Analisis akurasi dan efektivitas terjemahan buku la tahzan

(1)

i

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh: SITI AISYAH NIM: 107024003639

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(2)

ii

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 19 Juli 2011

SITI AISYAH NIM: 107024003693


(3)

(4)

(5)

v

dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Akurasi dan Efektivitas Terjemahan Buku La Tahzan. Tak lupa pula shalawat dan salam saya panjatkan kepada Nabi Muhammad saw. Beserta para sahabatnya.

Pertama sekali terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dr. Ahmad Syatibi, MA., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan petunjuk, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penghargaan serupa Saya haturkan kepada Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A., Guru Besar Jurusan Tarjamah dan kepada Karlina Helmanita, M.Ag, yang dengan sabar selalu membantu dan memberi masukan yang sangat berharga pada tahap pengerjaan awal skripsi ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Syaekhuddin, M.A., yang telah banyak memberikan bantuan moril selama studi saya di jurusan Tarjamah, kepada Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum Begitu juga kepada Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag, mantan Ketua Jurusan Tarjamah.

Terima kasih juga ingin saya sampaikan kepada semua dosen Jurusan Tarjamah UIN Jakarta yang secara ikhlas telah memberikan ilmu mereka yang sangat berguna kepada saya selama perkuliahan. Demikian juga kepada bagian akademik yang membuka jalan buat Saya untuk memperoleh beasiswa selama kuliah.

Bapak dan Ibu, orang tua saya, yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih dan sekaligus meminta maaf kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan saya hingga perguruan tinggi.


(6)

vi

dan dukungan bapak dan Ibu. Kepada kakak-kakak saya: teh lili & B.Pardi, teh limah & B.Asmat, A‟Ali & teh Santi, a‟Agus, teh Asri, juga terima kasih atas dukungannya. Kepada adik saya: Sadam, Emen. Kepada Keponakan saya: Novi, Lisa, Hemal, Ika, Riyan, Nabil, Allya, Azizah- terima kasih atas canda tawanya. Terima kasih kepada mertua saya: Bapak,Umy yang telah memberikan semangat serta kasih sayang, dan terima kasih juga yang tak terhingga untuk suami saya tercinta Dedin Kamaludin,SPd, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang yang tak terhingga.

Para sahabat tercinta di UIN: Tohadi (yang telah bersedia mendengarkan curhat saya selama kuliah), Hilman (yang selalu memberi nasehat serta masukan-masukan yang dahsyat,bombastis serta luar biasa), Ismy, Anie, Wati, Syifa, Hani, Sa‟adah, Farida (terima kasih atas kasih sayang serta kesetiaannya dalam persahabatan kita), Anas, Khoas, Kozek, Arif, Reza, Syukron, Eka Dll.

Saya pun menyadari dalam pembuatan skripsi yang telah saya paparkan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan guna penyempurnaan tugas di masa yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi kita umumnya. Amin.

Ciputat, 16 September 2011


(7)

vii

Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا T

b ظ Z

t ع „

ث ts Gh

ج j ف F

h ق Q

خ kh K

د d ل L

dz م M

ر r ن N

z و W

س s ة H

ش sy ء `

ص s ي Y

ض d

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----

a Fathah

----

i Kasrah

---

u Dammah


(8)

viii

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي/ا---- â a dengan topi di atas

----ي î i dengan topi di atas

---و û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf

qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرو لا tidak ditulis ad-darûrah


(9)

ix

Marbûtah tersebut diikuti oleh (na‟t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ي ط Tarîqah

2 يماسإا م لا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دوجولا ة حو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.


(10)

x

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

PEDOMAN TRANSLITERASI...vi

DAFTAR ISI...x

ABSTRAK...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian ...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

D. Tinjauan Pustaka ...7

E. Metodologi Penelitian ...8

F. Sistematika Penelitian ...8

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Teori Penerjemahan...10

B. Konsep Umum Kalimat Efektif ...23

BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN PENERJEMAH A. Biografi Singkat dan Beberapa Karya Penulis ...33

B. Biografi Singkat dan Beberapa Karya Penerjemah ...40

BAB IV ANALISIS DATA ...41

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN...49

B. SARAN-SARAN ...50

DAFTAR PUSTAKA ...51 LAMPIRAN


(11)

xi

Siti Aisyah. 107024003693. “Analisis Akurasi dan Efektivitas Terjemahan Buku

La Tahzan”. Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kualitas keakuratan dan keefektifan kalimat terhadap terjemahan buku La Tahzan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan mengkaji aspek objektif dan afektif. Dokumen yang dianalisis berupa buku berbahasa Arab dan hasil terjemahannya dalam bahasa Indonesia..

Temuan penelitian sebagai berikut.

1. Kualitas keakuratan pengalihan pesan terhadap terjemahan buku La Tahzan terdapat beberapa terjemahan yang tidak akurat atau tidak efektif.

2. Ketidakefektifan kalimat terjemahan yang terdapat dalam Buku La Tahzan. Berikut kriteria kalimat efektif:

(1) Kesatuan;

(2) Kepaduan (Koherensi); (3) Keparalelan;

(4) Ketepatan; (5) Kehematan; (6) Kelogisan;


(12)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menerjemahkan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mudah. Orang yang mengerti bahasa sumber (Bsa) yang merupakan komponen utama dalam penerjemahan, belum tentu menjadi jaminan bahwa dia bisa menerjemahkan dengan baik dan handal.

Secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan informasi atau pesan baik verbal atau nonverbal dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran. Keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit terjemah biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran. 1 Sebagai seorang penerjemah haruslah mampu mencarikan padanan yang tepat dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa), satu kesalahan bila seorang penerjemah memadankan sebuah kata atau konteks kalimat bahasa sasaran tidak sesuai dengan bahasa sumber, hal itu dapat mengakibatkan perubahan makna. Dalam mencari padanan, kita pasti menemukan makna leksikal pada kamus, yang membuat kita harus pandai memilih kata-kata yang sesuai dengan konteks kalimat yang kita temukan. Kesesuaian antara konteks bahasa

1 Suhendra yusuf,

Teori Terjemah, pengantar ke arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. (Bandung : Mandar Maju, 1994), h.8


(14)

sumber (Bsu) dengan konteks bahasa sasaran (Bsa) adalah salah satu syarat penerjemahan.2

Ada dua perangkat yang wajib digunakan dalam penerjemahan yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis. Perangkat intelektual mencakup kemampuan yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan mengenai pokok masalah yang diterjemahkan, penerapan, pengetahuan yang dimiliki, serta keterampilan. Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan pengetahuan mengenai konteks suatu teks. 3

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang dimilki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Makna leksikal sebenarnya makna yang sesuai dengan hasil observasi, atau makna apa adanya. Makna gramatikal adalah apabila suatu kata telah mengalami beberapa cara seperti, afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.4

Bagi seorang penerjemah prosedur penerjemahan sangat diperlukan saat penerjemah menemukan kasus. Dalam TSU ada beberapa prosedur dalam penerjemahan arab-Indonesia diantaranya: Mengedepankan, mengakhirkan, membuang, menambahkan, dan mengganti5

2 Ismail Lubis,

Falsifikasi Terjemahan Al-Qur'an Depag Edisi 1990, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.2001)

3 Rochaya Machali,

Pedoman bagi Penerjemah.(Jakarta: Grasindo, 2000), h.11

4

Abdul Chaer,pengantar SemantikBahasa Indonesia.(Jakarta: PT. rineka Cipta,2002), h.60.

5 Moch. Syarif Hidayatullah,

Tarjim Al-An (cara mudah menerjemahkan Arab-Indonesia)


(15)

Masalah makna merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bidang penerjemahan. Jika kita berbicara tentang penerjemahan, kita juga berbicara tentang makna. Alasannya karena tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan keterampilan atau seni bagi seorang penerjemah dalam kemampuannya untuk menerjemahkan dengan tepat. Menguasai bahasa sumber, menguasai bahasa sasaran, dan menguasai teks yang diterjemahkan belum tentu menghasilkan terjemahan yang baik tanpa adanya praktik dan pengalaman penerjemah sebagai produk pikiran asli yang dilakukan oleh penerjemah dalam memberikan daya tarik tersendiri bagi penerjemah yang berbeda dari apa yang dimiliki oleh si pengarang. Gaya bahasa seseorang tidak mungkin dapat diterjemahkan sehingga seorang penerjemah itu harus benar-benar seorang kreatif. 6

Kegiatan menerjemah tidaklah semudah apa yang sering diperkirakan orang. Karena menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan pesan atau gagasan yang ditulis oleh pengarang asli di dalam bahasa terjemahan. Banyak kendala yang akan dijumpai dalam mencapai padanan yang tepat antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran baik bentuk atau isinya, untuk mempermudah pemahaman kepada pembaca. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar apa dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, sehingga identik

6 Hari Mukti Kridalaksana,

Fungsi Bahasadan Sikap Bahasa .( Flores: Nusa Indah, 1985) h.7


(16)

dengan apa yang dipikirkan pembaca atau pendengar. Jadi yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran,

pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.7

ا ع ط اء

ةبيه

ع ف

ق ا اا ع

ف ا ع

Teks Sasaran (TSA)

“Pada dasarnya Al-Quran memiliki kekuatan untuk meluluhkan hati karisma dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap jiwa”

Penulis akan menganalisis hasil terjemahan di atas untuk lebih akurat dan terlihat efektif. Terjemahan La-Tahzan merupakan terjemahan harfiah. Bila ditinjau lebih jauh dalam terjemahan buku La-Tahzan, kata

ةبيه

diterjemahkan dengan kata “karisma” menurut penulis terjemahan tersebut kurang efektif karena pada kata “karisma” sulit dipahami. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karisma” mempunyai 3 makna yaitu: keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap atas kualitas kepribadian individu, atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas

7 Prof. Dr. Gorys Keraf.

Komposisi sebuah pengantar kemahiran Bahasa. Penerbit Nusa Indah 1989. Jakarta, h. 36.


(17)

kepribadian individu, karunia Allah Swt yang luar biasa yang diberikan kepada orang beriman supaya melayani umat.8

Terjemahan tersebut agar lebih efektif yaitu:

Pada dasarnya Al-Qur‟an memiliki kekuatan karisma untuk meluluhkan hati dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap jiwa”

Teks sumber (TSU)

و

هعش خ اص أ ا ي ا ا

,

ا

,

ا أ عاطا

,

أاا ف ا ا ض

,

ق خ ف

,

ها

ض

ء عا ظ

,

ي خأ عف

.

Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang khusu‟, bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlaq, kerelaan dengan semua yang Allah Swt berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Penerjemahan yang terdapat pada contoh di atas sangat tidak akurat dalam ukuran tataran bahasa Indonesia yang baik dan benar, kata dan tersebut tidak boleh diletakkan di depan kalimat, namun jika demikian, penerjemahan tersebut bermasalah.

Buku La_Tahzan adalah salah satu karangan Aidh Al-Qorni kemudian diterjemahkan oleh Samson Rahman menjadi “Jangan Bersedih” bagi yang sering mengikuti buku keislaman akhir-akhir ini khususnya di tanah air, tentunya tidak

8


(18)

asing lagi dengan nama „Aidh Al-Qorni. Penulis buku ini adalah salah satu penulis kontemporer dari Arab Saudi yang telah banyak menghadiahkan karya-karya tulis relatif membanggakan bagi umat islam.

Karena berbagai keistimewaan yang penulis dapat dari buku ini, baik dari segi isi maupun gaya bahasa, maka penulis tertarik untuk dapat menganalisis hasil terjemahan Samson Rahman, oleh karena itu, Penulis berniat menulis skripsi yang berjudul: ANALISIS AKURASI DAN EFEKTIVITAS TERJEMAHAN BUKU LA TAHZAN KARYA DR. ’AID AL-QORNI TERJEMAHAN SAMSON RAHMAN.”

B. Perumusan Dan Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam pembahasan supaya lebih terarah, maka penulis membuat perumusan masalah adalah:

1. Apakah hasil terjemahan Buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39].”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254]”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” sudah akurat dalam tata Bahasa Indonesia?

2. Apakah hasil terjemahan Buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39].”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254]”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi


(19)

Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” kalimatnya sudah efektif dalam ukuran tata bahasa Indonesia?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Mengetahui hasil terjemahan buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39].”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254]”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” apakah sudah akurat dalam ukuran tata bahasa Indonesia. b. Mengetahui hasil terjemahan buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39].”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254]”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” apakah kalimatnya efektif dalam ukuran tata bahasa Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Banyak yang sudah membahas tentang novel, contohnya skripsi karya Ismegawati angkatan 2003 membahas tentang Analisis Metode Terjemahan buku La_Tahzan karya Dr. „Aidh Al-Qorni terjemahan Samson Rahman, Kritik Akurasi Makna Verba pada Terjemahan Novel Seribu Satu Malam. (Versi Qisthi press oleh Fuad Syaifuddin Nur) oleh Munawaroh angkatan 2004. Oleh karena itu,


(20)

penulis tertarik untuk memilih judul ini. Penulis juga merujuk pada buku-buku ataupun bahan bacaan lain yang dapat di jadikan acuan serta data yang dapat ditemukan atau buku yang terkait dengan pembahasan yang penulis teliti, Tarjim Al-An (cara mudah menerjemahkan Arab-Indonesia) karangan Moch. Syarif Hidayatullah, Leksikologi Bahasa Arab karangan H.R. Taufiqurrahman, M.A,

Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karangan Abdul Chaer, dan lain sebagainya. Penulis mengambil referensi tersebut karena buku-buku tersebut banyak terdapat pembahasan-pembahasan yang penulis perlukan sebagai penunjang skripsi.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif deskriptif, yaitu mengumpulkan data dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan. Disertai dengan analisis data. Sedangkan perincian data yang di lakukan adalah dengan langkah-langkah membaca dan menelaah makna. Dalam contoh kasus Penulis menggunakan metode random sampling atau penentuan sample secara acak.

Kajian ini dilakukan melalui kepustakaan (library research). Data-data yang diperlukan dicari dari sumber-sumber kepustakaan. Sedangkan secara teknis, penulisannya didasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni sebagai berikut:


(21)

BAB I, Penulis akan menulis pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah dimana penting atau tidaknya judul ini untuk diteliti sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah masalah, lalu menuliskan perumusan masalah dan membatasinya, sehingga tujuan dari penelitian ini tercapai. Penulis juga menulis tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai acuan atau referensi dalam penelitian ini. Selain itu, didalamnya terdapat metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, agar para pembaca tahu dan bisa menilai keilmiahan penelitian ini.

BAB II, Menyajikan teori penerjemahan, ysng meliputi definisi, proses, dan metode penerjemahan mengenai akurasi dan efektifitas terjemahan. Mengingat penelitian iniberorientasi pada kritik dan penilaian, karenanya pada bab ini juga di paparkan kerangka teori yang akan di pakai, di antaranya ketepatan dan keserasian pemilihan kata dalam penerjemahan.

BAB III, Mengenai sekilas biografi tentang penulis dan penerjemah buku La-Tahzan karya Dr. ‟Aidh al-qorni.

BAB IV, Merupakan hasil dari analisis akurasi dan efektivitas terjemahan dalam buku La_Tahzan.

BAB V, Adalah bab penutup yang berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(22)

BAB II Kerangka Teori

A. Konsep Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Kata dasar terjemahan berasal dari Bahasa Arab, tarjama yang maknanya adalah penulis pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain. Dalam hal ini teks yang di terjemahkan di sebut teks sumber (TSU) dan bahasanya di sebut bahasa sumber (BSU), sedangkan teks yang disusun oleh penerjemah disebut teks sasaran (TSA) dan bahasanya disebut bahasa sasaran (BSA).

Dalam pengertian yang luas, penerjemah dapat diartikan semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun nonverbal dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran. Dengan kata lain makna penerjemahan dalam arti yang lebih luas dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan baik verbal maupun non verbal, dari satu bentuk ke dalam bentuk yang lain9.

Para ahli linguistik banyak mendefinisikan penerjemahan dengan berbagai cara melalui latar belakang teori dan metodologi masing-masing yang berbeda,

9


(23)

a. Eugene A. Nida

Dalam bukunya The Theory and Practice of Translation, ia mendefinisikan penerjemahan sebagai Translating of the source language message first in tems of meaning and secondly in terms of style.

“Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya.”10

b. J.c.Catford

Catford adalah seorang profesor di Universitas Michigon dan ia sangat ahli dalam bidang linguistik maupun terjemahan menurut setiap proses mengenai bahasa yang kita gunakan pengertian-pengertian yang mendalam tentang hakikat bahasa lewat terjemahan. Dalam bukunya yang berjudul A Linguistic Theory Of Translation yang terbit pada tahun 1965. Catford mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut: The replacement of textual material in one language (the source language SL) by equivalent textual material in another language (the target language TL). “Penggantian

bahan kenaskahan dalam satu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan kenaskahan dalam suatu bahasa yang lain (bahasa sasaran).11

10

A.Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989) h, 11

11


(24)

c. J. Levy

Definisi yang dinyatakan levy agak berlainan dengan catford, yang ia tonjolkan adalah terjemahan sebagai suatu keterampilan, yang mendefinisikan sebagai: Translation as Decision process which always leaves translator a freedom of choise between several approximately equivalent possibilities of realizing situasional meaning. “Terjemahan

merupakan proses kreatif yang memberikan kebebasan penerjemah buat memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya”.

d. P. Newmark

Definisi yang diungkapkan antara Newmark dan Catford secara garis besar terdapat kesamaan pendapat, sekalipun apa yang diungkapkan Newmark menggunakan kalimat yang berbeda. Ia mendefinisikan kalimat sebagai: Translation is The of teks in the source language by the target language. “Tarjamah merupakan penggantian kembali naskah berbahasa

sumber dengan berbahasa sasaran secara semantik dan pragmatik yang sepadan.”

Banyak definisi yang di berikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Secara umum, definisi itu mengerucut pada definisi bahwa penerjemahan adalah proses memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bahasa Sumber (Bsu); Source Language (SL); al-lughah al-mutarjam minha) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dalam bahasa yang lain (Bahasa Sasaran (Bsa); Target Language (TL); al-lughah al-mutrajam


(25)

ilaiha)”. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah pemindahan pesan teks Bsu ke Bsa, bukan pemindahan struktur Bsu ke Bsa. 2. Proses Penerjemahan

Untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan yang terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan.12

Secara umum proses penerjemahan itu terdapat tiga tahap, ketiga tahap itu ialah:

a. Tahap Analisis

Dalam tahap ini struktur lahir/kalimat yang ada dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan makna kontekstual. Tsu harus dibaca secara keseluruhan dan dipahami pesannya (maksudnya) meskipun hanya secara garis besar.13

b. Tahap Transfer

Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa.

c. Tahap Restrukturisasi

Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dan sepadan dengan Bsu, sehingga isi makna dan pesan yang ada dalam teks Bsu tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam Bsa secara sempurna. Proses penerjemahan yang

12

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, h.33

13


(26)

harus diperhatikan adalah analisis teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli yang diungkapkan kembali ke dalam Bsa dalam bentuk kata-kata/kalimat yang sepadan dan wajar14.

3. Jenis-Jenis Penerjemahan

Metode terjemahan adalah teknik yang dipergunakan oleh seorang penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode penerjemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, di antara metode yang ada. Metode yang ditawarkan Newmark (1988) dinilai sebagai paling lengkap dan memadai. Menurut Newmark, metode ini terbagi menjadi 8 (delapan). Penjelasan dari kedelapan metode itu adalah sebagai berikut:

a. Penerjemahan Kata Demi Kata

Jenis penerjemahan semacam ini merupakan model penerjemahan yang paling sederhana. Terjemahan ini dilakukan sebagaimana adanya, sesuai dengan namanya yaitu dititikberatkan pada kata demi kata. Saat menerjemahkan dengan jenis ini. Seorang penerjemah meletakkan kata-kata Tsa langsung di bawah versi Tsu. Kata-kata-kata Tsu diterjemahkan di luar konteks. Kata-kata yang bersifat kultural diterjemahkan apa adanya. Namun, jenis penerjemahan ini biasanya hanya digunakan untuk pra penerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu yang sukar dipahami, dan untuk para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik. Contoh:

14


(27)

ا ع

Di terjemahkan dengan: “Dan di sisiku tiga buku-buku”

Terjemahan tersebut terlihat menggunakan jenis ini, karena jumlah kata-kata dalam Bsu yang hanya lima kata-kata, juga diterjemahkan setara 5 kata-kata, tanpa merubah posisinya sedikit pun. Jenis penerjemahan ini memang tidak mempertimbangkan dan memperhatikan apakah karya terjemahan yang dihasilkan terasa janggal atau tidak bagi penutur Bsa. Karenanya, klausa di atas seharusnya bisa diterjemahkan menjadi saya punya tiga buku.

b. Penerjemahan Harfiah

Saat penerjemahan ini, seorang penerjemah mencarikan padanan konstruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa dan menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya dengan bahasa sasaran. Penerjemahan kata-kata Tsu masih dilakukan terpisah dari konteks. Jenis terjemahan ini biasanya digunakan pada tahap awal (pengalihan)15. Contohnya:

ع

يغ ي ا

اا ا ج ج ء ج

ا

ا ي ض

Datang seorang lelaki yang baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan.

15


(28)

Terjemahan tersebut terlihat menggunakan penerjemahan harfiah, karena penerjemahannya hanya mencari padanan konstruksi gramatikal, tetapi masih melepaskannya dengan konteks. Ia harus mengetahui orang yang suka rela terlibat dalam membantu korban bencana alam itu disebut relawan. Karenanya, klausa di atas seharusnya bias diterjemahkan menjadi seorang relawan datang ke Yogyakarta untuk membantu korban gempa.

c. Penerjemahan Setia

Saat menerjemahkan dengan jenis penerjemahan ini, seorang penerjemah memproduksi makna kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan. Ia berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak kaku dan terasa asing. Ia tidak berkompromi dengan kaidah Tsa. Penerjemahan ini biasanya digunakan pada tahap awal pengalihan.16 Contoh:

ا ي ه

Dia (lk) dermawan karena banyak abunya

Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemahannya sudah memperhatikan makna kontekstual dengan menerjemahkan

ا ي

dengan dermawan. Meski demikian, penerjemahannya masih tampak mempertahankan arti dari struktur

16


(29)

gramatikalnya. Ia masih menambahkan terjemahannya itu dengan karena banyak abunya. Padahal, klausa itu cukup diterjemahkan menjadi dia dermawan, karena memang itu pesan yang hendak disampaikan Tsu. Ini terkait dengan

ا ي

yang memang idiom dan mempunyai arti

dermawan.

d. Penerjemahan Semantik

Saat menerjemahkan dengan jenis penerjemahan ini, seorang penerjemah telah lebih luwes dan lebih fleksibel dari pada penerjemah yang menggunakan penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur estetika, Tsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas wajar. Kata yang hanya sedikit bermuatan budaya diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah fungsional.17 Contoh:

صف ا أ ي ج ا ا يأ

Aku lihat si muka dua di depan kelas

Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemahannya berhadapan dengan frasa

ي ج ا ا

ia mampu menerjemahkannya dengan si muka dua, yang kebetulan juga dikenal dalam masyarakat penutur Tsa. Ia tidak terjebak dengan menerjemahkan menjadi orang yang memiliki muka dua. Meskipun secara idiomatis, frasa itu bias saja diterjemahkan dengan simunafik. Metode ini merupakan salah satu metode yang oleh para ahli dibenarkan untuk dipergunakan saat

17


(30)

menerjemahkan, karena metode ini menjamin keteralihan pesan dengan baik.

e. Penerjemahan Adaptasi

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya tidak terlalu memperhatikan keteralihan struktur Tsa. Ia hanya memperhatikan apakah terjemahannya dapat dipahami dengan baik oleh si penutur Bsa atau tidak. Karenanya, metode ini dianggap sebagai metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa. Namun demikian, penerjemah tidak mengorbankan hal-hal penting dalam Tsu, seperti tema, karakter, atau alur. Metode ini biasanya dipergunakan untuk penerjemahan drama, puisi, atau film. Ciri lain dari metode ini adalah terjadinya peralihan budaya Tsu ke budaya Tsa. Dengan kata lain, ada penyesuaian kebudayaan dan struktur kebahasaan.18 Contoh:

ق ط ا ي ا يع ش ع

ا ي عأ عي ي ا ع

Dia hidup jauh dari jangkauan Di atas gemerecik air sungai yang terdengar jernih Bila memperhatikan terjemahan di atas, ada upaya dari penerjemah untuk melepaskan diri dari kungkungan struktur gramatikal, meskipun

18


(31)

struktur maknanya masih dipertahankan Tsu. Ia ingin memeunculkan corak baru dalam pemaknaan terhadap Tsu, tanpa menghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu. Ia berusaha menampilkan Tsu menjadi dinamis mengikuti perkembangan pemaknaan pada Tsa. Karena bila tidak demikian, terjemahan di atas bisa saja dalam bentuk seperti berikut:

Dia hidup jauh sehingga kaki tidak bisa menjangkaunya Pada mata air di bagian sungai paling atas.

f. Penerjemahan Bebas

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya mengutamakan isi dan mengorbankan bentukteksBsu. Tak jarang bentuk retorik (seperti alur) atau bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali. Dalam metode ini, terjadi perubahan drastis antara struktur luar Tsu dan struktur Tsa. Metode ini biasanya berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering kali dipergunakan untuk keperluan media massa, penerjemahan judul teks Arab sering kali harus memaksa penerjemah untuk menggunakan metode ini, agar lebih berdaya jual. Melihat sifatnya yang demikian, banyak ahli yang meragukan metode ini dimasukkan ke dalam salah satu metode penerjemahan.19 Contoh:

يع جأ

ا ي ف ا صأ يظع صأ

ا أ يف

Harta sumber malapetaka

19


(32)

Bila memperhatikan terjemahan di atas, tampak sekali bahwa penerjemahannya tidak ingin didukung oleh struktur gramatikal dan stuktur makna Tsu. Ia ingin memunculkan perspektifnya sendiri, tanpa menghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu. Memang sepertinya terdapat distorsi makna, tetapi pokok pikiran penulis tetap terjembatani. Terjemahan di atas juga terlihat berbentuk parafrasa yang jauh lebih pendek dari Tsu. Karena bila diterjemahkan secara lengkap, maka terjemahannya akan menjadi bahwa harta merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan umat manusia.

g. Penerjemahan Idiomatik

Saat menerjemahkan metode ini, seorang penerjemah mereproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini mengharuskannya untuk sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatikyang tidak didapati pada versi aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih

hidup dan lebih nyaman dibaca.20 Contoh:

ع ا ع ا ا

Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian

Terjemahan di atas memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebutulan mempunyai mkna yang sejenis, tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahan Tsu di atas adalah sebagai berikut: setiap kenikmatan itu hanya bias diraih dengan

20


(33)

kerja keras. Penerjemahan dengan menggunakan metode ini termasuk salah satu metode yang diterima oleh para ahli, karena menjamin keteralihan pesan dan ide pada Tsu.

h. Penerjemahan Komunikatif

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seseorang penerjemah mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek kebahasaan dan aspek ini langsung memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan penerjemahan). Metode ini dapat memberikan variasi penerjemahan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi.21 Contoh:

غض ع فط ط

Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging (awam)

kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio (terpelajar). Tsu di atas bias di terjemahkan dengan versi, disesuaikan dengan siapa target pembaca dan untuk tujuan apa Tsu itu diterjemahkan. Pesan yang selama selalu bias disampaikan dalam versi yang berbeda. Metode ini juga salah satu metode yang disarankan oleh para ahli.

4. Syarat-Syarat Penerjemahan

21


(34)

Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan hasil terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat. Diantaranya adalah:

a. Penerjemah harus menguasai Bsu dan Bsa

Penguasaan bsu danBsa dimulai dari perbendaharaan kosakata, pola pembentukan kata, dan aspek pemaknaan pada masing-masing bahasa. Penerjemah yang hanya mengandalkan kemampuannya dalam Bsu, tanpa mendalami Bsa, akan menghasilkan karya terjemahan yang terasa asing. b. Penerjemah harus memahami dengan baik isi teks yang akan

diterjemahkan.

Isi teks yang akan diterjemahkan terkait pokok pikiran yang hendak disampaikan dalam Tsu. Ini dikaitkan dengan penguasaan penerjemah dalam menyelami apa yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu.

c. Penerjemah harus mempu mengalihkan idea tau pesan yang terdapat pada Bsu.

Setelah memahami isi teks yang akan diterjemahkan, penerjemah yang baik harus mampu mengalihkan ide dan pesan yang berhasil ditangkap oleh penerjemah, sangat tergantung pada pemahaman dan kepekaan penerjemah saat menyalami Tsu.

d. Penerjemah harus terbiasa teliti dan cermat.

Seorang penerjemah tidak boleh ceroboh, karena ia bertanggung jawab secara ilmiah dan moral pada penulis Tsu agar menyampaikan ide dan pesan penulis dengan sebenar-benarnya.


(35)

e. Penerjemah harus benar-benar orang yang menguasai topik yang hendak diterjemahkan.

Seorang penerjemah yang baik tidak dibenarkan menerjemahkan topik yang tidak dikuasainya.

f. Penerjemah harus mengetahui dengan baik karakteristik sang penulis.

B. Konsep Umum Kalimat Efektif

1. Definisi Kalimat

Kalimat ialah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek (S) dan predikat (P), jika tidak mempunyai S dan P pernyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase. Kalimat bagi seorang pembaca ialah kesatuan kata yang mengandung makna/pikiran, sedangkan bagi seorang penulis, kalimat ialah satu kesatuan pikiran/makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata22. Karena kalimat merupakan suatu bentuk bahasa dan bahasa sebagai medium komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila dikuasai. Penguasaan bahasa dengan demikian idak saja mencangkup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.23

Diantara aspek-aspek pengausaan bahasa meliputi:

a. Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata bahasa tersebut.

b. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.

22

Minto Rahayu, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi.( Jakarta: PT. Grasindo2007) h,78

23


(36)

c. Kemampuan menemukan gaya yan paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan.

2. Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (P) dan keterangan (Ket).kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O,Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam kalimat24.

Contoh:

Pembawa acara yang kocak itu membeli bunga S P O 3. Jenis kalimat menurut jumlah klausanya.

Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat majemuk.

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Adapun O, P, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel,ket bergsntung pada P,

24 Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia.( Jakarta: PT. Mawar Gempita, 2009).


(37)

jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu di hadirkan.

Contoh:

Jawaban anak pintar itu sangat tepat

S P

b. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat ini terdiri dari empat kelompok, yaitu:

a) Dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan oleh kata dan

atau serta. Jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh:

Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.

b) Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi atau sedangkan. Jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat setara pertentangan. Contoh:

Muridnya kaya tetapi ia sendiri miskin.

Peserta seminar sudah berdatangan, sedangkan panitia belum siap menyambut mereka.

c) Dua kalimat atau lebih dihubungkan dengan kata lalu dan

kemudian. Jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk perintah. Contoh:


(38)

Ia memarkirkan mobilnya di lantai3, lalu naik lift ke lantai 7.

d) Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau, jika kalimat itu menunjukkan pemilihan. Contoh:

Engkau tinggal di sini atau ikut dengan saya

c. Kalimat majemuk tidak setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Jalinan kepentingan ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedang pertaliannya dari sudut padang waktu, sebab, akibat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh:

Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.

d. Kalimat majemuk campuran

Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tidak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat). Contoh:

- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. - Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.


(39)

Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam

dan induk kalimat berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan langsung pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat + setara. 4. Definisi kalimat efektif

Seorang penerjemah adalah seorang penulis. Tentu saja, ia bukan pengarang (author) bukunya sendiri. Gagasan-gagasan yang ada di dalam terjemahan tetap merupakan gagasan-gagasan pengarang. Meskipun begitu, ia menuliskan gagasan pengarang itu, dan ia ingin menyampaikan gagasan-gagasan pengarang secara efektif. Oleh karena itu penerjemah harus mampu menyusun kalimat efektif dalam bahasa sasaran (bahasa penerima) yang di pakainya25. Dengan tujuan agar mempermudah pembaca untuk memahami secara penuh ide dan pesan yang disampaikan penulis.

Perlu diketahui, bahwa tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada seluruh pembaca. Oleh sebab itu, ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif, misalnya pertama-tama penerjemah harus dapat menangkap suatu objek yang sedang dibicarakan, apabila ia sudah menemukan objek itu, ia harus memikirkan, merenungkan kemudian menuangkan gagasan atau idenya tersebut dengan jelas, lalu mengembangkan gagasan utamanya secara jelas dan terperinci dengan batas-batas pesan yang disampaikan oleh penuklis dengan tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas.

25


(40)

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan mkasud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran teresebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau pembicara.

Sebuah kalimat terdiri atas isi dan bentuk. Yang dimaksud dengan isi

adalah pikiran penulis, sedangkan bentuk ialah kata-kata yang mewakili pikiran penulis. Jadi isi dan bentuk menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah bangun kalimat26.

Jadi yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.

2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Dengan syarat-syarat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili ide pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan ide atau gagasan-gagasan sama tepatnya dengan pikiran

26

Minto Rahayi, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi,(Jakarta: PT. Grasindo, 2007) h, 79


(41)

yang telah disampaikan penulis atau pembicara untuk disampaikan oleh pembaca, tanpa menimbulkan salah paham. Kalimat efektif juga harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, strukturnya teratur, kata yang digunakannya mendukung makna secara tepat dan hubungan antar bagiannya logis.27

5. Ciri-ciri kalimat efektif

Untuk mencapai keefektifan suatu kalimat, maka harus memperhatiakn ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut:

1) Kesatuan

2) Kepaduan (koherensi) 3) Paralelisme

4) Ketepatan 5) Kehematan 6) Kelogisan

1. Kesatuan (kesepadanan struktur)

Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan pikiran yang menganduns satu pikiran pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diubah dari satu pikiran ke pikiran yang lain yang tidak mempunyai hubungan. Adanya kesatuan pikiran berarti adanya hubungan timbale balik antarunsur yang mendukung kalimat (pikiran). Kesatuan ini terbentuk dalam subjk dan predikat, bias ditambah objek. Kesatuan dapat berbentuk kesatuan tunggal,majemuk, pertentangan, dan pilihan. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:

Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.

27

Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang BenarII (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1994) h,129.


(42)

Pada kalimat di atas mengunakan kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau. Kalimat tersebut seharusnya:

Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.

2. Kepaduan (koherensi)

Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Bagaimana hubungan antara subyek dan predikat, hubungan antara predikat dan obyek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.

Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:

Saya punya rumah baru diperbaiki

(Struktur kalimat di atas tidak benar atau rancu) Contoh kalimat yang unsurnya koheren:

Rumah saya baru diperbaiki

3. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina.

Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:

Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?

Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:


(43)

4. Ketepatan

Yang dimaksud dengan ketepatan ialah kesesuaian atau kecocokkan pemakaian unsur-unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti. Diantara semua unsur yang berperan dalam pembentukkan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak ada. Akan tetapi, ada kalanya kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang paling tepat.

Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan:

Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. kalimat di atas salah pemakaian kata sehingga, kalimat tersebut yang benar yaitu:

Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.

5. Kehematan Yang dimaksud kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubazir; tidak mengulang subyek; tidak menjamakan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata kalimat menjadi padat berisi.

Contoh kalimat yang tidak hemat:

Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjan hari dari pagi sampai sore.


(44)

Pada contoh kalimat di atas terjadi pemborosan, kalimat tersebut seharusnya:

Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.

Kalimat di atas terlihat lebih hemat tanpa mengulang-ulang kalimat yang

sudah ada. 6. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.

Contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:

Kepada bapak Subhan, waktu dan temapt kami persilakan.

(waktu dan tempat tidak perlu dipersilakan).


(45)

BAB III

BIOGRAFI PENULIS DAN PENERJEMAH SERTA KARYA-KARYANYA

A. Biografi Singkat dan Sejumlah Karya Penulis

1. Biografi Singkat Penulis

Beliau berasal dari keluarga Majdu al-qarni, lahir di tahun1379 H di perkampungan al-qarn, sebelah Selatan Kerajaan Arab Saudi. Kakek-kakek beliau berasal dari al-AnshariYaman. Jadi, beliau masih keturunan Yaman. Orang tua Dr. „Aid al-Qarni adalah seorang tokoh masyarakat di daerahnya. Beliau berasal dari keluarga yang berlatar belakang ulama. Sejak kecil, ayahnya sudah membawa beliau ke masjid-masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ia juga sudah terbiasa dengan bacaan al-quran sejak dirinya masih kecil. Tampaknya, beliau


(46)

memang dididik oleh orang tuanya agar kelak bisa menjadi seorang pejuang da‟wah. Oleh karena itu, ayahnya selalu membelikan buku-buku bacaan untuknya terutama buku-buku yang berkaitan tentang keagamaan.

Dunia da‟wah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Banyak bekal yang harus disiapkan demi da‟wahnya. Da‟wah itu kewajiban syar‟I seorang muslim sejak dia mampu sampai meninggal. Jadi, beliau tidak akan meninggalkan da‟wah. Da‟wah akan selalu dilaksanakan seumur hidupnya.

Saat ini Dr. „aidh al-qarni memiliki enam orang anak, dari dua istri. Saat bersama keluarga, biasanya beliau selalu mengisi waktu luangnya dengan bermain bola bersama anak-anaknya. Beliau meraih kesarjanaan dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Su‟ud tahun 1403-1404 dan gelar Magister dalam bidang hadits nabi tahun 1408 H dengan tesis berjudul “Al-bid‟ah Wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah”.

Gelar Doktornya diraih dari Universitas yang sama pada tahun 1422 H dengan judul disertasi “Dirasah wa Tahqiq Kitab al-Mafhum „Ala Shahih Muslim li al-Qurthubi”. Ia telah menghasilkan lebih dari delapan kaset rekaman yang memuat khatbah, kuliah, ceramah, sejumlah bait syair dan hasil seminar-seminar kesusastraan.

Ia menamatkan program sarjana (Lc), magister (M.A) dan doktor di Universitas Islam Imam Muhammad bin Su‟ud, Riyadh, Arab Saudi. Ia hafal al -Quran dan kitab Bulughul Maram, serta mengajarkan 5000-an hadis dan 10.000-an bait syair.


(47)

Beliau juga penulis buku “La Tahzan”, “30 Tips Hidup Bahagia”, “Berbahagialah :Tips Menggapai Kebahagiaan Dunia Akhirat”, “Menjadi Wanita Paling Bahagia”, “Muhammad Ka annaka Tara”, “Bagaimana Mengakhiri Hari -harimu”, dll.

2. Sejumlah Karya Penulis

Daftar buku karya Dr. „Aidh al-Qarni dan kategorinya:

No Judul Buku Terjemahan Buku Kategori Buku

1 صع ا ي ضق ا إا Al-Islam wa Qadaya Al-Ashr (Islam dan Tantangan masa kini)

Ilmu Kebudayaan Islam

2 ع ا

Tsalatsuna Sababa Lis Sa’adah

(Tiga puluh jalan menuju kebahagiaan)

Tauhid

3 يف ج ا

ض

Durus al-Masajid fi Ramadan

(Pengajian masjid dalam Bulan Ramadhan)

Muamalah

4 هاا ه ا ه أ ع ف

Fa’lam annahu La Ilahailallah (Ketahuilah, bahwa tiada Tuhan selain Allah

Tauhid

5 ا ع Mujtama al-Mutsla

(Masyarakat yang ideal) Muamalah

6 ا ا

Wird Al-Muslim wa Al-Muslimah

(Wirid untuk muslim laki-laki dan perempuan)

Tasawuf

7 ي ا ه ف Fiqhud Dalil (Fiqih tentang dalil) Fiqih

8 ا ي Nunniyat al-Qarni (Syair


(48)

16 ي ا ي Wahyudz Dzakirah (Inspirasi yang

mengingatkan) Muamalah

17 ا ج Turjuman as Sunnah (Juru

penerjemah Sunnah) Tauhid

18 ظع ا Al-Azhamah (Kebesaran) Tauhid

19 ا Ibtasim (Tersenyumlah) Muamalah

20 ظف ي ها ظف ا

Ihfazhillah Yahfazhkha

(Peliharalah Allah, Dia akan memeliharamu)

Tauhid

21 ع ا ق ا ه Hakadza Qala lana Al-mu’alm Muamalah

22 ا قئا ه Hada’iq Dzat Bahjah

„Berbahagialah‟ Muamalah

23 عئا ا ع Taj al-mada’ih „menakjubkan‟ Tauhid

9 ي ا ج ع ا Al-Mu’jizah Al-Khalidah

(Mukjizat yang kekal/al-Quran) Tauhid

10 أ ق Iqra’ bismi Rabbika (bacalah

dengan menyebut nama tuhanmu) Tauhid

11 هي ف Tuhaf Nabawwiyyah (Cindera

Mata Kenabian) Tauhid

12 ا ع أ

Hatta Takuna As’adan Nas

(menjadi manusia yang paling bahagia)

muamalah 13 ا طي Siyathul Qulub (Cambuk Hati) Muamalah

14 ا ي ف

Fityatun Amanu Birabbihim (Para pemuda yang beriman kepada Tuhannya/kisah Ashabul Kahfi)

Tauhid


(49)

Dan masih banyak lagi karya-karya yang sudah di hasilkan oleh Dr. „Aidh al -Qarni.

Diantara ke-23 karya-karya „Aidh al-Qarni di atas, La Tahzan memang merupakan karya tulis yang sangat populer di masyarakat bahkan ia telah dikategorikan sebagai “best seller”28

B. Biografi Singkat dan Beberapa Karya Penerjemah

1. Biografi singkat penerjemah

Samson Rahman, MA. Ayahnya bernama H.Abdur Rahman, sedangkan ibunya bernama Haqiya, mereka selalu mendorong dan menyemangati beliau untuk senantiasa berkarya dan terus berkarya.

Ia memiliki isteri yang bernama Ita Maulida yang juga selalu memberikan motivasi agar setiap buku yang hendak ia terjemahkan dapat segera selesai. Akad dan resepsi pernikahan sederhana berlangsung pada tanggal 5 Juli 1997 dan 6 juli 1997. Ita Maulida dinikahinya tanpa istikharah, karena begitu melihat pertama kali ia merasa tenang untuk segera menikah dengannya. Ia yakin bahwa thuma‟ninah yang menjalar dalam hatinya adalah karunia Allah juga. Ia hanya

28 Aditiya06, Karya Tulis Dr. Aidh bin ‘Abdullah Al

-Qarni, artikel diakses pada 17 Februari 2011 dari http://www.Aditiya06.word Press.com


(50)

melihat sekali, esok harinya ta‟aruf, keesokannya meminang dan dua minggu setelah itu menikah. Ia melakukan itu semua karena ia sangat mencintai wanita. Ia tidak ingin membuat wanita lama-lama menunggu dalam ketidakpastian pasangan hidupnya. Apalagi jika diantara keduanya sudah ada benih cinta. Pacaran sering kali banyak membuat wanita dilanda penyesalan daripada mengantarkan pada mahligai kebahagiaan. Pihak wanitalah yang sering menjadi korban. Karena banyak lelaki yang “tidak mencintai wanita”namu, dia kerasukan asmara.

Ia juga telah dikaruniai dua orang anak yang sangat ia sayangi dan ia cintai yaitu bernama Fursan Ruhbani dan Fathirul Haq.29

Samson Rahman pergi meninggalkan isterinya selama 2 tahun ke Pakistan untuk melanjutkan studi S2 di International Islamic University Islamabad. Namun, selama kepergiannya ia tak lupa untuk selalu mengirimkan surat kepada isterinya. Surat-sura itu demikian rapi dibungkus oleh ita dalam plastik hitam. Ia buka satu persatu. Ternyata semua surat yang ia kirim tidak adaa stupun yang dilewatkan. Sejak tahun pertama tiba di Pakistan sampai surat terakhir sebelum ia pulang ke Indonesia.

Ada dua hal paling menarik dari isi map hitam tersebut. Pertama, selipan kata-kata mutiara yang dituliskan di sela-sela surat itu. Semuanya berisikan keinginannya agar cinta kami padu. Kedua beberapa puisi “cinta” yang sengaja ia tulis untuk isterinya. Kata-kata mutiara yang dia tulis dalam bahasa Inggris itu mengandung motivasi yang membakar semangat cinta yang senantiasa tertuju pada isterinya. Untuk senantiasa mencintainya tanpa titik. Dia menginginkan

29Dr. „Aidh Al


(51)

senantiasa untuk bisa selalu bersamanya: together forever. Ini bisa ia serap dari ungkapan-ungkapannya, “The Only Sweet Heart is here-SR. SR adalah inisial namanya, Samson Rahman. You Are Always My Matter...Never Ended Love is just for your...your Are My Everything....I am Nothing Without You....No One can be in my heart but you...No Doubt You are My Hero...kak son?sure!!!! ungkapan cinta yang baginya sangat luar biasa. Ungkapan kesetiaan yang tiada ternilai dan harganya. Menggugah, dan sangat membakar semangatnya. Meledakkan cintanya. Itu semua terjadi karena ia memang mencintai wanita.

Samson Rahman sangat mencintai isterinya dengan setulus jiwa. Baginya dia adalah mutiara yang harus terjaga gemerlapnya. Dia adalah motivatornya dan bahkan menjadi gurunya. Tatkala ia lupa maka isterinyalah yang mengingatkan, tatkala semangatnya melemah dia yang membangkitkan. Tatkala bacaan Al-Qurannya melemah dia senantiasa memperdengarkan bacaan-bacaan yang indah di dekatnya yang sambil tiduran. Tatkala qiyamullailnya melembek dia pula yang mengingatkan bukan dengan ucapan tapi dia lebih dahulu yang melakukan. Semangat to be together forever di dunia dan di akhirat demikian ia rasakan dalam ritme pengabdian pada Allah, Tuhan semesta alam.

Dia adalah patner hidupnya dan bukan subordinasinya. Dia sejajar di hadapan Tuhan sebagai hamba-Nya dengan tugas-tugas yang mungkin berbeda dengannya. Dia adalah seorang suami yang sangat mencintaidan menyayangi isterinya dan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan rasa tanggung jawab. Diantara puisi yang berada dalam map itu berjudul:


(52)

Isteriku,

Jika malam-malammu hadir tanpa hadirku, Hadirkanlah aku di relung terdalam kalbumu

Jika hari-harimu sepi tanpa hadirku, Ramaikanlah dengan kenangan manis yang lalu

Jika nafasmu tersengal tanpa hadirku. Legakanlah dengan isak tangis buat Tuhanmu

Jika kobaran rindumu membubung, api rindumu berkobar, kita kan segera gembira menyatu

Jikajerit jiwamu mulai malangking, sabarkanlah dirimu bersama Al-Qur‟an isteriku, anak-anak dan cinta kita akan selalu tumbuh dan mekar bersama waktu yang semakin memanjang.

Islam abad, 4 Juni 1998

Karena ia sangat mencintai wanita, maka ia tulis ini semua. Ia yakin sabda Nabi bahwa sebaik-baik kekayaan adalah wanita shalehah dan kini ia telah memilikinya, yaitu seorang isteri yang sangat mencintainya dengan sepenuh jiwa, dengan segenap raga, dan dengan segenap pikiran dan hatinya.

2. Beberapa Karya Penerjemah

Beberapa buku yang telah terbit, baik karya sendiri maupun terjemahan, antara lain:

- 1001 Hadist Yang Menggugah

- La Tahzan: Jangan Bersedih


(53)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Akurasi dan Efektivitas Terjemahan Buku La Tahzan

Pada bab II Penulis telah menjelaskan dan menyebutkan segala hal yang berkaitan dengan kalimat efektif. Bab ini Penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai ketidakefektifan kalimat dalam terjemahan Buku La Tahzan.

Penyampaian pesan ke dalam Bsa yang tidak sesuai dengan Bsu nya, yaitu ada yang mengalami pengurangan pesan dan kata yang disampaikan ke dalam Bsa nya dapat menyebabkan hasil terjemahan terlihat tidak akurat dalam ukuran tataran Bahasa Indonesia dan dapat mempengaruhi/mempersulit pembaca dalam memahami sebuah teks Bsu.

1. Analisis yang berjudul “ Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]

Penulis menemukan beberapa penempatan kata „dan‟ yang tidak tepat, Misal:

ا ق

ه صأ فظ ه أ

هي ع ها

ظع

ا ا ع ا

.

30

“Dan salah satu keagungan Rasulullah adalah kemampuannya untuk menempatkan setiap sahabatnya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan kesiapan mereka masing-masing.”

30


(54)

Kalimat di atas penulis golongkan menjadi kalimat yang tidak efektif karena penulisan atau penempatan kata “dan” yang tidak tepat, sehingga menjadi kalimat yang rancu. Kata “dan” semestinya diterapkan bukan di awal kalimat, karena kata „dan‟ merupakan konjungsi/penghubung antarkata dalam kalimat, bukan penghubung antarkalimat. Adapun penghubung antar kalimat seperti kata “meskipun, walaupun, oleh karena itu, dan lain sebagainya.

Maka pengubahannya adalah,

“Salah satu keagungan Rasulullah adalah kemampuannya untuk menempatkan setiap sahabatnya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan kesiapan mereka masing-masing.”

2. Analisis yang berjudul “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]

Kata konjungsi/penghubung „dan‟ tidak dapat diterapkan di awal kalimat.

ا ع ي ف ،ا ش ا ع ا ،هاا ا يا ه ا ؛ ع ا يف يئا ا

يص ا عي ا

.

31

”Jangan riya pada waktu ber-uzlah, sebab hanya Allah yang melihat Anda, dan jangan perdengarkan pembicaraan Anda kepada sesama, sebab hanya Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat yang mendengar.”

Kata „dan‟ pada contoh kalimat di atas dapat digunakan tanpa dihilangkan, akan tetapi dijadikan bukan di awal kalimat. Maka pengubahannya adalah, “Jangan riya pada waktu ber-uzlah, sebab hanya Allah yang melihat Anda, dan jangan

31


(55)

perdengarkan pembicaraan Anda kepada sesama, sebab hanya Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat yang mendengar.”

Buku La Tahzan dalam penulisan kata „dan‟ banyak sekali kesalahannya, karena kata „dan‟ diterapkan pada awal kalimat. Kata „dan‟ boleh digunakan, asalkan penerapannya bukan pada awal kalimat.

3. Analisis yang berjudul “Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249]”

ي ّ قأ ع ا ه

.

فع

ع ، ي ّ غي ي ص ا ضع

ه ع يف

.

32

“Ini paling tidak. Sejumlah orang salih, dalam sehari, mandi satu kali, seperti yang dilakukan oleh Utsman ibn „Affan berdasarkan banyak riwayat yang menjelaskan tentang dirinya.” Kalimat “Ini paling tidak.” Merupakan kalimat inversi yang tidak tepat sehingga kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Hal tersebut karena tidak paralel antarkalimat satu dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf. Oleh karena itu, kalimat tersebut sebaiknya ditiadakan, sehingga kalimatnya menjadi “Sejumlah orang salih, dalam sehari mandi satu kali, seperti yang dilakukan oleh Utsman ibn „Affan berdasarkan banyak riwayat yang menjelaskan tentang dirinya.”

32


(56)

Sedangkan kalimat inversi lainnya yang terdapat pada baris ke-6 [hal.251], yakni

، ي ا قي ا يظ ع ا ي

ا عئا ش ا يفف ، ي ص ا ه

خأ

.

33

“Ini benar. Karena dalam syariah-syariah yang turun dari langit terdapat seruan untuk teratur, terorganisir, dan tertib.” ini sama halnya dengan kalimat inversi di atas, yakni tidak tepat penulisannya. Akan tetapi kalimat inversi ini dapat diterapkan pada kalimat tersebut, tetapi dijadikan satu kalimat dengan kalimat berikutnya. Maka kalimatnya menjadi “Ini benar, karena dalam syariah-syariah yang turun dari langit terdapat seruan untuk teratur, terorganisir, dan tertib. ”

4. Analisis yang berjudul “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal 254]”

ف

ٌءا ، ا طضاا ق ا أ ي ع ي ا

ا ع ط

ء أ ي ّ

ه يغ أ يخّ يّ

يق ش ا

ا ا ش ا ع ،

ا ع يع عي ا ج ف ، ّا ا ي

ا ، ج

ا ي غ ا

يه ، ص ا ا ش ا يف ع ا ء فش ا ا أ

أ

:

34

Saya telah banyak mengkaji banyak buku tentang kecemasan dan gangguan mental, baik dari kalangan ulama salaf kita yang terdiri dari kalangan ahli hadist, sastrawan, para pendidik dan sejarawan, maupun dari kalangan yang lain. (termasuk publikasi-publikasi, buku-buku dari Timur dan Barat yang telah

33 Aidh Al-Qarni,

La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004),h.237

34


(57)

diterjemahkan, jurnal atau majalah). Semuanya sepakat pada tiga pokok yang harus ditempuh oleh orang yang menginginkan sembuh dan terhindar dari gangguan mental, serta hatinya menjadi lapang. 35

Kalimat di atas adalah kutipan kalimat yang terdapat pada buku “La Tahzan” yang Penulis anggap tidak efektif. Karena kalimat tersebut terdapat kata yang mengalami pemborosan kata, yakni kata “banyak”. Maka pengubahannya adalah ”Saya telah banyak mengkaji buku tentang kecemasan dan gangguan mental, baik dalam kalangan ulama salaf kita yang terdiri dari kalangan ahli hadit, sastrawan, para pendidik dan sejarawan maupun dari kalangan yang lain.”

Selain itu, kalimat yang terdapat pada paragraf di bawah ini pun terdapat kesalahan penulisan, sehingga mengalami pemborosan kata. Kalimat tersebut adalah,

ا

ئ ص ا أ

ظ ي ه ، ي ع ا أ ف ع

ع ا

36

.

“Saya tahu beberapa orang yang selalu menunggu-nunggu prediksi tentang terjadinya bencana-bencana kejadian-kejadian, untuk beberapa tahun, yang ternyata tidak pernah menjadi kenyataan.37

Kalimat di atas tidak efektif, karena mengalami pemborosan kata, sehingga kalimat tersebut menjadi rancu. Kata tersebut ialah “....selalu menunggu -nunggu...”.Kata menunggu-nunggu memiliki makna pekerjaan yang dilakukan

35 Samson Rahman,

La Tahzan (Jakarta: Qisthi Press,204) H. 254

36 Aidh Al-Qarni,

La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004) h.239

37 Samson Rahman,

La Tahzan (Jakarta: Qisthi Press,204) H. 254

37


(58)

berulang-ulang, dengan kata lain, kegiatan yang selalu dilakukan. Oleh karena itu, pengefektifan kalimat tersebut adalah Saya tahu beberapa orang yang selalu menunggu prediksi tentang terjadinya bencana-bencana kejadian-kejadian, untuk beberapa tahun, yang ternyata tidak pernah jadi kenyataan.

5. Analisis yang berjudul “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan [hal 256]

يع ش ا ع ا يف ي ّ ا ا ي يأ ف ض ا صع يف ظ

ٌ ي ع ٌ ا ش ه ع ي ، أا ف ا ي ا يع ا ع ا

.

38

“Selanjutnya kita menengok ke masa kini, ternyata banyak sekali orang-orang yang berpengaruh dalam ilmu syariat, dakwah, pendidikan, pemikiran, dan sastra yang tidak memiliki ijazah formal.”

Kalimat di atas Penulis golongkan menjadi kalimat yang tidak efektif karena hal yang sama, yaitu pemborosan kata pada kata banyak sekali orang-orang...

Reduplikasi atau kata ulang yang terdapat di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki macam-macam makna kata ulang, diantaranya menyatakan banyak. Kata ulang yang terdapat pada kalimat di atas memiliki makna banyak, sedangkan kata tersebut mengikuti kata banyak sekali. Jika ingin menggunakan kata „orang-orang‟, maka kata „banyak sekali‟ tidak perlu digunakan, sebaliknya, jika ingin menggunakan kata „banyak sekali‟, maka cukup diikuti dengan kata „orang‟, bukan orang-orang.

38


(59)

Maka pengubahannya menjadi “Selanjutnya kita menengok ke masa kini, ternyata banyak sekali orang yang berpengaruh dalam ilmu syariat, dakwah, pendidikan, pemikiran, dan sastra yang tidak memiliki ijazah formal.”

Sedangkan kalimat

ّضف ا

ا يف ا ّ ي ا ق ع ا ،ف ا ء ع

.

39

(Dan, masih banyak lagi ulama-ulama salaf, dan para jenius masa lalu yang tidak mungkin disebutkan di sini.) yang terdapat pada hal. 257 Penulis nyatakan kalimat yang tidak efektif. Selain penempatan kata „dan‟ yang tidak tepat, pada kalimat tersebut terdapat pemborosan kata, yakni pada kata „banyak & ulama-ulama‟. Adapun penjelasan dari ketidakefektifan tersebut sama halnya dengan kalimat yang terdapat kata „banyak sekali & orang-orang‟ pada kalimat di atas.

6. Analisis yang berjudul “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]

Namun, banyak pula kalimat yang benar, yaitu yang sesuai dengan kalimat efektif, diantaranya:

أا

:

أ يه ،هي ء

ا ه ع ط ،ه ي ع ، ج ع ه ص اا

ا يإا

40

.

39 Aidh Al-Qarni,


(60)

Pertama: selalu mengaitkan hati kepada Allah, menyembah-nya, taat dan berserah diri kepada-Nya. Ini merupakan masalah keimanan Kubra (masalah keimanan yang besar).

ا

:

عق ا

،هيف

اا ه غ شاا ع ، ئ غ ا

ا

ف ي ا

يف شيع ا

،

ج ا ا ظ اا

41

.

Ketiga: membiarkan masa depan yang masih ghaib itu, tidak melarutkan diri di dalamnya, dan menjauhkan diri dari segala bentuk ramalan, perkiraan dan ketidakjelasannya. Tapi, hidup dalam lingkup hari ini saja.42

ي ع ق

:

ي ي ه ف ، أا ط ي

43

.

Ali berkata, “Jauhi semua bentuk angan-angan yang terlalu jauh sebab dia hanya akan membuatmu terlena saja.44

Akan tetapi, ketidakefektifan yang telah penulis analisis di atas, tidak mengurangi kaidah pemaknaan, sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik.

41 Aidh Al-Qarni,

La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004) h.239

42

Samson Rahman, La Tahzan (Jakarta: Qisthi Press,204) H. 254

42 Aidh Al-Qarni,

La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004) h.239

43 Samson Rahman,


(61)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan proses-proses penerjemahan, Penulis menyimpulkan bahwa; 1. Pada saat menganalisis, harus memperhatikan bentuk kata atau kombinasi

kata, makna tekstual, serta makna kontekstualnya.

2. Materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya, diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa.

3. Makna dan pesan yang ada dalam teks Bsu, dicari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dan sepadan dengan Bsu, sehingga isi yang disampaikan ke dalam Bsa sempurna.

Setelah melakukan analisis pada Buku terjemahan La Tahzan secara keseluruhan, maka Penulis menyimpulkan bahwa tidak semua kalimat terjemahan dapat diterapkan dalam bentuk kalimat efektif, setelah menganalisis Penulis mendapatkan beberapa kasus yang mungkin ini berakibat dapat menyulitkan pembaca untuk menangkap pesan dan menjadikan kurang efektifnya kalimat. Diantaranya kasus tersebut:

- Kesatuan

- Kepaduan (Koheren) - Keparalelan/kesejajaran - Ketepatan

- Kehematan, dan - Kelogisan


(62)

B. SARAN

Saran yang hendak disampaikan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penerjemah harus menguasai bahasa sumber (BSU) dan bahasa sasaran (BSA) agar tidak terjadi kesalahan dalam pengalihan pesan.

2. Bagi Penulis hendaknya harus memperhatikan EYD dengan baik serta tata bahasa Indonesia benar.

3. Bagi Pembaca hendaknya mencermati pesan yang disampaikan oleh penerjemah.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

A.Widyamartaya. 1989.Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius. Al-Qorni, Aidh. 1997.La_Tahzan. Bandung: IBS.

Badudu. 1994. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul, 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Chaer, Abdul. 2001. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,

Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Mawar Gempita.

Hidayatullah, Syarif. 2010. Tarjim Al-An cara mudah menerjemahkan Arab-Indonesia. Jakarta: Dikara.

Hoed, Benny Hoedoro. 2006. Penerjemah dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Http://www.Aditiya 06. Word Press.Com

Kamus Besar Bahasa Indonesia Th.2007

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: PT. Nusa Indah.

Kridalaksana, Hari Mukti.1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa . Flores: Nusa Indah.


(64)

Lubis, Ismail. 2001. Falsifikasi Terjemahan Al-Qur'an Depag Edisi 1990. Yogyakarta: PT. Tiara WacanaCet. Ke-1

Machali, Rochaya. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo.

Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah, pengantar ke arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung : Mandar Maju.


(1)

Maka pengubahannya menjadi “Selanjutnya kita menengok ke masa kini, ternyata banyak sekali orang yang berpengaruh dalam ilmu syariat, dakwah, pendidikan, pemikiran, dan sastra yang tidak memiliki ijazah formal.”

Sedangkan kalimat

ّضف ا

ا يف ا ّ ي ا ق ع ا ،ف ا ء ع

.

39

(Dan, masih banyak lagi ulama-ulama salaf, dan para jenius masa lalu yang tidak mungkin disebutkan di sini.) yang terdapat pada hal. 257 Penulis nyatakan kalimat yang tidak efektif. Selain penempatan kata „dan‟ yang tidak tepat, pada kalimat tersebut terdapat pemborosan kata, yakni pada kata „banyak & ulama-ulama‟. Adapun penjelasan dari ketidakefektifan tersebut sama halnya dengan kalimat yang terdapat kata „banyak sekali & orang-orang‟ pada kalimat di atas.

6. Analisis yang berjudul “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]

Namun, banyak pula kalimat yang benar, yaitu yang sesuai dengan kalimat efektif, diantaranya:

أا

:

أ يه ،هي ء

ا ه ع ط ،ه ي ع ، ج ع ه ص اا

ا يإا

40

.

39


(2)

Pertama: selalu mengaitkan hati kepada Allah, menyembah-nya, taat dan berserah diri kepada-Nya. Ini merupakan masalah keimanan Kubra (masalah keimanan yang besar).

ا

:

عق ا

،هيف

اا ه غ شاا ع ، ئ غ ا

ا

ف ي ا

يف شيع ا

،

ج ا ا ظ اا

41

.

Ketiga: membiarkan masa depan yang masih ghaib itu, tidak melarutkan diri di dalamnya, dan menjauhkan diri dari segala bentuk ramalan, perkiraan dan ketidakjelasannya. Tapi, hidup dalam lingkup hari ini saja.42

ي ع ق

:

ي ي ه ف ، أا ط ي

43

.

Ali berkata, “Jauhi semua bentuk angan-angan yang terlalu jauh sebab dia hanya akan membuatmu terlena saja.44

Akan tetapi, ketidakefektifan yang telah penulis analisis di atas, tidak mengurangi kaidah pemaknaan, sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik.

41

Aidh Al-Qarni, La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004) h.239

42

Samson Rahman, La Tahzan (Jakarta: Qisthi Press,204) H. 254

42

Aidh Al-Qarni, La Tahzan (Riyadh: Maktabah Al-Abiikan,2004) h.239

43


(3)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan proses-proses penerjemahan, Penulis menyimpulkan bahwa; 1. Pada saat menganalisis, harus memperhatikan bentuk kata atau kombinasi

kata, makna tekstual, serta makna kontekstualnya.

2. Materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya, diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa.

3. Makna dan pesan yang ada dalam teks Bsu, dicari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dan sepadan dengan Bsu, sehingga isi yang disampaikan ke dalam Bsa sempurna.

Setelah melakukan analisis pada Buku terjemahan La Tahzan secara keseluruhan, maka Penulis menyimpulkan bahwa tidak semua kalimat terjemahan dapat diterapkan dalam bentuk kalimat efektif, setelah menganalisis Penulis mendapatkan beberapa kasus yang mungkin ini berakibat dapat menyulitkan pembaca untuk menangkap pesan dan menjadikan kurang efektifnya kalimat. Diantaranya kasus tersebut:

- Kesatuan

- Kepaduan (Koheren) - Keparalelan/kesejajaran - Ketepatan

- Kehematan, dan - Kelogisan


(4)

B. SARAN

Saran yang hendak disampaikan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penerjemah harus menguasai bahasa sumber (BSU) dan bahasa sasaran (BSA) agar tidak terjadi kesalahan dalam pengalihan pesan.

2. Bagi Penulis hendaknya harus memperhatikan EYD dengan baik serta tata bahasa Indonesia benar.

3. Bagi Pembaca hendaknya mencermati pesan yang disampaikan oleh penerjemah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.Widyamartaya. 1989.Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius. Al-Qorni, Aidh. 1997.La_Tahzan. Bandung: IBS.

Badudu. 1994. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul, 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Chaer, Abdul. 2001. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,

Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Mawar Gempita.

Hidayatullah, Syarif. 2010. Tarjim Al-An cara mudah menerjemahkan

Arab-Indonesia. Jakarta: Dikara.

Hoed, Benny Hoedoro. 2006. Penerjemah dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Http://www.Aditiya 06. Word Press.Com Kamus Besar Bahasa Indonesia Th.2007

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: PT. Nusa Indah.

Kridalaksana, Hari Mukti.1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa . Flores: Nusa Indah.


(6)

Lubis, Ismail. 2001. Falsifikasi Terjemahan Al-Qur'an Depag Edisi 1990. Yogyakarta: PT. Tiara WacanaCet. Ke-1

Machali, Rochaya. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo.

Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah, pengantar ke arah Pendekatan