Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menerjemahkan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mudah. Orang yang mengerti bahasa sumber Bsa yang merupakan komponen utama dalam penerjemahan, belum tentu menjadi jaminan bahwa dia bisa menerjemahkan dengan baik dan handal. Secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan informasi atau pesan baik verbal atau nonverbal dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran. Keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit terjemah biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran. 1 Sebagai seorang penerjemah haruslah mampu mencarikan padanan yang tepat dari bahasa sumber Bsu ke dalam bahasa sasaran Bsa, satu kesalahan bila seorang penerjemah memadankan sebuah kata atau konteks kalimat bahasa sasaran tidak sesuai dengan bahasa sumber, hal itu dapat mengakibatkan perubahan makna. Dalam mencari padanan, kita pasti menemukan makna leksikal pada kamus, yang membuat kita harus pandai memilih kata-kata yang sesuai dengan konteks kalimat yang kita temukan. Kesesuaian antara konteks bahasa 1 Suhendra yusuf, Teori Terjemah, pengantar ke arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung : Mandar Maju, 1994, h.8 sumber Bsu dengan konteks bahasa sasaran Bsa adalah salah satu syarat penerjemahan. 2 Ada dua perangkat yang wajib digunakan dalam penerjemahan yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis. Perangkat intelektual mencakup kemampuan yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan mengenai pokok masalah yang diterjemahkan, penerapan, pengetahuan yang dimiliki, serta keterampilan. Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan pengetahuan mengenai konteks suatu teks. 3 Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang dimilki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Makna leksikal sebenarnya makna yang sesuai dengan hasil observasi, atau makna apa adanya. Makna gramatikal adalah apabila suatu kata telah mengalami beberapa cara seperti, afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. 4 Bagi seorang penerjemah prosedur penerjemahan sangat diperlukan saat penerjemah menemukan kasus. Dalam TSU ada beberapa prosedur dalam penerjemahan arab-Indonesia diantaranya: Mengedepankan, mengakhirkan, membuang, menambahkan, dan mengganti 5 2 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan Al-Quran Depag Edisi 1990, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.2001 3 Rochaya Machali,Pedoman bagi Penerjemah.Jakarta: Grasindo, 2000, h.11 4 Abdul Chaer,pengantar SemantikBahasa Indonesia.Jakarta: PT. rineka Cipta,2002, h.60. 5 Moch. Syarif Hidayatullah,Tarjim Al-An cara mudah menerjemahkan Arab- Indonesia Jakarta: Dikara, 2010, h.7 Masalah makna merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bidang penerjemahan. Jika kita berbicara tentang penerjemahan, kita juga berbicara tentang makna. Alasannya karena tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan keterampilan atau seni bagi seorang penerjemah dalam kemampuannya untuk menerjemahkan dengan tepat. Menguasai bahasa sumber, menguasai bahasa sasaran, dan menguasai teks yang diterjemahkan belum tentu menghasilkan terjemahan yang baik tanpa adanya praktik dan pengalaman penerjemah sebagai produk pikiran asli yang dilakukan oleh penerjemah dalam memberikan daya tarik tersendiri bagi penerjemah yang berbeda dari apa yang dimiliki oleh si pengarang. Gaya bahasa seseorang tidak mungkin dapat diterjemahkan sehingga seorang penerjemah itu harus benar-benar seorang kreatif. 6 Kegiatan menerjemah tidaklah semudah apa yang sering diperkirakan orang. Karena menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan pesan atau gagasan yang ditulis oleh pengarang asli di dalam bahasa terjemahan. Banyak kendala yang akan dijumpai dalam mencapai padanan yang tepat antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran baik bentuk atau isinya, untuk mempermudah pemahaman kepada pembaca. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar apa dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, sehingga identik 6 Hari Mukti Kridalaksana, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa . Flores: Nusa Indah, 1985 h.7 dengan apa yang dipikirkan pembaca atau pendengar. Jadi yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: 1 Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. 2 Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran, pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. 7 ا ع ط اء ةبيه ع ف ق ا اا ع ف ا ع Teks Sasaran TSA “Pada dasarnya Al-Quran memiliki kekuatan untuk meluluhkan hati karisma dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap jiwa” Penulis akan menganalisis hasil terjemahan di atas untuk lebih akurat dan terlihat efektif. Terjemahan La-Tahzan merupakan terjemahan harfiah. Bila ditinjau lebih jauh dalam terjemahan buku La-Tahzan, kata ةبيه diterjemahkan dengan kata “karisma” menurut penulis terjemahan tersebut kurang efektif karena pada kata “karisma” sulit dipahami. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karisma” mempunyai 3 makna yaitu: keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap atas kualitas kepribadian individu, atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas 7 Prof. Dr. Gorys Keraf. Komposisi sebuah pengantar kemahiran Bahasa. Penerbit Nusa Indah 1989. Jakarta, h. 36. kepribadian individu, karunia Allah Swt yang luar biasa yang diberikan kepada orang beriman supaya melayani umat. 8 Terjemahan tersebut agar lebih efektif yaitu: Pada dasarnya Al- Qur‟an memiliki kekuatan karisma untuk meluluhkan hati dan kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap jiwa” Teks sumber TSU و هعش خ اص أ ا ي ا ا , ا , ا أ عاطا , أاا ف ا ا ض , ق خ ف , ها ض ء عا ظ , ي خأ عف . Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas sh alat yang khusu‟, bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlaq, kerelaan dengan semua yang Allah Swt berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama. Penerjemahan yang terdapat pada contoh di atas sangat tidak akurat dalam ukuran tataran bahasa Indonesia yang baik dan benar, kata dan tersebut tidak boleh diletakkan di depan kalimat, namun jika demikian, penerjemahan tersebut bermasalah. Buku La_Tahzan adalah salah satu karangan Aidh Al-Qorni kemudian diterjemahkan oleh Samson Rahman menjadi “Jangan Bersedih” bagi yang sering mengikuti buku keislaman akhir-akhir ini khususnya di tanah air, tentunya tidak 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Th. 2007, h.509. asing lagi dengan nama „Aidh Al-Qorni. Penulis buku ini adalah salah satu penulis kontemporer dari Arab Saudi yang telah banyak menghadiahkan karya- karya tulis relatif membanggakan bagi umat islam. Karena berbagai keistimewaan yang penulis dapat dari buku ini, baik dari segi isi maupun gaya bahasa, maka penulis tertarik untuk dapat menganalisis hasil terjemahan Samson Rahman, oleh karena itu, Penulis berniat menulis skripsi yang berjudul: “ANALISIS AKURASI DAN EFEKTIVITAS TERJEMAHAN BUKU LA TAHZAN KARYA DR. ’AID AL-QORNI TERJEMAHAN SAMSON RAHMAN .” B. Perumusan Dan Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dalam pembahasan supaya lebih terarah, maka penulis membuat perumusan masalah adalah: 1. Apakah hasil terjemahan Buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39] .”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Da mpak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254] ”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” sudah akurat dalam tata Bahasa Indonesia? 2. Apakah hasil terjemahan Buku La Tahzan yang berjudul “Sabar Itu Indah [hal. 39] .”, “Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain [hal. 115]”, “Uzlah dan Dampak Positifnya [hal. 116]”, Perhatikan Lahir dan Batin [hal. 249], “Mereka Sepakat Pada Tiga Hal [hal. 254] ”, “Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kekurangan [hal. 256]”, dan “Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat [hal. 326]” kalimatnya sudah efektif dalam ukuran tata bahasa Indonesia?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian