ilaiha”. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah pemindahan pesan teks Bsu ke Bsa, bukan pemindahan struktur Bsu ke Bsa.
2. Proses Penerjemahan
Untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan yang terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses
penerjemahan.
12
Secara umum proses penerjemahan itu terdapat tiga tahap, ketiga tahap itu ialah:
a. Tahap Analisis
Dalam tahap ini struktur lahirkalimat yang ada dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna
tekstual, dan makna kontekstual. Tsu harus dibaca secara keseluruhan dan dipahami pesannya maksudnya meskipun hanya secara garis besar.
13
b. Tahap Transfer
Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari Bsu ke
dalam Bsa.
c. Tahap Restrukturisasi
Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dan sepadan dengan Bsu,
sehingga isi makna dan pesan yang ada dalam teks Bsu tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam Bsa secara sempurna. Proses penerjemahan yang
12
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, h.33
13
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan Dan Kebudayaan Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2006h,68
harus diperhatikan adalah analisis teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli yang diungkapkan kembali ke dalam Bsa dalam bentuk
kata-katakalimat yang sepadan dan wajar
14
. 3.
Jenis-Jenis Penerjemahan Metode terjemahan adalah teknik yang dipergunakan oleh seorang
penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode penerjemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, di antara metode yang
ada. Metode yang ditawarkan Newmark 1988 dinilai sebagai paling lengkap dan memadai. Menurut Newmark, metode ini terbagi menjadi 8 delapan. Penjelasan
dari kedelapan metode itu adalah sebagai berikut:
a. Penerjemahan Kata Demi Kata
Jenis penerjemahan semacam ini merupakan model penerjemahan yang paling sederhana. Terjemahan ini dilakukan sebagaimana adanya,
sesuai dengan namanya yaitu dititikberatkan pada kata demi kata. Saat menerjemahkan dengan jenis ini. Seorang penerjemah meletakkan kata-
kata Tsa langsung di bawah versi Tsu. Kata-kata Tsu diterjemahkan di luar konteks. Kata-kata yang bersifat kultural diterjemahkan apa adanya.
Namun, jenis penerjemahan ini biasanya hanya digunakan untuk pra penerjemahan analisis dan tahap pengalihan untuk Tsu yang sukar
dipahami, dan untuk para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik. Contoh:
14
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, h.33
ا ع
Di terjemahkan dengan: “Dan di sisiku tiga buku-buku” Terjemahan tersebut terlihat menggunakan jenis ini, karena jumlah kata-
kata dalam Bsu yang hanya lima kata, juga diterjemahkan setara 5 kata, tanpa merubah posisinya sedikit pun. Jenis penerjemahan ini memang
tidak mempertimbangkan dan memperhatikan apakah karya terjemahan yang dihasilkan terasa janggal atau tidak bagi penutur Bsa. Karenanya,
klausa di atas seharusnya bisa diterjemahkan menjadi saya punya tiga buku.
b. Penerjemahan Harfiah