warkat cek atau bilyet giro, surat perintah penarikan lainnya atau pemindahbukuan (overbooking). Nasabah giro dapat berasal dari nasabah perorangan maupun non-perorangan, seperti badan usaha (CV/PT/PMA), yayasan dan institusi atau badan usaha lainnya.
Giro BRI Valas merupakan simpanan pihak ketiga dalam valuta asing pada BRI yang setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Rekening Giro BRI Valas dibuka dalam mata uang selain rupiah seperti US Dollar, terbatas pada Euro, SGD dan Poundsterling, dimana terlebih dahulu harus disertakan surat izin untuk pembukaan rekening giro dengan mata uang tersebut. Untuk Giro BRI Valas tidak diperkenankan untuk mengeluarkan cek dan bilyet giro. Penarikan Giro BRI Valas dapat dilakukan dengan cara masuk ke rekening rupiah atau diambil tunai dengan kurs beli devisa, ditransfer ke rekening di bank dengan dikenakan biaya provinsi.
(26)
c. Simpedes
Simpedes merupakan simpanan pihak ketiga untuk segmen mikro. Target pasar utama dari produk ini adalah kalangan menengah ke bawah di wilayah pedesaan dan
sub-urban. Tabungan simpedes telah diakui dunia sebagai pelopor tabungan di sektor microfinance.
d. DepoBRI
DepoBRI adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Jangka waktu yang ditawarkan produk ini mulai dari 1 (satu) sampai 24 bulan. Keunggulan DepoBRI diantaranya adalah suku bunga yang kompetitif, tersedia dalam berbagai jenis pilihan mata uang, dapat dicairkan diseluruh unit kerja BRI dan dapat dijadikan sebagai agunan kredit (cash colateral).
e. Tabungan Haji
Tabungan haji adalah produk tabungan khusus bagi nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Produk ini membantu nasabah dalam mempersiapkan biaya penyelenggarakan ibadah haji (BPIH), baik BPIH biasa maupun BPIH khusus/haji plus.
f. BritAma Junio
BritAma Junio adalah tabungan yang memiliki tagret pasar khusus anak-anak yang berusia 17 tahun ke bawah, namun seiring dengan meningkatnya permintaan akan BritAma Junio, nasabah yang berusia di atas 17 tahun juga dapat memiliki produk ini. Tujuan dari tabungan ini adalah untuk memperkenalkan perbankan sejak dini dan menanamkan rasa gemar menabung kepada anak.
2. Produk Pinjaman
a. Kredit Mikro, produk pinjaman mikro BRI terdiri kupedes dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro. Kupedes adalah
(27)
kredit mikro BRI dengan plafon pinjaman sampai dengan Rp 100 Juta yang dilayani BRI unit dan Teras BRI. Sedangkan KUR mikro adalah kredit komersial yang diberikan kepada mereka yang memiliki kelayakan usaha (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan perbankan atau belum bankable.
b. Kredit Kecil/Ritel
Kredit ritel komersil yang dipasarkan oleh BRI berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelaku bisnis usaha kecil di semua sektor ekonomi. Selain produk kredit investasi dan kredit modal kerja, BRI memiliki alternatif skema kredit sesuai kebutuhan dan karakteristik usaha nasabah.
c. Kredit Konsumer
BRI membangun jaringan kerja operasional yang fokus melayani kredit konsumer melalui sentra kredit konsumer (SKK) dan Point of Sales (POS).
d. Kredit Program
Kredit Program BRI dibedakan menjadi Kredit Program Komersial (Commercial Program Loan), Kredit Program Bersubsidi (Subsidized Program Loan), dan Kredit Kelolaan (Channeling Loan), Kredit program komersil dan kredit program bersubsidi dicatat secara on-balance sheet, sedangkan kredit channeling dicatat secara off-balance sheet
karena BRI hanya memberikan jasa sebagai penyalur kredit yang bersumber dari dana pemerintah dan tidak memiliki risiko kredit.
Kredit program komersial ditujukan untuk debitur usaha mikro, kecil, dan koperasi yang layak dibiayai namun tidak bisa mendapatkan pembiayaan skema program bersubsidi atau komersial (belum bankable). Salah satu kredit program komersial adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
(28)
mengalami perubahan sangat pesat sejak pertama kali diluncurkan pada November 2007.
e. Kredit Menengah/Korporasi
Sasaran kredit ini adalah perusahaan swasta atau non-BUMN (Badan Usaha Milik Pemerintah) dengan besar pinjaman diatas Rp 50 miliar sampai dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK). Kredit ini terbagi dalam dua segmen utama yaitu Kredit Agribisnis dan Kredit Bisnis Umum (Non Agribisnis).
3. Jasa Perbankan
a. BRI Priority Banking
BRI prioritas merupakan kegiatan pelayanan dan jasa perbankan yang diberikan secara eksklusif kepada nasabah kalangan affluent dan high net worth individual, meliputi pelayanan dan jasa perbankan umum, jasa konsultasi perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, maupun perencanaan pensiun.
b. Cash Management System
Semakin ketatnya persaingan di perbankan dan semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis menuntut BRI untuk selalu dapat menyediakan fitur-fitur cash management yang relevan dan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi nasabah. Fitur-fitur Cash Management System BRI meliputi:
1) Account Information
2) Reporting
3) Transfer Antar Rekening BRI 4) Mass Fund Transfer
5) Payroll
6) Transfer Antar Bank 7) Bill Payment
(29)
8) Liquidity Management System (Pooling). Fitur transfer otomasits pada beberapa rekening milik client antara lain terdiri dari fitur Fixed Balance Account, Fitur Range Balance Account, Fitur Fill Defisit, Fitur Value Based Pooling, dan Fitur Target Balance Account.
c. Salary Crediting
Pembayaran gaji adalah fasilitas pengkreditan gaji secara otomatis dari rekening individu atau perusahaan ke rekening simpanan karyawan sesuai tanggal yang telah disepakati. d. Layanan Treasury
Aktivitas Treasury di BRI merupakan salah satu fungsi yang sangat strategis dalam pengelolaan aset dan kewajiban bank. e. Layanan Internasional
BRI menyediakan berbagai macam produk dan layanan untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah termasuk produk dan layanan trade finance. Trade Finance memberikan kontribusi terhadap bisnis BRI termasuk Fee-Based Income yang sangat mendukung upaya peningkatan pendapatan non bunga.
4.2. Struktur Modal BRI
Struktur modal BRI mengalami perubahan sejak tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Pemegang saham BRI memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Restrukturisasi modal BRI per 30 Juni 2003 yang timbul dari dana rekapitalisasi senilai Rp 29.063.531 untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Negara Republik Indonesia dari Rp 1.728.000 yang terdiri dari 1.728.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar saham, menjadi Rp 5.000.000 yang terdiri dari 5.000.000 lembar saham dengan nilai nominal yang sama per lembar sahamnya, serta sisa sebesar Rp 25.791.531 menjadi tambahan modal disetor.
(30)
2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000.000 menjadi Rp 500,00.
3. Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi 5.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham, menjadi Rp 15 triliun yang terbagi 30.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh) per saham.
4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003 sebesar Rp 1.386.616 untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30 Juni 2003.
5. Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp 24.699.387 terhadap tambahan modal disetor.
6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar :
a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar BRI dengan revisi sesuai denganUU No 8 tahun 1995 tentang “Pasar Modal” dan ketentuan-ketentuan lainnya.
7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646/PM/2003 tanggal 31 Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI sehubungan dengan IPO saham BRI dari 3.811.765.000 Seri B saham biasa yang terdiri dari 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham dan harga penawaran awal Rp 875 (rupiah penuh) setiap saham kepada masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober 2003. Dengan ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
4.2.1 Keadaan Struktur Modal BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mengelola sumber-sumber dana dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sumber dana
(31)
yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan hutang.
Puspopranoto (2004) menjelaskan bahwa bank mempunyai karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut:
a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modal/aktiva total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain (masyarakat). Pada umumnya rasio modal/aktiva dibawah indikator perbankan global (10%). Dengan rasio tersebut, berarti jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan harganya merosot 10% atau mengalokasikannya dalam bentuk kredit dan hanya 90% yang dibayar kembali, maka bank akan bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena kekeliruan dalam membuat langkah/kebijakan usaha akan berisiko besar.
b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan. Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada orang-orang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat.
Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh keuntungan untuk kepentingan pihak pemegang saham.
(32)
Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI
Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 bila dibandingkan dengan jumlah hutang maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode ini adalah 9,63% untuk komposisi ekuitas dan 90,37% untuk komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang kemudian dianggap hutang oleh bank.
Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode
50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00
2006 2007 2008 2009 2010 2011
T
riliu
n
R
p
(33)
2011, jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36% dari tahun 2007 dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai Rp 285,41 triliun.
Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan penghimpunan dana pada BRI selama periode 2006-2011. Kedua kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro, koperasi dan ritel. Pada periode 2006-2011 BRI menyalurkan kredit per tahun rata-rata sebesar 79.37% dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI
Tahun Kredit terhadap DPK (%) NPL (%)
2006 96.02 4.81
2007 68.82 3.44
2008 79.94 2.80
2009 81.29 3.52
2010 74.02 2.78
2011 76.13 2.30
Rata-Rata 79.37 3.28
Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan penyaluran kredit terhadap jumlah dana yang dihimpun. Nilai NPL
(34)
sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode 2006-2011 nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu 5%. Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk kategori kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp) Deskripsi Jumlah Rata-Rata Proporsi
Ekuitas Modal Saham 6.161 2%
Laba Ditahan 19.287 6%
Modal Lainnya 3.290 1%
Hutang Total DPK 237.626 79%
Kewajiban Lain 32.915 12% Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode 2006-2011 mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas. Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah sebesar 79% dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal
2% 7% 1%
79% 11%
Modal Saham laba ditahan Modal lainnya Total DPK kewajiban lainnya
(35)
Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal. Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit. Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan didukung oleh beberapa rasio keuangan.
4.2.2 Capital Ratio (CR)
Capital Ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit yang disalurkan. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai CR BRI pada periode 2006-2011.
Tabel 4. Perhitungan Nilai Capital Ratio BRI (Miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Kredit
yang diberikan 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Penghapusan
kerugian kredit yang diberikan
6.718 6.958 8.005 11.368 13.991 15.952
Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820
CR (%) 26.14 23.16 18.85 18.56 20.51 23.04
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, diolah.
Nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2009 cenderung menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Secara umum, penurunan rasio disebabkan karena peningkatan pemberian kredit tidak sebanding dengan kenaikan ekuitas dan penghapusan kerugian kredit. Penurunan ini dapat diartikan bahwa kemampuan struktur modal BRI dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit menurun pada periode 2006-2009, namun kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 6.
(36)
Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI 2006-2011
Pada periode 2006-2008 penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai CR yaitu sebesar 18.85 persen sedangkan pada tahun 2007 BRI memiliki nilai CR sebesar 23.16 persen. Penurunan ini disebabkan oleh nilai pada komponen kredit yang diberikan sedang mengalami kenaikan terbesar pada periode 2006-2011, dimana pada tahun 2007 nilai kredit yang diberikan sebesar Rp 113,97 triliun meningkat menjadi Rp 161,11 triliun pada akhir tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 41.36 persen. sedangkan pada tahun tersebut kenaikan ekuitas yang terjadi hanya sebesar 15.02 persen dengan nilai Rp 19,44 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 22,35 triliun pada tahun 2008.
4.2.3 Capital Adequancy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. CAR juga sering disebut sebagai rasio kecukupan modal yang harus dipenuhi oleh bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu PBI No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dengan perbaharuan yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 yang berisikan mengenai bank dengan kriteria khusus tertentu harus memasukkan risiko pasar dalam perhitungan CAR dengan memasukkan komponen modal pelengkap tambahan.
Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul karena adanya pergerakan faktor pasar yang meliputi suku bunga dan nilai
26.14
23.16
18.85 18.56 20.51
23.04
0 5 10 15 20 25 30
2006 2007 2008 2009 2010 2011
CR (%)
(37)
tukar yang berlawanan dengan posisi yang dimiliki BRI baik posisi yang ada di neraca. Instrumen keuangan yang berbasis suku bunga memiliki risiko karena terdapat potensi perubahan suku bunga yang akan membawa dampak ke arus kas di masa depan. Risiko nilai tukar merupakan risiko yang timbul karena adanya gap posisi valuta asing yang dimiliki BRI yang tercermin dalam Posisi Devisa Neto (PDN) BRI.
Secara umum, nilai CAR BRI telah memenuhi standar kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yaitu memiliki nilai CAR minimal 8 persen. Dengan memiliki nilai CAR diatas 8 persen, dapat diartikan bahwa BRI sudah berada dalam kategori bank yang sehat selama periode 2006-2011. Perhitungan CAR pada periode 2006-2011 pun telah memasukkan nilai risiko pasar sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang baru. Perhitungan CAR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut Grafik perkembangan dan perbandingan Nilai CAR yang dimiliki BRI dan Nilai CAR yang dimiliki sektor Perbankan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan Nilai CAR BRI dengan Perbankan
BRI memiliki nilai CAR yang berfluktuatif pada periode 2006-2011. Cenderung menurun pada tahun 2006-2008 dengan nilai masing-masing yaitu 18.82 persen, 15.84 persen, 13.18 persen dan kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2009-2011 yaitu dari 13.20 persen kemudian 13,76 persen dan menjadi 14.96 persen. Bila dibandingkan
18.82
15.84
13.18 13.2 13.76 14.96
0 5 10 15 20 25
2006 2007 2008 2009 2010 2011
(38)
dengan nilai CAR perbankan yang dapat dilihat pada grafik diatas, BRI memiliki pola kecenderungan yang sama dengan industri perbankan secara keseluruhan. Tetapi pada tahun 2010 nilai CAR pada industri perbankan menurun yaitu dari 17.42 persen pada tahun 2009 menjadi 17.18 persen pada tahun 2010, sedangkan nilai CAR BRI meningkat dari 13.20 persen pada tahun 2009 menjadi 13.76 persen. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio pembayaran deviden pada tahun 2009 sebesar 35 persen yang ditentukan oleh manajemen BRI serta didukung juga oleh adanya strategi manajemen untuk memperluas kredit berisiko rendah.
4.2.4 Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Rasio ini akan melihat persentase modal terhadap aktiva produktif yang digunakan bank. Rasio ini cenderung menurun pada periode 2006-2009, namun meningkat pada 2010 dan 2011.
Aktiva produktif terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, sekuritas, obligasi rekapitalisasi pemerintah, kredit, piutang, dan investasi dalam saham. Perhitungan nilai REA yang dimiliki oleh BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan nilai REA BRI (Miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Ekuitas 16,879 19,438 22,357 27,257 36,673 49,820 Aktiva Produktif 139,038 169,091 228,781 299,063 379,696 432,647
REA 12.14% 11.50% 9.77% 9.11% 9.66% 11.52%
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Penurunan nilai REA terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 11.50 persen pada tahun 2007 menjadi 9.72 persen pada tahun 2008. Perkembangan nilai REA akan digambarkan pada Gambar 8.
Peningkatan nilai aktiva produktif pada tahun 2008 menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai REA menurun. Aktiva produktif meningkat 34.30 persen pada 2008 menjadi Rp. 228,8 triliun dari Rp 169,1 triliun pada tahun 2007. Total pinjaman BRI yang meliputi pembiayaan syariah memberikan kontribusi terbesar untuk aktiva produktif.
(39)
Gambar 8. Perkembangan Nilai REA BRI 2006-2011
Penurunan nilai rasio REA diartikan bahwa ekuitas yang dimiliki BRI mampu lebih efektif dalam menghasilkan aktiva produktif.
4.2.5 Rasio Likuiditas
Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Rasio ini memperhatikan jumlah dana harian yang tersedia utuk mengantisipasi penarikan dana yang dilakukan nasabah. Nilai Assets to Loan Ratio (ALR) BRI dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan nilai Assets to Loan Ratio BRI (miliar Rp) Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Kredit 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899
ALR (%) 58.35 55.94 65.47 65.66 61.09 60.74
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Berdasarkan tabel di atas, jumlah total aset, total kredit dan nilai
assets to loan ratio dapat diperjelas dalam bentuk diagram, pada Gambar 9. Hasil dari perhitungan Assets to Loan Ratio ini menunjukkan angka yang berfluktuatif, perubahan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu meningkat dari 55.94 persen menjadi 65.47 persen.
12.14
11.5
9.77
9.11 9.66
11.52
0 2 4 6 8 10 12 14
2006 2007 2008 2009 2010 2011
(40)
Gambar 9. Diagram Assets to Loan Ratio 2006-2011
Peningkatan pada tahun 2008 ini menandakan bahwa tingkat likuiditas BRI lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai kredit yang meningkat sangat tinggi pada tahun 2008 menyebabkan likuiditas BRI merendah karena tidak diimbangi dengan kenaikan total aset.
Pengelolaan tingkat likuiditas bertujuan untuk memastikan kecukupan dana harian dalam memenuhi kewajiban pada kondisi normal maupun kondisi krisis secara tepat waktu. Menurut Annual Report BRI 2010, BRI melakukan monitoring secara harian atas kemungkinan besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah, melakukan monitoring aset dan kewajiban yang akan jatuh tempo, serta menjaga aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
4.2.6 Rasio Solvabilitas
Rasio ini akan mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset masih dapat ditutupi oleh capital equity atau untuk melihat kemampuan struktur modal bank dalam mencegah kebangkrutan.
Nilai Primary Capital yang dimiliki BRI dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan nilai Primary Ratio BRI (Miliar Rp) Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899
PR 10.91% 9.54% 9.09% 8.60% 9.07% 10.60%
Sumber : Annual Report BRI 2006-2010, Diolah
50.0% 52.0% 54.0% 56.0% 58.0% 60.0% 62.0% 64.0% 66.0% 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Kredit Total Aset ALR
(41)
Nilai Primary Ratio menunjukkan kecenderungan yang sama dengan Capital Ratio dan REA yakni, menurun pada periode 2006-2009 dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada rasio ini penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu dengan nilai 10.91 persen pada tahun 2006 menjadi 9.54 persen pada tahun 2007. Hal ini berarti ekuitas jika dibandingkan dengan total asset yang dimiliki mengalami kenaikan yang tidak seimbang secara signifikan terjadi pada tahun 2007.
4.3. Profitabilitas BRI
Rasio rentabilitas yang akan digunakan adalah Return on Equity
(ROE) dan Return on Assets (ROA). ROE akan mengukur kinerja manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai. ROA akan mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total aset yang dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien pihak manajemen memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional. Nilai ROE dan ROA yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan nilai ROA dan ROE BRI periode 2006-2011
Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 2011 ROA(%) 4.36 4.61 4.18 3.73 4.64 4.93 ROE(%) 33.75 31.64 34.5 35.22 43.83 42.49 Sumber : Annual Report 2006-2011, Diolah
Nilai ROE pada periode 2006-2011 terus mengalami peningkatan dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada periode 2006-2011 nilai terendah untuk ROE yang dimiliki BRI adalah sebesar 31.64 persen pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwa kinerja BRI pada 2006-2011 sangat baik karena nilai ROE yang dimiliki BRI masih berada di atas standar BI yaitu sebesar 12,5 persen. Mempertahankan pertumbuhan pendapatan bunga bersih, menjaga kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi biaya operasional menjadi kontribusi kenaikan laba bersih di setiap
(42)
tahunnya, sedangkan kenaikan modal disebabkan untuk mengimbangi kenaikan jumlah kredit yang disalurkan bank agar menjaga tingkat keamanan dan kesehatan bank. Meningkatkan nilai laba ditahan pada tahun sebelumnya dapat menjadi alternatif untuk menaikkan nilai modal.
Perkembangan nilai ROE dan ROA yang dimiliki oleh BRI periode 2006-2011 akan digambarkan oleh grafik pada Gambar 10.
Gambar 10. Perkembangan Nilai ROA dan ROE BRI 2006-2011
Nilai ROA mengalami penurunan pada peroide 2006-2009 dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. BRI memiliki nilai laba sebelum pajak terus meningkat, namun peningkatan total aset yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan nilai kredit mengalami peningkatan yang lebih besar, sehingga nilai ROA menurun. Meskipun nilai ROA BRI menurun pada periode 2006-2009 dengan nilai terendah yang pernah dimiliki BRI yaitu 3.12 persen pada tahun 2009, nilai ini tetap berada diatas standar BI yaitu 1,25 persen untuk nilai ROA, sehingga dapat dikatakan keadaan profitabilitas BRI tergoleng sangat baik.
4.4. Analisis Korelasi antara Struktur Modal dengan Profitabilitas
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji korelasi adalah:
H0 : ρ = 0 : Tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti. H1 : ρ ≠ 0 : Ada korelasi antara peubah yang diteliti.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
2006 2007 2008 2009 2010 2011
ROA ROE
(43)
Daerah penolakan H0 adalah p-value < α (Iriawan dan Astuti, 2006).
Analisis ini memperoleh nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat. Nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat dapat melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara keduanya. Adapun nilai korelasi dapat ditingkatkan menjadi beberapa kelas, yakni:
Tabel 9. Interpretasi Nilai Korelasi
Nilai Korelasi Interpretasi 0 0,01-0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75-0,99 1 Tidak berkorelasi Korelasi sangat rendah Cukup
Kuat Sangat kuat
Korelasi sempurna
Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan software
MINITAB 16. Hasil dari analisis korelasi ini dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 dibawah ini menunjukkan nilai korelasi antar peubah struktur modal dengan peubah profitabilitas. Peubah yang akan dilihat tingkat keeratannya adalah laba bersih sebagai peubah terikat serta modal saham, laba ditahan, modal lainnya, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang lainnya sebagai peubah bebas.
Tabel 10. Nilai korelasi dan p-value antar peubah
Peubah Laba
Bersih Modal Saham Laba ditahan Modal Lainnya DPK Modal Saham
Nilai Korelasi 0.669
p-value 0.146
Laba Ditahan
Nilai Korelasi 0.997 0.685
p-value 0.000 0.133
Modal Lainnya
Nilai Korelasi 0.680 0.132 0.673
p-value 0.137 0.803 0.143
DPK Nilai Korelasi 0.950 0.856 0.951 0.529
p-value 0.004 0.030 0.004 0.281
Hutang Lain
Nilai Korelasi 0.502 -0.215 0.492 0.651 0.287
p-value 0.310 0.683 0.321 0.162 0.581
(44)
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 10, nilai korelasi dan p-value antara unsur ekuitas yaitu modal saham, laba ditahan dan modal lainnya terhadap laba bersih masing-masing sebesar 0.669 dan 0.146 untuk modal saham, 0.997 dan 0.000 untuk jumlah laba ditahan serta 0.680 dan 0.137 untuk modal lainnya, sedangkan nilai korelasi dan p-value antara unsur hutang yaitu jumlah dana pihak ketiga dan hutang lainnya terhadap laba bersih adalah 0,050 dan 0.004 untuk jumlah DPK serta 0.502 dan 0.310 untuk hutang lainnya. Nilai korelasi kelima peubah terhadap laba bersih menunjukkan tanda positif yang artinya bila terjadi peningkatan pada peubah bebas, maka peubah terikat akan meningkat pula dan apabila peubah bebas menurun maka jumlah peubah terikat akan menurun juga.
4.4.1 Hubungan Modal Saham dengan Laba Bersih
Berdasarkan nilai korelasi yang dimiliki modal saham sebesar 0.669 menujukkan tingkat korelasi yang kuat dan positif, artinya modal saham memiliki hubungan searah dengan laba bersih, meningkatnya modal saham, maka laba bersih akan meningkat pula, namun karena nilai p-value yang dimiliki modal saham yaitu sebesar 0.146 atau lebih besar dari α, maka dapat ditarik kesimpulan hubungan korelasi yang dimiliki oleh modal saham dengan laba bersih tidak signifikan atau tidak nyata hubungannya.
Saham BRI terdiri dari 3.811.765.000 seri B saham biasa pada 2003 dengan pembagian 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 per lembar saham dan harga penawaran awal Rp 875 per lembar saham yang ditawarkan kepada masyarakat berlaku sejak tanggal 31 Oktober 2003. Modal saham merupakan modal inti yang dimiliki BRI. Nilai dari modal saham BRI pada periode 2006-2011 mengalami peningkatan dengan rata-rata jumlah modal saham sebesar Rp 6,2 triliun.
(45)
Pada tahun 2010, para pemegang saham BRI menyetujui rencana kepemilikan saham oleh pekerja dan manajemen melalui Program Penjatahan Saham (Employee Stock Allocation (ESA)) dan pemberian opsi pembelian saham kepada manajemen (Management Stock Option Plan (MSOP)) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Program kepemilikan saham oleh pekerja (ESA) terdiri dari program pemberian saham bonus (Bonus Share Plan), program penjatahan saham dengan diskon (Share Purchase at Discount) dan program penjatahan saham tambahan (Additional Share Grant), sedangkan program kepemilikan saham oleh manajemen (MSOP) ditujukan untuk direksi dan pekerja pada posisi atau jabatan tertentu. Biaya dan diskon atas program ESA dan MSOP menjadi tanggungan BRI yang bebannya bersumber dari cadangan yang telah dibentuk. Biaya kompensasi MSOP diakui sebagai opsi saham bagian dari ekuitas.
4.4.2 Hubungan Laba Ditahan dengan Laba Bersih
Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk menunjang kegiatan operasional bank. Laba ini merupakan unsur struktur modal yang mendominasi jumlah ekuitas yang dimiliki BRI, artinya dalam usaha menambah nilai ekuitas untuk meningkatkan keamanan, ketahanan, serta kesehatan bank, BRI mengandalkan jumlah laba ditahan yang selalu ditingkatkan setiap tahunnya.
Nilai korelasi yang dimiliki oleh laba ditahan dengan laba bersih adalah senilai 0.997 menunjukkan tingkat korelasi yang sangat kuat dan positif, artinya jika jumlah laba ditahan meningkat maka jumlah laba bersih juga akan meningkat. P-value yang dimiliki antara laba ditahan dengan laba bersih adalah sebesar 0.000 atau lebih kecil dari α senilai 0.05, artinya hubungan yang sangat kuat antara laba
(46)
ditahan dengan laba bersih signifikan atau nyata hubungannya pada taraf nyata 5 persen.
4.4.3 Hubungan Modal Lainnya dengan Laba Bersih
Modal lainnya terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan. Agio saham merupakan selisih dari jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham sedangkan cadangan-cadangan merupakan sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari. Kontribusi nilai modal lainnya pada total jumlah struktur modal termasuk nilai yang paling kecil yaitu sebesar 1 persen.
Nilai korelasi yang dimiliki oleh modal lainnya dengan laba bersih adalah sebesar 0.680 dengan p-value sebesar 0.137, artinya antara modal lainnya dengan laba bersih memiliki korelasi yang kuat dan positif sehingga apabila jumlah modal lainnya meningkat, maka jumlah laba bersih akan meningkat juga, namun hubungan korelasi tidak signifikan karena p-valuelebih besar dari α sebesar 0.05.
4.4.4 Hubungan DPK dengan Laba Bersih
Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dihimpun oleh bank dalam bentuk giro, tabungan ataupun deposito. Sumber dana ini merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Pada periode 2006-2011 BRI memiliki rata-rata jumlah dana pihak ketiga sebesar 79 persen dari total struktur modal yang memberikan kontribusi terbesar pada struktur modal BRI. Dana pihak ketiga merupakan kewajiban yang mudah dicairkan dan bersifat jangka pendek. Pengelolaan dana pihak ketiga ini sebaiknya memperhatikan kemungkinan sejumlah nasabah bank bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain, sehingga dana ini tidak hanya digunakan untuk penyaluran kredit, tetapi juga memberikan kesempatan kepada nasabah menarik kembali uangnya setiap saat.
(47)
Peningkatan jumlah dana pihak ketiga akan digunakan untuk ekspansi penyaluran kredit dan kegiatan lainnya. Seiring dengan berkembangnya penyaluran kredit, profitabilitas BRI juga akan meningkat. Kegiatan penyaluran dana selain mendatangkan keuntungan juga memiliki potensi risiko, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan peraturan mengenai kehati-hatian dalam pemberian kredit, yaitu harus dilakukan setinggi-tingginya sebesar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Nilai korelasi antara DPK dengan laba bersih adalah sebesar 0.95. Nilai ini menunjukkan tingkat korelasi yang sangat kuat dan positif, artinya jika DPK meningkat, maka laba bersih juga akan meningkat dan jika DPK menurun, maka laba bersih yang dihasilkan oleh BRI juga akan menurun. P-value sebesar 0.004 atau lebih kecil dari α yaitu senilai 0.05 menyatakan bahwa hubungan yang sangat kuat antara DPK dengan laba bersih signifikan atau berhubungan nyata pada taraf nyata 5 persen.
4.4.5 Hubungan Hutang Lainnya dengan Laba Bersih
Nilai hutang lainnya terdiri dari pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain. Sumber dana dari hutang lainnya ini adalah dana pihak kedua yang merupakan dana pinjaman dari pihak luar. Sifat dari hutang lainnya ini adalah kewajiban jangka menengah dan kewajiban jangka panjang. Kontribusi jumlah hutang lainnya pada total struktur modal adalah sebesar 12 persen.
Nilai korelasi antara hutang lainnya dengan laba bersih adalah sebesar 0.502 menunjukkan tingkat korelasi yang kuat dan positif, artinya jika nilai hutang lainnya meningkat maka laba bersih akan meningkat, namun p-value yang dimiliki oleh hutang lainnya dengan laba bersih sebesar 0.310 atau lebih besar dari α yaitu 0.05, sehingga hubungan keeratan yang kuat antara hutang lainnya dengan laba bersih tidak signifikan atau tidak nyata pada taraf nyata 5 persen.
(1)
Lampiran 2. Perbandingan nilai MAPE, MAD, dan MSD pada Analisis Trend
Modal Saham Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 0,0614 0,02660 0,0614 0,01492
MAD 3,7778 1,63810 3,7814 0,91823
MSD 19,1365 3,77143 19,1642 1,50640
Laba Ditahan Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 19 6 4 2
MAD 2.985 779 805 545
MSD 11.954.604 628.400 1.309.276 657.369
Modal Lainnya Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 4,9 3 4.8 -
MAD 153,4 95,1 152,2 -
MSD 38.050,6 14.270 37.615,4 -
DPK Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 4 4 9 5
MAD 8000 8120 19.370 9297
MSD 77.621.704 77.164.858 496.566.832 119.216.485
Hutang Lainnya Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 27 17 25 25
MAD 7719 4538 7522 8139
MSD 88.259.054 31.652.755 87.915.856 87.591.476
Laba Bersih Linear quadratic eksponential growth S-Curve
MAPE 15 4 8 5
MAD 1042 279 623 655
(2)
Lampiran 3. Rekapitulasi Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Laba Bersih
Alat Analisis Keterangan
Parameter Struktur Modal CR merupakan rasio antara ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit
dengan total pinjaman.
Analisis Deskriptif
Untuk menggambarkan keadaan struktur modal dan profitabilitas pada PT BRI (persero), Tbk CAR adalah rasio kecukupan modal yang dinilai antara modal dengan ATMR
REA merupakan rasio antara ekuitas dengan aktiva produktif
Rasio euangan Bank PR adalah rasio
ALR
Analisis Trend Untuk mengetahui kecenderungan
dan mengetahui proyeksi pada periode berikutnya.
ROE ROA
Analisis Korelasi dengan MINITAB
Untuk menganalisis hubungan struktur modal terhadap laba bersih.
Analisis Parameter Struktur Modal Rasio Keuangan Kesimpulan dan Saran
Analisis Deskriptif
CR (%) 2007= 26.14 2008= 23.16 2008= 18.85 2009= 18.56 2010= 20.51 2011= 23.04
CAR (%) 2006= 18.82 2007= 15.84 2008= 13.18 2009= 13.20 2010= 13.76
2011=14.96
REA (%) 2006= 12.14 2007= 11.50 2008= 9.77 2009= 9.11 2010 = 9.66
2011=11.52
ALR (%) 2006= 58.35 2007= 55.94 2008= 65.47 2009= 65.66 2010= 61.09
2011=60.74
PR (%) 2006= 10.91 2007 = 9.54 2008 = 9.09 2009 = 8.60 2010 = 9.07
2011=10.60
ROA (%) 2006 = 4.36 2007 – 4.61 2008 – 4.18 2009– 3.73 2010– 4.64
2011=4.93
ROE (%) 2006 – 33.75 2007 = 31.64 2008 – 34.58 2009 – 35.22 2010- 43.83 2011=42.49
Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis terhadap parameter struktur modal
dan rasio keuangan terkait, struktur modalBRI tergolong baik.
2. Profitabilitas yang dicapai BRI tergolong sangat baik.
3. Hubungan struktur modal dengan profitabilitas dari hasil
analisis korelasi memiliki hubungan yangsangat kuat dan positif secara nyata dengan taraf nyata 5%
4. Unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan yang
paling kuat dengan laba bersih adalah laba ditahan.
Analisis Trend (Nilai Proyeksi (Rp Triliun)) Modal saham: 2012: 6,17 2013: 6,17 2014: 6,17 Laba ditahan: 2012: 53,76 2013: 70,81 2014: 90,56 Modal lainnya: 2012: 4,1 2013: 4,66 2014: 53,43 DPK: 2012: 436,46 2013: 494,72 2014: 553,52 Hutang lainnya: 2012: 67,47 2013: 93,42 2014: 125,41 Laba Bersih: 2012: 20,25 2013: 26,32 2014: 33,35 Analisis korelasi
• Berdasarkan hasil Analisis Korelasi menujukkan bahwa laba ditahan dan DPK memiliki
hubungan dangan laba bersih
• Laba ditahan memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif dengan laba bersih pada taraf
nyata 5%
• DPK memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif dengan laba bersih pada taraf nyata 5%
• Laba ditahan memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan DPK
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan menambah variabel independen yang dapat mewakili struktur modal dengan menggunakan alat analisis dan program yang berbeda untuk mengatahui
(3)
Lampiran 4. Daftar Glosarium
Glosarium
Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu
Analisis Rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi
Analisis Trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank
Bank merupakan lembaga keuangan sebagai tempat perusahaan menyimpan uang atau menitipkan uangnya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang ada di bank seperti rekening giro, dan rekening tabungan.
Cadangan Laba merupakan bagian dari laba perusahaan yang didak dibagi ke pemegang saham pada periode ini, tetapi sengaja dicadangkan perusahaan untuk laba periode berikutnya.
Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu diketahui besarnya estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan risiko yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga.
Capital Ratio merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yng terjadi karena bunga gagal ditagih
Kas merupakan uang tunai yang dimiliki perusahaan dan dapat segera digunakan setiap saat.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
(4)
Lanjutan Lampian 4. Daftar Glosarium
Laba Ditahan (laba yang belum dibagi) merupakan laba atau keuntungan perusahaan yang belum dibagi untuk periode tertentu.
Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Modal (Equity) merupakan hak yang dimiliki perusahaan. Komponen modal yang terdiri dari modal disetor, agio saham, laba ditahan, cadangan laba, dan lainnya.
Modal Disetor merupakan setoran modal dari pemilik perusahaan dalam bentuk saham dalam jumlah tertentu.
Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.
Primary Ratio merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai, atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan ekuitas
Surat-surat Berharga merupakan harta perusahaan yang ditanamkan dalam bentuk kertas berharga dan jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
(5)
Lampiran 5. Data Laporan Keuangan yang digunakan (Miliar Rp)
(miliar rupiah) 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Aktiva 154,725 203,735 246,077 316,947 404,286 469,899 Aktiva Produktif 139,038 169,091 228,781 299,063 379,696 432,647
Total Modal 16,879 19,438 22,357 27,257 36,673 49,820
Modal Saham 6,143 6,159 6,163 6,165 6,167 6,167
Laba Ditahan 7,439 9,978 13,325 17,835 27,123 40,020
Modal Lainnya 3,297 3,301 2,869 3,257 3,383 3,633
Laba Sebelum
Pajak 5,907 7,780 8,882 9,891 14,908 18,755
Laba Bersih 4,258 4,838 5,958 7,308 11,472 15,088
CAR 18.82% 15.84% 13.18% 13.20% 13.77% 14.96%
ROA 4.36% 4.61% 4.18% 3.73% 4.64% 4.93%
ROE 33.75% 31.64% 34.50% 35.22% 43.83% 42.49%
NPL 4.81% 3.44% 2.80% 3.52% 2.78% 2.30%
Total Kredit 90,283 113,973 161,108 208,123 246,964 285,410
Penghapusan Kredit 6,718 6,958 8,005 11,368 13,991 15,952
Hutang 137,847 184,297 223,720 289,690 367,612 420,079
Giro 27,864 37,162 39,923 50,094 77,364 76,263
Tabungan 27,864 72,300 88,077 104,563 125,990 152,643
Deposito 38,297 56,138 73,538 101,371 130,298 146,007
Total DPK 94,025 165,600 201,538 256,028 333,652 374,913
Kewajiban Lainnya 43,822 18,697 22,182 33,662 33,960 45,166 Sumber : Annual Report 2010 dan neraca publikasi Desember 2011
(6)
RATU AYOMI SINAR SANDYO. H24080130. Analisis Hubungan antara Struktur Modal dengan Profitabilitas PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Di bawah
bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan perannya yang penting terhadap perekonomian negara, ketahanan suatu bank harus selalu diupayakan berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengelola struktur modal bank dengan baik. BRI merupakan bank umum yang memiliki prestasi sangat baik sebagai bank yang mencetak laba terbesar sejak tahun 2005. Bank yang mempunyai jumlah modal besar diharapkan mampu memiliki kinerja yang lebih baik dari bank yang jumlah modal kecil. Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar dapat membentuk struktur modal yang mengopimalkan profitabilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis keadaan struktur modal pada tahun 2006-2011 (2) Menganalisis keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011 (3) Menganalisis hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas BRI (4) Menganalisis unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan paling kuat dengan profitabilitas BRI. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa data laporan keuangan BRI periode 2006-2011, studi literatur, dan laporan penelitian berupa skripsi, thesis dan jurnal. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan analisis trend. Alat pengolahan data yang digunakan adalah MINITAB 16 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan keadaan struktur modal yang dimiliki BRI cenderung mengalami penurunan pada periode 2006-2009 dan kembali membaik pada tahun 2010 dan 2011. Hal ini disebabkan oleh keadaan perekonomian global dan dunia sedang mengalami krisis pada tahun 2008. Meskipun keadaan struktur modal BRI sempat mengalami penurunan, namun BRI berhasil mempertahankan tingkat keamanan dan kesehatannya yang ditandai oleh nilai-nilai rasio yang masih diatas standar minimum. Keadaan profitabilitas yang digambarkan oleh rasio ROE pada periode 2006-2011 lebih memiliki kecenderungan meningkat pada tahun 2006-2010 adalah 32.49 persen, 31.32 persen, 33.48 persen, 34.57 persen, 41,46 persen dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2011 yaitu menjadi 42.49 persen. Manajemen BRI selalu berusaha untuk meningkatkan nilai ROE karena nilai ini akan menjadi salah satu daya tarik investor pasar modal. Nilai ROA yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 meskipun sempat mengalami penurunan, namun nilainya tetap berada diatas 1.5 persen yang menjadi standar untuk nilai ROA.
Hasil dari analisis korelasi diketahui bahwa unsur struktur modal yang memiliki tingkat keeratan yang sangat kuat dan nyata adalah laba ditahan dan jumlah DPK. Unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan yang paling kuat dengan laba bersih adalah laba ditahan dengan nilai korelasi yang lebih besar dan dengan p-value yang lebih kecil daripada DPK.