Gambaran Partuturan Dalam Kekerabatan Masyarakat Suku

rohani accepted, terlebih dahulu harus dipastikan dapat diterima secara indrawi received, dalam arti kata bebas dari hambatan mekanis. 4. Hambatan Ekologis Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap poses berlangsungnya komunikasi. Cantoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, pada saat komunikator sedang berpidato. Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkanya jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkanya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan suara lalulintas atau kebisingan orang-orang seperti yang telah disebutkan. Dalam menghadapi gangguan seperti hujan, petir, persawat terbang lewat dan lain sebagainya yang datang tiba-tiba tanpa diduga terlebih dahulu, maka komunikator dapat melakukan kegiatan tertentu, misalnya berhenti dahulu sejenak atau memperkeras suaranya Effendy, 2004:16.

2.2.6 Gambaran Partuturan Dalam Kekerabatan Masyarakat Suku

Simalungun Marga” memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” tempat asal nenek moyang dan tibalni parhundul kedudukanperan dalam horja-horja adat acara-acara adat. Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” apa marga anda tetapi “hunja do hasusuran ni ham dari mana asal- usul anda?” Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” dari Raya, Purba, Dolog, Panei, Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih. Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Tutur bisa diterjemahkan sebagai panggilan yang digunakan masyarakat Simalungun sebagai sebutan untukkepada orang tertentu. Partuturan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan pardihadihaon. Perkerabtan masyarakat simalungun dapat dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut: A. Tutur Manorus Langsung Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri. • ANTURANG nantulang : Istri dari tulang, istri dri saudaranya tulang, ibu dari besan mertua dri saudara laki” istri kita • PARUMAEN: Menantu perempuan, menantunya sepupu kita, anak perempuan dari saudara laki” istri kita, namboru dan makkela juga marparumaenya sama istri kita. • NASIBESAN: istri dari saudara laki” istri kita dan istri sepupunya. Kalau anda perempuan maka NASIBESANNYA adalah suami dari saudara perempuan suami kita. • HELA: menantu laki” kita • GAWEI :EDA, antar perempuan : anak perempuan dari namboru, istri dr anak laki namboru. Istri dr saudara laki” kita dan sebaliknya. • LAWEI:LAE antar laki” sama halnya dgn Gawei. • PAHOMPU: cucu • NONO: Cucunya anak kita, ada juga beberapa tempat di SIMALUNGUN menyebut cucunya anak perempuan kta. • NINI: Kebalitan dari NONO. • SIMA-SIMA: anak dari nono maupun nini. • SIMINIK: semua generasi keturunan yang dibawah SIMA-SIMA. Ini kebanyakan dipakai hanya dgn secara religius. B. Tutur Holmouan Kelompok Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun • SANINA SAPANGANONKON: sepupu dari bapa ibu ompung Kita dan yang satu marga dgn kita. • SAPANGANONKON: Tulangnya menantu kita, sepupunya ibu kita. • PARIBAN: sepupu perempuan istri kita,TONDONG BOLONJABU = orang tua dan saudara laki”nya istri kita • TONDONG PAMUPUS: saudara laki”nya ibu kita • TONDONG BONA: saudara laki”nya nenek kita pamupus ni bapa kita • TONDONG MATA NI ARI: namamupus ompung diri tulang ni ompung • TONDONG NI TONDONG: Saudara laki”nya mertua perempuan kita tulangnya istri kita Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • TONDONG MANGIHUT: Keluarga dari menantu perempuan kita, keluarga dari istri saudara laki” bapa kita dan keluarga dari istri sepupu laki” kita. Ada yg menyebut dgn TONDONG RIAP. • ANAK BORU JABU:Makkelakita yang telah disahkan dengan adat. Biasanya yang paling tua. Dia lah yang menanggungjawabi seluruh yang disebut borubani sagala horja adat malas niuhur barang pusok niuhur. • PANOGOLAN: anak laki, dan perempuan dari saudara perempuan kita. • ANAK BORU AMPUAN: Suami dari boru kita marga na legan humbani boru diri • ANAK BORU MINTORI: anak perempuan suami dari saudari perempuan kita. • ANAK BORU MANGIHUT:Lawei mangihut botou atappe boru marhalahon ni sanina marhalahon ni inang • ANAK BORU SANINA:Anak boru mintoriyang semarga dengan kita. Dan ada juga yang mengatakan Anak boru Sanina tersebut Gamot. Tugas dan fungsi Anak Boru Sanina bisa saja menjadisanina, dan dapat juga berperan menjadi boru. C. Tutur Natipak Kehormatan Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat • MAR-KAHA : Panggilan kita buat istri abang kita, istri abang sepupu, sapanganonkon diri siabangan. Kalau kita perempuan maka kita MARKAHA terhadap suami dari anak perempuan dari kakak ibu kita suami kakak sepupu • MAR-NASIKAHA : Istri kita kepada abang kita dan abang sepupu, Sapanganonkon, semua abang menurut tutur adat • MAR-NASIANGGIKU : Semua istri dari tutur adik kita. • MAR-ANGGI : kita perempuan ke suami dari adik kita perempuan • MAR-HAM : Kita ke orang yg lebih tua dari kita, orang yg belum kita tau jelas partuturan kita dan kepada orang yg kira” seumuran dgn kita. • MAR-HANDIAN : Hampir sama dgn MARHAM pemakaiannya dan pemakaiannya lebih luas lagi artinya. Di daerah Bandar boleh juga dipakai kepada perempuan. • MAR-DOSAN : Dipakai perempuan ibu pengasuh, dayang” ataupun puan” ke sesamanya yang sudah lansia. • MAR-ANAHA : Dipakai puan” kepada laki” muda atau Garama. • MAR-KAKAK : Antara perempuan ke perempuan ke yg lebih tua darinya. • MAR-AMBIA : Sesama laki” ke orang yg sama umurnya atau ke lebih muda dari kita. • MAR-HO : kepada saudara kandung yg dibawah umur kita. Dibeberapa daerah sekarang ini ada yg menyebut ke istrinya. • MAR-HANIMA:sebutan kepada istri kita agak kasar ataukepada yang lebih muda dari kita lebih dari satu orang, atau kepada botou diri sendiri. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • MAR-NASIAM: Sebutan kepada orang yg umurnya diatas kita lebih dari satu org • MAR-AKKORA: Sebutan orang tua kepada yg lebih muda yg dekat hubungan familynya tuturnya • MAR-ABANG: Kepada abang kita dan org yg lebih tua dari kita. • MAR-TUAN:panggilan kepada penguasa raja kampung pada zaman dahulu ataupun pada keturunan. • MAR-BORU TULANG: orang yang menikah dengan boru tulangnya. • MAR-SIBURSOG: Panggilan kepada anak yang baru lahir kalau dia laki- laki. • MAR-SITATAP: Panggilan kepada anak yang baru lahir kalau dia perempuan. • MAR-PANG PAN PAN NANG NAN :Partigoranankepada yang telah memiliki keturunan, diambil dari nama anak yang pertama atau anak laki- laki yang lebih tua. • MAR-BAYA : panggilan perempuan yg sama umurnyasebaya atau lebih muda dari kita Sinaga, 2008:4-10. Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terhisab ke dalam organisasi sosial yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun hubungan ” Tolu Sahundulan, lima saodoran “, yaitu a Unsur Sanina yang mempunyai Horja pesta, ditambah dengan saudara- saudaranya dari garis bapak dan ompung semarga. b Unsur Boru, pelaksana tugas dalam Horja yang ditentukan, terdiri dan suami saudara perempuan bapak ditambah dengan suami saudara perempuan dari sanina yang punya Horja c Tondong, yaitu mereka yang dihormati dan duduk di luluan tempat terhormat yang terdiri dari saudara laki- laki dan ibu dan istri yang punya Horja. d Boru mintori, adalah boru dari pihak boru yang turut melaksanakan tugas dalam Horja di rumah tondongnya. e Tondong Bona atau Bonaniari adalah saudari laki-laki dari ompung perempuan. Adanya struktur kerangka susunan lembaga adat ini sekaligus memberi gambaran atau besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan adat yang akan dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari- hari hubungan kekerabatan ini diistilahkan dengan: “Sisei, sukkun, sari Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan surduk ibagas Habonaron do Bona” dalam bermasyarakat, dengan penjabaran  dingat martulang  sisei bani Sanina  holong sari bani Boru  sukkun marsinhuta 2.3 Model Teoritis Secara skematis, kajian pustaka peneliti dalam melakukan penelitian ini akan dibentuk suatu model teoritis sebagai berikut: Gambar 3 Sumber: Modifikasi peneliti Komunikasi antar tutur besan pada suku Simalungun di kelurahan Pematang Raya • Komunikasi antar budaya • Hambatan komunikasi • Interaksi simbolik Sejauh mana generasi suku Simalungun saat ini melaksanakan tradisi interaksi tutur besan masa sekarang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu Bungin,2010:68. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi. Istilahetnografi sebenarnyamerupakan istilahantropologi. Menurut KoentjaraningratEtnografimerupakanembriodariantropologi,yaitulahirpadatahapp ertama dariperkembangannya, yaitusebelum tahun1800- an.Etnografimerupakanhasil-hasilcatatanpenjelajah Eropa tatkalamencarirempah- rempahkeIndonesia. Merekamencatat semuafenomenamenarik yangdijumpaiselamaperjalanannya, antara lain berisitentangadat-istiadat,susunan masyarakat, bahasadanciri-ciri fisik darisuku-suku bangsa tersebutBungin, 2003:168. Penelitian etnografi merupakan metode penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi apalagi yang berkaitan dengan penelitian budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang budaya masyarakat dalam bentuk cara berfikir, cara hidup, adat, berprilaku, dan bersosial. Fokus dari penggunaan metode etnografi ini adalah konsep budaya. Pada dasarnya etnografi merupakan bidang yang sangat luas denga variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode. Pendekatan etnografi secara umum adalah pengamatan berperanserta sebagai bagian dari penelitian lapangan. Etnografer menjadi tertarik dalam suatu budaya sebagaibagian dari pemeran- sertanya dan mencatat secara serius data yang diperoleh dengan memanfaatkan catatan lapangan. Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia yang berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi dalam setting sosial dan budaya tertentu. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dengan teknik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara