Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Ke tujuh informan yang telah diwawancai, didapat hasil jawaban yang sama. Dengan situasi tersebut maka peneliti memutuskan untuk menyelesaikan wawancara. Dengan kata lain data yang didapatkan sudah mengalmi data jenuh. Dari data yang ditemukan dari hasil wawancara dan observasi mengacu pada hasil yang pada intinya dari jawaban informan adalah sama, yaitu komunikasi yang bertutur besan itu tidak bisa sembarangan dalam komunikasi. Terdapat batasan jarak untuk berkomunikasi diantara mereka. Dimana tidak bisa secara langsung kontak dengan besannya. Faktor-faktor yang menjadi pembatas dalam berkomunikasi diantara tutur besan tersebut adalah hambatan yang didasarkan oleh larangan adat. Larangan atau pantangan tersebut berupa, 1 tidak dibenarkan berkomunikasi berdua secara langsung, 2 untuk menyampaikan pesan harus menggunakan perantara. Tradisi yang telah ditetapkan oleh nenekmoyang suku Simalungun dahulu masih dilaksanakan, namun demikian telah ada yang berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Dimana aturan adat yang sudah dianggap tidak sesuai lagi sudah tidak dijalankan lagi. Misalnya demi kelancaran komunikasi, • Hambatan komunikasi antara tutur besan menggunakan dinding, pintu atau benda lain. • Hambatan budaya, aturan adat 7. Tuahman Sinaga • Proses komunikasi bertutur besan • Hambatan komunikasi antara tutur besan • Tidak boleh sembarangan, harus sopan, terdapat jarak pemisah atau pantangan • Hambatan budaya. Aturan adat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara hambatan berupa larangan adat itu sudah tidak dihiraukan lagi. Apalagi pada situasi yang mungkin sangat penting sekali. Pada informana I masih melakukan tradisi tersebut sampai sekarang namun tidak lagi seperti yang dulu ada. Dia telah memilah bagaimana sebaiknya untuk berinteraksi walaupun terhadap besan sendiri. Dalam artian pantangan itu masih ada, tetapi dalam hal-hal tertentu, pantangan itu tidak dianggap sebagai penghambat dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Demikan juga antara informan selanjutnya semua menuturkan masih melakukan hal tersebut, tetapu tidak seutuhnya lagi. Mereka berpendapat tradisi budaya itu harus tetap dijaga namun demikian hal yang misalnya tidak sesuai lagi akan ditinggalkan. Dan banyak informan yang menganggap adalah lebih baik komunikasi yang terjadi saat ini dibanding dengan yang dahulu ada. Karena lebih berorientasi kepada kesuksesan komunikasi. Proses komunikasi pada tutur besan dapat digambarkan sebagai berikut, Komunikator menyampaikan pesan melalui media perantara misalnya benda- benda disekitarnya, atau dengan media orang sebagai penyambung mulut pembicara kepada komunikan. Dengan kondisi yang seperti itu maka komunikasi yang terjadi tidak berjalan dengan baik dimana akan ada kemungkinan terjadi miss komuncation diantara mereka oleh sebab media yang digunakan tidak selamanya sesuai. Proses komunikasi yang merupakan suatu proses transfer informasi dari komunikator kepada komunikan menggunakan media atau saluran untuk mencapai saling pengertian, nampaknya tidak berlaku pada tutur besan ini. Tujuan untuk memdapatkan saling pengertian dirasa tidak akan tercapai dengan kondisi seperti ini. seperti yang telah diuraikan para informan bahwa apabila berkomunikasi dengan besan, maka harus disampaikan kepada dinding atau tiang. Hal semacam itu merupakan hambatan yang dapat membuat pesan yang disampaikan tidak akan sempurna diterima oleh komunikannya. Karena akan dapat menimbulkan salah persepsi atau salah pengertian. Komunikasi tutur besan saat ini sudah mengalami perkembangan. Seperti yang telah diuraikan oleh para informan bahwa tutur itu merupkan kehormatan. Maka untuk itu dalam berkomunikasi harus menggunakan bahasa yang sesuai Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dengan adat. penggunaan kata nai atau nassi merupakan bahasa yang memiliki makna yang sopan dan hormat. Dengan membubuhkan kata tersebut menjadi kata ganti orang untuk besan tersebut maka akan dapat berkomunikasi dengan besan. Sehingga berkomunikasi secara langsung, tidak dianggap tabu lagi, karena adat sopan santunya tetap dijaga. Dari ketujuh informan yang telah diwawancarai, mereka tidak lagi menggunakan sistem aturan adat yang seperti dahulu. Mereka sudah menggunakan sistem yang ada saat ini. mereka tidak jarang berkomunikasi secara langsung dengan besannya sendiri. Mereka menilai komunikasi yang dahulu telah tidak cocok lagi apabila diberlakukan saat ini. Walaupun sekarang bentuk komunikasi yang terjadi telah berubah, namun tidak secara total. Budaya yang juga sifatnya dinamis berubah menyesuaikan dengan kebutuhan atau kecocokan saat ini. Adanya akulturasi budaya menyebabkan pola komunikasi juga berubah. Dalam komunikasi tutur besan ini, hal tersebut juga terjadi. Perubahan proses komunikasi yang terjadi disebabkan adanya percampuran budaya. Misalnya menurut bapak koco saragih, adanya orang jawa yang menikah denga orang simalungun. jadi demi kelancaran komunikasi dan kurang pahamnya akan budaya setempa membuat berubahlah sitem itu. Selain daripada itu, pola pikir masyarakat Simalungun yang semakin maju dan berkembang membuat perubahan pada budaya tadi. Seperti cerita yang menyatakan tidak dapat menolong besannya yang hanyut disungai karena adanya larangan adat, dinilai sudah tidak layak lagi dilakukan. Pandangan akan pentingnya rasa kemanusiaan menjadi alasan untuk mengubah budaya tersebut. Perubahan adat budaya tersebut sebenarnya tidak secara total. Keadaan sekarang hanya hal yang dianggap negatif saja yang berubah. Kebebasan berkomunikasi langsung itu masih juga memiliki aturun adat. adanya rasa marmalang segan, hormat diantara tutur besan tersebut menandakan masih ada hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Marmalang itu merupakan simbol nonverbal dalam berkomunikasi diantara mereka. Menujukan rasa marmalang tersebut adalah berkomunikasi secara santun, apabila tanpa sengaja berpapasan dijalan berdua hanya saling tegur sapa, intonasi bicara yang sopan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN