Hasil Analisa Bivariat HASIL PENELITIAN
                                                                                intervensi, tekanan darah sistolik sebelum melakukan intervensi senam jantung  sehat  adalah  141,33mmHg  dengan  standar  deviasi  9,904,
sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 122,00 mmHg dengan SD  10,823.  Rata-rata  perbedaan  nilai  tekanan  darah  sistolik  sebelum
dan sesudah intervensi  adalah  -19,333 dengan standar deviasi  11,629. Hasil  uji  statistik  nilai  P=  0,000.  Dari  segi  kekuatan  pengaruhnya,
didapatkan  nilai  Eta  sebesar  0,73    Eta    0,14  ,  menurut  Woodrow, 2014  menunjukan  bahwa  terdapat  pengaruh  yang  kuat  antara  senam
jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah. Rata-rata  tekanan  darah  responden  pada  kelompok  intervensi  ,
tekanan  darah  diastolik  sebelum  melakukan  intervensi  senam  jantung sehat  adalah  86,00  mmHg  dengan  standar  deviasi  9,103,  sedangkan
setelah  melakukan  intervensi  adalah  74,67  mmHg  dengan  SD  7,432. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
intervensi  adalah  -11,333  dengan  satndar  deviasi  12,459.  Hasil  uji statistik  nilai  P=  0,003.  Dari  segi  kekuatan  pengaruhnya,  didapatkan
nilai  Eta  sebesar  0,45    Eta    0,14  ,  menurut  Woodrow  2014 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara senam jantung
sehat terhadap penurunan tekanan darah.
4.  Perbedaan  rata-rata  tekanan  darah    lansia  dengan  hipertensi  sebelum dan  sesudah  pada  kelompok  intervensi  di  PSTW  Budi  Mulia  03
Margaguna Jakarta Selatan.
Perbedaan  rata-rata  tekanan  darah  lansia  dengan  hipertensi  pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini :
Tabel 5.6
GambaranPerbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol n=15
Variabel Paired Difference
P Value
t Eta
Mean   SD Mean   SD
95 CI TDS
Pretest
146,00 12,421
2,000 13,732
– 5,605 - 9,605 0,582
0,564 0,02
Posttest
148,00 12,649
TDD Pretest
89,33 13,345
,667 13,345
– 6,724 - 8,507 0,849
0,193 0,002
Posttest
90,00 15,119
Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik
Berdasarkan  Tabel  5.6  diatas    menjelaskan  bahwa  tidak  adanya pengaruh  olahraga  senam  jantung  sehat  terhadap  tekanan  darah  pada
usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok  kontrol,  tekanan  darah  sistolik  sebelum  adalah  146,00
mmHg  dengan  standar  deviasi  12,421,  sedangkan  setelah  melakukan intervensi  adalah  148,00  mmHg  dengan  SD  12,649.  Rata-rata
perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 2,000 dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik nilai P=
0,582. Rata-rata  tekanan  darah  responden  pada  kelompok  intervensi  ,
tekanan  darah  diastolik  sebelum  melakukan  intervensi  senam  jantung sehat  adalah  89,33  mmHg  dengan  standar  deviasi  13,345,  sedangkan
setelah melakukan intervensi adalah  90,00 mmHg dengan SD 15,119. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
intervensi  adalah0,667  dengan  satndar  deviasi  13,345.  Hasil  uji statistik nilai P= 0,849.
5.  Perbedaan  tekanan  darah  lansia  dengan  hipertensi  antara  kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna
Jakarta Selatan. Perbedaantekanan  darah  lansia  dengan  hipertensi  antara  kelompok
intervensi  dan  kelompok  kontrol  dapat  dilihat  pada  tabel  5.7  dibawah ini :
Tabel 5.7
Gambaran Perbedaan Selisih RerataTekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Variabel Kelompok
intervensi Kelompok
kontrol 95 CI
P value
T Eta
Mean SD
Mean SD
TDS
-19,33 11,629
2,00 13,732
-30,851 –
-11,816 0,001
-4,592 0,429
TDD
-11,33 12,459
0,67 13,345
-21,656 –
-2,344 0,017
-2,546 0,187
Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik
Berdasarkan  hasil  tabel  5.7  rata-rata  selisih  tekanan  darah  sistolik pada  minggu  ke-3  dengan  minggu  ke-1  pada  kelompok  intervensi
adalah  -19,33  mmHg  ,  sedangkan  pada  kelompok  kontrolrata-rata selisih  tekanan  darah  sistolik  pada  minggu  ke-3  dengan  minggu  ke-1
adalah 2,00 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000,
dapat  diartikan  pada  alpha  5  terlihat  ada  perbedaan  yang  signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,429    Eta    0,14  ,  menurut  Woodrow,  2014  menunjukan  bahwa
terdapat  penagruh  yang  kuat  antara  tekanan  darah  sistolik  pada kelompok intervensi dan kontrol.
Rata-rata  selisih  tekanan  darah  diastolik  pada  minggu  ke  -  1 dengan  minggu  ke-3  pada  kelompok  intervensi  adalah  -11,33  mmHg,
sedangkan  pada  kelompok  kontrolrata-rata  selisih  tekanan  darah sistolik  pada  minggu  ke  1  dengan  minggu  ke  3  adalah  0,67  mmHg.
Hasil  uji  statistik  didapatkan  bahwa  nilai  P=  0,017,  dapat  diartikan pada  alpha  5  terlihat  ada  perbedaan  yang  signifikan  antara  tekanan
darah  diastolik  pada  kelompok  intervensi  dan  kelompok  kontrol.Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,187  Eta
0,14 , menurut Woodrow, 2014 menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan
kontrol.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang akan dipaparkan  berdasarkan  tujuan  penelitian  yaitu,  mengetahui  karakteristik
responden,  mengetahui  gambaran  tekanan  darah  lansia  dengan  hipertensi  pretest dan  posttest  pada  kelompok  intervensi  di  PSTW  Budi  Mulia  03  Margaguna
Jakarta Selatan, mengetahui karakteristik responde, mengetahui gambaran tekanan darah  lansia  dengan  hipertensi  pretest  dan  posttest  pada  kelompok  kontrol  di
PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
di  PSTW  Budi  Mulia  03  Margaguna  Jakarta  Selatan,  dan  mengetahui  adakah pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di
PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. A.
Interpretasi Hasil Penelitian 1.
Analisa Univariat a.
Karakteristik Responden
Karakteristik  responden  pada  penelitian  ini  adalah  usia,  berat  badan, jenis kelamin.
1 Usia
Dilihat darihasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03
Margaguna  Jakarta  Selatan  didapatkan  bahwa  rata-rata  usia
65
responden  pada  kelompok  intervensi  adalah  70,13  tahun dengan usia termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79
tahun.  Sedangkan  rata-rata  usia  responden  pada  kelompok kontrol  adalah  78,47  tahun  dengan  usia  termuda  adalah  61
tahun dan usia tertua adalah 85 tahun. Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan  Sugiharto  2007  bahwa  antara  responden  pada kelompok  usia  25-35  tahun  ibandingkan  dengan  umur  56-65
tahun, terbukti bahwa umur 56-65 tahun memiliki faktor resiko hipertensi lebih tinggi dengan nilai p= 0,0001.
Menurut  penelitian  Lewa  2010  yang  juga  mendukung hasil  penelitian  yang  dilakukan  peneliti  yaitu  terdapat  suatu
faktor resiko kardiovaskular pada hipertensi sistolik sebesar 1 dari  populasi  usia  55  tahun  di  Amerika  Serikat,  5  pada  usia
60 tahun, 12,5 pada usia 70 tahun dan 23,6 pada usia 75-80 tahun .
Responden  pada  penelitian  ini  adalah  usia  lanjut  yang berusia  ≥  60  tahun.  Hal  ini  dikarenakan  kejadian  hipertensi
semakin  meningkat  seiring  bertambahnya  usia.  Menurut Jagadeesh  2013  peningkatan  tekanan  darah  pada  usia  lanjut
disebabkan  karena  berkurangnya  elastisitas  arteri  sentral. Peningkatan  tekanan  darah  diastolik  disebabkan  karena
konstriksi  dari  penyempitan  arteri,  sedangkan  peningkatan tekanan  darah  sistolik  disebabkan  karena  menurunnya
kemampuan distensi dari pelebaran arteri, terutama pada aorta. Sebagai  pertimbangan  gerontologis  dimana  terjadi  perubahan
struktural  dan  fungsional  pada  sistem  pembuluh  perifer  yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan pada usia lanjut diantaranya adalah aterosklerosis,  dimana  elastisitas  jaringan  ikat  hilang  dan
terjadi  penurunan  relaksasi  otot  polos  pembuluh  darah,  yang menurunkan  kemampuan  distensi  dan  daya  regang  pembuluh
darah. Akibatnya,
aorta dan
arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume darah  yang
dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer Smeltzer, 2001.
Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti bahwa usia 60 tahun  lebih  banyak  mengalami  resiko  kardiovaskular  dan
mengalami  hipertensi  dikarenakan  terjadi  perubahan  struktural dan  fungsional  pada  lansia.  Hal  ini  sesuai  dengan  teori  yang
menyatakan  bahwa  usia  mempengaruhi  peningkatan  tekanan darah terutama pada usia lanjut.
2 Berat Badan
Dilihat  hasil  distribusi  frekuensi  responden  berdasarkan berat  badan  terhadap  lansia  dengan  hipertensi  di  PSTW  Budi
Mulia  03  Margaguna  Jakarta  Selatan  didapatkan  bahwa  rata- rata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62
kg dengan berat  badan terendah adalah 48 kg dan berat  badan tertingi  adalah  70  kg.  Sedangkan  rata-rata  berat  badan
responden  pada  kelompok  kontrol  adalah  55,33  kg  dengan berat  badan  terendah  adalah  45  kg  dan  berat  badan  tertinngi
adalah 80 kg. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  yang
dilakukan  Sugiharto  2007  dimana  yang  mengalami  resiko hipertensi  adalah  responden  yang    memiliki  obesitas.
Responden  obesitas  yang  mengalami  hipertensi  terdapat  51 orang  32,9  dan  yang  tidak  mengalami  hipertensi  30  orang
19,4 dengan p= 0,007. Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Diana  2015  menyatakan
bahwa  individu  yang  memiliki  obesitas  mengalami  hipertensi sebanyak  48  orang  dari  total  61  responden.  Sedangkan  yang
mengalami  berat  badan  normal  yang  mengalami  hipertensi sebesar  31  dari  total  85  responden.  Oleh  karena  itu,  peneliti
berpendapat  bahwa  berat  badan  mempengaruhi  peningkatan tekanan darah.
Hasil  penelitian  juga  didukung  oleh  penelitian  Lilyasari 2007  disebutkan  bahwa  pada  lebih  dari  50  subyek  terjadi
penurunan  tekanan  diastolik  sebesar  1-2  mmHg  dan  pada tekanan  diastolik  terjadi  penurunan  sebesar  1-4  mmHg  setiap
kilogram penurunan berat badan.
Berat  badan  merupakan  faktor  yang  dapat  mempengaruhi tekanan  darah.  Individu  dengan  obesitas  cenderung  memiliki
tekanan  darah  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  berat  badan normal wilson, 2009. Hipertensi dan obesitas saling berkaitan
erat,  walaupun  mekanisme  obesitas  yang  berhubungan  dengan hipertensi  masih  belum  jelas.  Tekanan  darah  akan  meningkat
jika  terjadi  peningkatan  curah  jantung  dan  tahanan  perifer Peripheral resistance. Jumlah lemak dan distribusi lemak juga
menentukan resiko  yang berhubungan dengan obesitas. Lemak abdominal  atau  lemak  viseral  berhubungan  dengan  resiko
penyakit  kardiovaskular.    Kenaikan  tekanan  darah  dikaitkan dengan  penumpukan  lemak  yang  dapat  mengakibatkan
pembuluh  darah  tersumbat  sehingga  terjadi  peningkatan  kerja jantung  dalam  memompa  darah  ke  seluruh  tubuh  untuk
memasok  oksigen  dan  makan  ke  jaringan-jaringan  tubuh sehingga  menyebabkan  tekanan  arteri  meningkat  Marliana
Tantan, 2007. Peneliti berpendapat bahwa salah satu  yang mempengaruhi
tekanan  darah  adalah  berat  badan.  Seseorang  yang  mengalami obesitas  lebih  cenderung  mengalami  hipertensi  dibandingkan
berat  badan  yang  normal.  Salah  satu  cara  untuk  menurunkan tekanan  darah  adalah  dengan  penurunan  berat  badan.  Hal  ini
dibuktikan oleh penelitian bahwa sebanyak 50 subyek terjadi
penurunan sistolik sebesar 1-2 mmHg dan diastolik 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.
3 Jenis Kelamin
Hasil  distribusi  frekuensi  responden  berdasarkan  jenis kelamin  terhadap  lansia  dengan  hipertensi  di  PSTW  Budi
Mulia  03  Margaguna  Jakarta  Selatan  didapatkan  bahwa  jenis kelamin  responden  pada  kelompok  intervensi  adalah  80
responden  perempuan  dan  20  responden    laki-laki. Sedangkan  jenis  kelamin  responden  pada  kelompok  kontrol
terdapat  86,7  responden  adalah  perempuan  dan  13,3 responden  adalah  laki-laki.  Total  seluruh  responden  adalah  30
responden,  83  responden  adalah  perempuan  sedangkan 16,7 responden adalah laki-laki.
Hasil  penelitian  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan oleh Arif 2013 menyatakan bahwa responden  yang memiliki
jenis kelamin wanita yang memiliki hipertensi sebesar 53,57 sedangkan  pada  jenis  kelamin  laki-laki    yang  memiliki
hipertensi sebesar 46,51 pada usia ≥ 60 tahun. Peneliti
berpendapat bahwa
jenis kelamin
dapat mempengaruhi tekanan darah yang dapat dikaitkan dengan usia
individu. Terdapat
perbedaan jenis
kelamin dalam
hubungannya  antara  usia  dan  tekanan  darah  sistolik.  Pria memiliki  tekanan  darah  sistolik  lebih  tinggi  dibandingkan
wanita  selama  dewasa  awal  dan  dewasa  tengah,  sedangkan wanita cenderung memiliki tingkat tekanan darah sistolik lebih
tinggi setelah dekade keenam Joseph, 2008. Setelah  menopause,  hipertensi  pada  wanita  lebih  tinggi
daripada  pria,  dengan  41  dari  wanita  menopause  mengalami hipertensi.  Di  seluruh  dunia,  wanita  dewasa  yang  mengalami
hipertensi  sebesar  25.  salah  satu  mekanisme  peningkatan tekanan  darah  pada  wanita  menopause  adalah  aktivasi  sistem
renin  angiotensin  SAR.  Pada  wanita  postmenopause  terjadi peningkatan aktivitas renin plasma, yang menunjukan aktivitas
SAR.  Selain  itu,  mungkin  terdapat  komponen  genetik  dari SARyang memberikan kontribusi untuk hipertensi pada wanita
menopause,  seperti  polimorfisme  gen  renin  dan  tertentu  yang terkait  dengan  hipeertensi  pada  wanita  yang  berusia  40  tahun
sampai  70  tahun  tapi  tidak  pada  pria.  Dengan  demikian,  SAR dapat berkontribusi dalam mekanisme hipertensi namun bukan
sebagai  satu-satunya  mediator.  sebaliknya,  aktivasi  SAR disebabkan  oleh  mediasi  androgen  yang  meningkatkan
angiotensinogen dan
bisa menyebabkan
peningkatan endhotelin,  sebagai  Ang  II    merangsang  sintesis  endotelin.
Peningkatan endotelin juga merupakan faktor disfungsi endotel yang terjadi pada penuaan. Pada akhirnya, kedua endotelin dan
Ang  II  dapat  berkontribusi  teerhadap  stress  oksidatif.  Akibat dari  stress  oksidatif  adalah  pengurangan  NO.  Pada  wanita
pascamenopause  peningkatan  stress  oksidatif  sebagai  penanda pada  wanita  pascamenopause.  Stress  oksidatif  telah  terbukti
dapat  meningkatkan  tekanan  darah  dengan  mengurangi bioviabilitas  vasodilator  yaitu  NO    Lima,  2012.  Menurut
Lippincott  2008  Pengurangan  produksi  bioavailabilitas  NO dapat  menyebabkan  pembuluh  darah  menjadi  kontriksi  dan
menghambat  vasodilatasi.  Blokade  sintesis  NO  dengan inhibitor akan menaikan tekanan darah.
                