3.4.3. Analisis Diskriminan Spektrum Reflektansi Pada Lamun
Analisis dilakukan untuk menentukan spektrum panjang gelombang yang mampu memisahkan nilai spektral untuk setiap spesies lamun. Adapun analisis
yang digunakan adalah analisis diskriminan Discriminant analysis yang merupakan salah satu teknik statistik yang biasa digunakan pada hubungan
dependensi hubungan antarvariabel yang sudah dapat dibedakan variabel respon dan variabel penjelas Mattjik dan Sumertaja, 2011. Model analisis diskriminan
adalah sebuah persamaan yang menunjukan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen yaitu :
D = b + b
1
X + b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ …..+ b
k
X
k
Keterangan : D = Skor diskriminan b = Koefisien diskriminan atau bobot
X = Prediktor atau variabel independen
3.4.4. Analisis Koresponden Antara Spektrum Panjang Gelombang Dengan Reflektansi Lamun
Analisis dilakukan untuk melihat kedekatan antara spektrum panjang gelombang dengan spesies lamun yang diinterpretasikan dalam plot dua dimensi.
Baris ke-i menunjukan informasi spesies lamun yang terdiri atas empat variabel, yaitu Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium,
Cymodocea serrulata . Kolom j menunjukan variabel spektrum panjang
gelombang. Matriks data berupa tabel kontingensi yang mempertemukan n baris dan p kolom yang berisi n i,j, hal ini berarti jumlah individu memiliki variabel i
dan j secara bersama Bengen, 2000.
Tabel 3. Matriks data pengolahan analisis korespondensi
Spesies lamun 1 …………… j …………p
S pe
kt ru
m pa
n ja
ng
g el
om b
ang
1 ……… i……
. n
n i, j
22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Komunitas Lamun di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau yang memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun, yang saling terkoneksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Menurut Mardesyawati dan Anggraini 2007, di Kepulauan Seribu ditemukan delapan jenis spesies lamun. Spesies tersebut
meliputi Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, H. minor, Syringodium isoetifolium,
dan Thalassia hemprichii
Padang lamun yang terdapat di Pulau Panggang tergolong mixed spesies yaitu terdapat banyak spesies pada satu area padang lamun. Terdapat 6 jenis
lamun di Pulau Panggang yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis
, Halophila ovalis, Syiringodium isoetifolium, dan Cymodocea serrulata
, namun hanya ditemukan empat jenis spesies lamun pada transek kuadrat dari dua titik stasiun seperti Enhalus acoroides, Cymodocea serulata,
Halodule uninervis , dan Syringodium isoetifolium dengan persen penutupan total
berkisar antara 10 - 90. Pengambilan data spektral dilakukan pada transek kuadrat yang memiliki persen penutupan total ≥ 50. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa informasi spektral yang terambil berasal dari vegetasi lamun. Hasil pengukuran kualitas air dan analisis substrat di perairan Pulau
Panggang ditampilkan pada Tabel 4. Nilai salinitas perairan di Pulau Panggang memiliki kisaran 31-33 ‰, kisaran ini masih dalam batas toleransi kisaran
salinitas hidup lamun. Salinitas merupakan kadar garam yang terlarut di dalam air.
Salinitas dapat mempengaruhi proses reflektansi dari adanya molekul-molekul garam yang terlarut dalam air laut. Lamun merupakan tumbuhan yang memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap salinitas mulai dari perairan estuari dengan salinitas 10 ‰ hingga mencapai 45 ‰. Meskipun pada salinitas rendah dan tinggi
lamun dapat mengalami stress dan mati pada salinitas 45 ‰ Hemminga dan Duarte, 2000.
Suhu perairan di Pulau Panggang memiliki kisaran suhu berkisar antara 30- 33 °C, kisaran suhu tersebut masih dalam kisaran toleransi hidup lamun terutama
di daerah tropis. Suhu perairan mempengaruhi proses reflektansi karena adanya kepadatan molekul air yang berbeda pada setiap suhu perairan.
Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air di Pulau Panggang No
Parameter Pulau Panggang
Baku Mutu Air Laut KMNLH, 2004
1 Salinitas ‰
31-33 33-34
2 Suhu °C
30-33 28-30
3 Oksigen Terlarut mgL
9.42 5
4 Kekeruhan NTU
1.72 ≤ 30
Kandungan oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi dari udara, pada lokasi penelitian ini
nilai kandungan oksigen terlarutnya sebesar 9,42 mgL. Nilai kandungan oksigen terlarut tersebut termasuk dalam standar baku mutu air laut yaitu di atas 5 mgL
KMNLH, 2004. Kekeruhan adalah jumlah dari butiran-butiran zat yang tergenang dalam air
yang disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut di dalam air. Kekeruhan mengambarkan sifat optik air yang ditentukan