Hasil Analisa Bivariat HASIL PENELITIAN

intervensi, tekanan darah sistolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 141,33mmHg dengan standar deviasi 9,904, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 122,00 mmHg dengan SD 10,823. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -19,333 dengan standar deviasi 11,629. Hasil uji statistik nilai P= 0,000. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,73 Eta 0,14 , menurut Woodrow, 2014 menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 86,00 mmHg dengan standar deviasi 9,103, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 74,67 mmHg dengan SD 7,432. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -11,333 dengan satndar deviasi 12,459. Hasil uji statistik nilai P= 0,003. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,45 Eta 0,14 , menurut Woodrow 2014 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah. 4. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini : Tabel 5.6 GambaranPerbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol n=15 Variabel Paired Difference P Value t Eta Mean SD Mean SD 95 CI TDS Pretest 146,00 12,421 2,000 13,732 – 5,605 - 9,605 0,582 0,564 0,02 Posttest 148,00 12,649 TDD Pretest 89,33 13,345 ,667 13,345 – 6,724 - 8,507 0,849 0,193 0,002 Posttest 90,00 15,119 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, tekanan darah sistolik sebelum adalah 146,00 mmHg dengan standar deviasi 12,421, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 148,00 mmHg dengan SD 12,649. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 2,000 dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik nilai P= 0,582. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 89,33 mmHg dengan standar deviasi 13,345, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 90,00 mmHg dengan SD 15,119. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah0,667 dengan satndar deviasi 13,345. Hasil uji statistik nilai P= 0,849. 5. Perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaantekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini : Tabel 5.7 Gambaran Perbedaan Selisih RerataTekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol 95 CI P value T Eta Mean SD Mean SD TDS -19,33 11,629 2,00 13,732 -30,851 – -11,816 0,001 -4,592 0,429 TDD -11,33 12,459 0,67 13,345 -21,656 – -2,344 0,017 -2,546 0,187 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan hasil tabel 5.7 rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg , sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000, dapat diartikan pada alpha 5 terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,429 Eta 0,14 , menurut Woodrow, 2014 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol. Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5 terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,187 Eta 0,14 , menurut Woodrow, 2014 menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kontrol. BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang akan dipaparkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu, mengetahui karakteristik responden, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui karakteristik responde, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, dan mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. A. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini adalah usia, berat badan, jenis kelamin. 1 Usia Dilihat darihasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa rata-rata usia 65 responden pada kelompok intervensi adalah 70,13 tahun dengan usia termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79 tahun. Sedangkan rata-rata usia responden pada kelompok kontrol adalah 78,47 tahun dengan usia termuda adalah 61 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun. Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto 2007 bahwa antara responden pada kelompok usia 25-35 tahun ibandingkan dengan umur 56-65 tahun, terbukti bahwa umur 56-65 tahun memiliki faktor resiko hipertensi lebih tinggi dengan nilai p= 0,0001. Menurut penelitian Lewa 2010 yang juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terdapat suatu faktor resiko kardiovaskular pada hipertensi sistolik sebesar 1 dari populasi usia 55 tahun di Amerika Serikat, 5 pada usia 60 tahun, 12,5 pada usia 70 tahun dan 23,6 pada usia 75-80 tahun . Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut yang berusia ≥ 60 tahun. Hal ini dikarenakan kejadian hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Jagadeesh 2013 peningkatan tekanan darah pada usia lanjut disebabkan karena berkurangnya elastisitas arteri sentral. Peningkatan tekanan darah diastolik disebabkan karena konstriksi dari penyempitan arteri, sedangkan peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena menurunnya kemampuan distensi dari pelebaran arteri, terutama pada aorta. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan pada usia lanjut diantaranya adalah aterosklerosis, dimana elastisitas jaringan ikat hilang dan terjadi penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume darah yang dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer Smeltzer, 2001. Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti bahwa usia 60 tahun lebih banyak mengalami resiko kardiovaskular dan mengalami hipertensi dikarenakan terjadi perubahan struktural dan fungsional pada lansia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi peningkatan tekanan darah terutama pada usia lanjut. 2 Berat Badan Dilihat hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan berat badan terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa rata- rata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62 kg dengan berat badan terendah adalah 48 kg dan berat badan tertingi adalah 70 kg. Sedangkan rata-rata berat badan responden pada kelompok kontrol adalah 55,33 kg dengan berat badan terendah adalah 45 kg dan berat badan tertinngi adalah 80 kg. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto 2007 dimana yang mengalami resiko hipertensi adalah responden yang memiliki obesitas. Responden obesitas yang mengalami hipertensi terdapat 51 orang 32,9 dan yang tidak mengalami hipertensi 30 orang 19,4 dengan p= 0,007. Penelitian yang dilakukan oleh Diana 2015 menyatakan bahwa individu yang memiliki obesitas mengalami hipertensi sebanyak 48 orang dari total 61 responden. Sedangkan yang mengalami berat badan normal yang mengalami hipertensi sebesar 31 dari total 85 responden. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa berat badan mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian Lilyasari 2007 disebutkan bahwa pada lebih dari 50 subyek terjadi penurunan tekanan diastolik sebesar 1-2 mmHg dan pada tekanan diastolik terjadi penurunan sebesar 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan. Berat badan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Individu dengan obesitas cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan normal wilson, 2009. Hipertensi dan obesitas saling berkaitan erat, walaupun mekanisme obesitas yang berhubungan dengan hipertensi masih belum jelas. Tekanan darah akan meningkat jika terjadi peningkatan curah jantung dan tahanan perifer Peripheral resistance. Jumlah lemak dan distribusi lemak juga menentukan resiko yang berhubungan dengan obesitas. Lemak abdominal atau lemak viseral berhubungan dengan resiko penyakit kardiovaskular. Kenaikan tekanan darah dikaitkan dengan penumpukan lemak yang dapat mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi peningkatan kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk memasok oksigen dan makan ke jaringan-jaringan tubuh sehingga menyebabkan tekanan arteri meningkat Marliana Tantan, 2007. Peneliti berpendapat bahwa salah satu yang mempengaruhi tekanan darah adalah berat badan. Seseorang yang mengalami obesitas lebih cenderung mengalami hipertensi dibandingkan berat badan yang normal. Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan penurunan berat badan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian bahwa sebanyak 50 subyek terjadi penurunan sistolik sebesar 1-2 mmHg dan diastolik 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan. 3 Jenis Kelamin Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa jenis kelamin responden pada kelompok intervensi adalah 80 responden perempuan dan 20 responden laki-laki. Sedangkan jenis kelamin responden pada kelompok kontrol terdapat 86,7 responden adalah perempuan dan 13,3 responden adalah laki-laki. Total seluruh responden adalah 30 responden, 83 responden adalah perempuan sedangkan 16,7 responden adalah laki-laki. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif 2013 menyatakan bahwa responden yang memiliki jenis kelamin wanita yang memiliki hipertensi sebesar 53,57 sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang memiliki hipertensi sebesar 46,51 pada usia ≥ 60 tahun. Peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi tekanan darah yang dapat dikaitkan dengan usia individu. Terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hubungannya antara usia dan tekanan darah sistolik. Pria memiliki tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan wanita selama dewasa awal dan dewasa tengah, sedangkan wanita cenderung memiliki tingkat tekanan darah sistolik lebih tinggi setelah dekade keenam Joseph, 2008. Setelah menopause, hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada pria, dengan 41 dari wanita menopause mengalami hipertensi. Di seluruh dunia, wanita dewasa yang mengalami hipertensi sebesar 25. salah satu mekanisme peningkatan tekanan darah pada wanita menopause adalah aktivasi sistem renin angiotensin SAR. Pada wanita postmenopause terjadi peningkatan aktivitas renin plasma, yang menunjukan aktivitas SAR. Selain itu, mungkin terdapat komponen genetik dari SARyang memberikan kontribusi untuk hipertensi pada wanita menopause, seperti polimorfisme gen renin dan tertentu yang terkait dengan hipeertensi pada wanita yang berusia 40 tahun sampai 70 tahun tapi tidak pada pria. Dengan demikian, SAR dapat berkontribusi dalam mekanisme hipertensi namun bukan sebagai satu-satunya mediator. sebaliknya, aktivasi SAR disebabkan oleh mediasi androgen yang meningkatkan angiotensinogen dan bisa menyebabkan peningkatan endhotelin, sebagai Ang II merangsang sintesis endotelin. Peningkatan endotelin juga merupakan faktor disfungsi endotel yang terjadi pada penuaan. Pada akhirnya, kedua endotelin dan Ang II dapat berkontribusi teerhadap stress oksidatif. Akibat dari stress oksidatif adalah pengurangan NO. Pada wanita pascamenopause peningkatan stress oksidatif sebagai penanda pada wanita pascamenopause. Stress oksidatif telah terbukti dapat meningkatkan tekanan darah dengan mengurangi bioviabilitas vasodilator yaitu NO Lima, 2012. Menurut Lippincott 2008 Pengurangan produksi bioavailabilitas NO dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kontriksi dan menghambat vasodilatasi. Blokade sintesis NO dengan inhibitor akan menaikan tekanan darah.

2. ANALISA BIVARIAT

a. Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol Perbedaan tekanan darah lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, memiliki rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg dengan standar deviasi 11,629 , sedangkan pada kelompok kontrolrata- rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000, dapat diartikan pada alpha 5 terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai Eta 0,429 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol. Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg dengan standar deviasi 12,459 , sedangkan pada kelompok kontrolrata- rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg dengan standar deviasi 13,345. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5 terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Margiyati 2010 menyatakan bahwa setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu pada kelompok perlakuan dan ditemukan adanya perbedaan bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan arteri rata-rata antar kelompok dengan p 0,05. Darmojo 2006 menjelaskan bahwa peningkatan oksigen dan glukosa dapat untuk membentuk ATP dapat dilakukan dengan olahraga. Olahraga menyebabkan pembuluh darah mengalami pelebaran vasodilatasi serta terbukanya pembuluh darah yang belum terbuka sehingga aliran darah ke sel dan jaringan meningkat. Hal ini juga sesuai dengan teori Smolin 2009 yang menjelaskan bahwa olahraga aerobik seperti senam jantung sehat seri 1 dapat menurunkan resiko atherosklerosis dengan memperkuat otot jantung dimana denyut jantung mengalami penurunan dan mengurangi kerja jantung. Hal itu bisa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan level kolesterol HDL yang sehat dalam darah, yang keduanya mengurangi resiko atherosclerosis.

b. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 19,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,000 dan nilai Eta 0,73. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 11,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darahdengan nilai P= 0,003 dan nilai Eta 0,45. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, Rata- rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -2,000. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,582. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -0,667. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,849. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian margiyati 2010 dalam thesis nya bahwa senam dapat menurunkan tekanan darah sistolik,tekanan darah diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Moniaga 2013 bahwa senam bugar lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Namun dari hasil penelitian Moniaga 2013 tekanan darah diastolik responden mengalami peningkatan dengan p=0,436. Hal ini disebakan menurut Kellen dan Tran 2001 menyatakan bahwa peningkatan dan penurunan tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh lamanya waktu istirahat sebelum dan setelah dilakukan senam serta besar dan lamanya penggunaan oksigen maksimum saat senam dilakukan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Dalimartha 2007 yang menjelaskan bahwa peningkatan kegiatan fisik atau berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko stroke, serangan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg serta pengaruh dari penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah olahraga. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 2 mmHg, dapat mengurangi resiko terhadap stroke sampai 14-17 dan menurunkan resiko terhadap penyakit kardiovaskular sebesar 9. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan penurunan tahanan perifer. Pendapat peneliti didukung oleh teori yang menyatakan bahwa penurunan tahanan perifer dijelaskan dari beberapa mekanisme yaitu aktivitas sistem saraf simpatik, respon vaskular, hiperinsulinemia dan resistensi insulin, serta sistem renin-angiotensin yang akhirnya akan menurunkan tekanan darah.

3. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Adanya responden yang drop out dalam waktu penelitian selama 3 minggu dikarenakan responden ada yang mengalami sakit saat proses penelitian berlangsung. Responden yang drop out sebanyak 3 orang b. Peneliti tidak bisa menghomogenkan secara keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya yaitu responden yang diambil terdiri dari laki-laki dan perempuan, dikarenakan jumlah responden yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi terbatas. c. Dalam pelaksanaannya PSTW sudah rutin melakukan senam. kelompok dalam penelitian ini diantaranya terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Oleh karena itu, Karena berbagai keterbatasan dari SDM lansia di PSTW terseb utntuk kelompok kontrol tidak diberikan intervensi sebagai pembanding senam jantung sehat yang dilakukan oleh kelompok intervensi.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Usia responden pada kelompokintervensi didapatkan bahwa proporsi responden berada pada usia 60-79 tahun dengan rata-rata usia responden 70,13 tahun dan proporsi berat badan antara 48-70 kg dengan rata-rata berat badan responden adalah 62 kg serta proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. Sedangkan pada kelompok kontrol proporsi responden berada pada usia 61-85 tahun dengan rata- rata usia responden 78,47 tahun dan proporsi berat badan antara 45-80 kg dengan rata-rata berat badan responden adalah 55,3 kg serta proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. 2. Tekanan darah rata-rata pada lansia dengan hipertensi pada kelompok intervensi saat pretest adalah 141,33 86 mmHg dan saat posttest adalah 12274,67 mmHg. Tekanan darah lansia pada lansia saat pretest lebih tinggi daripada tekanan darah posttest. 3. Tekanan darah rata-rata pada lansia dengan hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest adalah 146 89,33 mmHg dan saat posttest adalah 14890 mmHg. Tekanan darah lansia pada lansia saat pretest lebih rendah daripada tekanan darah saat posttest. 77 4. Tekanan darah pada kelompok intervensi diperoleh P value TDS 0,000 dan p value TDD 0,003 maka P value 0,05, yang artinya terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh P value TDS 0,582 dan p value TDD 0,849 maka P value 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh pada kelompok kontrol. 5. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi diperoleh selisih TDS adalah -19,33 dan pada kelompok kontrol selisih TDS adalah 2 dengan P value 0,000. Pada kelompok kontrol diperoleh TDD adalah -11,33 dan pada kelompok kontrol selisih TDD adalah 0,67 dengan P value 0,017. Oleh karena itu, dari hasil tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

B. Saran

1. Bagi klien Bagi lansia yang sudah tahu pengaruhnya senam terhadap tekanan darah terutama senam jantung sehat , agar rutin menjalani senam tanpa disuruh petugas panti atau perawat. 2. Bagi institusi keperawatan Memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan tentang manfaat senam terhadap tekanan darah kepada lansia agar pengetahuan lansia meningkat sehingga sikap senam secara teratur dapat dijalankan lansia. 3. Bagi peneliti selanjutnya - Untuk peneliti selanjutnya, pemilihan responden dilakukan dengan melakukan homogen pada semua faktor yang mempengaruhi. Sehingga meminimalkan bias. - Untuk kelompok kontrol diusahakan untuk mendapatkan perlakuanintervensi jika disuatu tempat penelitian sudah pernah dilakukan senam. DAFTAR PUSTAKA Arif, Djaufar ., Rusnoto., Hartinah , Dwi 2013. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Pusling Desa Kumplit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. JIKK Vol.4. No.2 Aziza, Lucky 2007. Hipertensi: The Silent Killer. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia. Bafirman 2007. Buku Ajar Fisiologi Olahraga. Padang : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Baradero, Mary 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC Brown et al 2006. Exercise Physiology : Basic of Human Movement in Health and Disease. Baltimore: Lippcott Williams Wilkins Cengage Learning Dalimartha, S, dkk. 2008. Care Your Self: Hypertension. Jakarta : Penebar Plus dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa Kumplit UPT Puskesmas Depkes RI 2014. Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Dewi, Sofia Rhosma 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Elizabeth, J. Corwin 2009. Patofsiologi. Jakarta : EGC Fakhrudin, Hanif dan Nisa, Khairun 2013. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Gula Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan La njut Usia Tresna Werdha ‘Natar Lampung Selatan. Medical Journal Of Lampung University.

Dokumen yang terkait

Hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (pstw) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

0 14 127

Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

2 31 106

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta.

1 7 15

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta.

2 7 16

PENGARUH SENAM TERA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU Pengaruh senam tera terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Pabelan Kartasura.

0 5 14

PERBANDINGAN SENAM JANTUNG SEHAT DENGAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI GRADE I DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT.

1 1 45

View of PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WALANTAKA

0 0 8

PENGARUH PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

0 0 18

6 EFEKTIVITAS SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

0 0 7

6 EFEKTIVITAS SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

0 1 7