KROMATOGRAFI CAIR LIQUID CHROMATOGRAPHY

253 a. Normal phase Chromatograpy : Fase diam bersifat polar kuat dan fase gerak bersifat non- polar Misalnya : Silika = fase diam , n-hexane = fase gerak b. Reversed phase Chromatography: Fase diam bersifat non-polar dan fase gerak bersifat polar. Misal : Hydrocarbon = fase diam, air = fase gerak Gambar 18.21. menggambarkan kedua teknik tersebut menunjukkan elusi komponen sampel dengan polaritas berbeda. Gambar 18.21. Ilustrasi kromatografi cair yang normal dan “reversed phase”. Fase gerak dapat dipompakan ke dalam kolom dengan tiga cara : 1 Isokratik : aliran tetap konstan dan ketetapan komposisi dari fase gerak tetap berlaku. 2 Gradient Elution : aliran konstan dan perubahan komposisi dari fase gerak terjadi. 3 Flow Program : aliran bervariasi dan ketetapan komposisi dari fase gerak terjadi. 254

18.5.2. Kromatografi Padat Cair Adsorpsi Liquid Solid Chromatography

Fase diam adalah adsorben dan pemisahan didasarkan pada adsorpsi berulang dan desorpsi bahan terlarut analit. Bahan terlarut ditambahkan ke sistem padat misal silika cair misal aseton. Skala Polaritas Jenis-jenis Senyawa didasarkan pada kenaikan retensi Fluorocarbon Hidrokarbon jenuh saturated hydrocarbon Olefins Aromatik Senyawa halogen Eter Senyawa nitro Ester = keton = aldehid Alkohol = amina Amida Asam karbosilat Carboxylic Acids 255 Keseimbangan nE A ads m nE A m ads A = analit E = eluan n ads m n m ads ads E A E A k = m = fase gerak ads = adsorbed

18.5.3. Kromatografi Cair Cair Liquid Liquid Chromatography

Fase diam merupakan cairan lebih baru-baru ini bonded phase yang dilapiskan pada patana inert bahan pendukung . Bahan terlarut ditambahkan ke dalam sistem yang mengandung dua pelarut yang tidak dapat dicampur dan memenuhi keseimbangan m s A A K = K = Konstanta Partisi Konstanta Partisi dihubungkan pada rasio partisi k’ via volume tiap fase oleh persamaan m s V V K k = V = Volume A m A s Cairan 1 Cairan 2 [A S ] [A m ] K 256 High Performance Liquid Chromatograph HPLC 257 18.5.4.Kromatografi Penukar Ion Ion Exchange Cromatography Fase diam berupa penukar kation maupun anion yang terdiri atas gel silika atau polimer dengan berat molekul tinggi dimana merupakan gugus ionik berikatan kimia, Bahan terlarut bersifat ionik ditambahkan pada sistem pertukaran kation atau anion dengan polar eluan misal air. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik. ionex - m E R A - m ionex E A R m ionex - ionex A E E A K = R = ion exchanger

18.5.5. Kromatografi Pasangan Ion Ion Pair Chromatography

Dalam Ion Pair Chromatography dipilih sistem normal atau reversed phase dan counter ion ditambahkan pada eluan. Dalam kebanyakan kasus sistem reversed phase lebih disukai. Ion Pair Chromatography telah digunakan untuk memisahkan sampel yang mengandung komponen ionik maupun non-ionik. ANION Exchange 258 Saat ini terdapat dua kontroversi mengenai mekanisme pemisahan dan ada dua kubu kontroversi mendera satu mekanisme berikut: a. Bagian akhir counter-ion lipophilic diadsorbpsi ke fase diam dan pertukaran ion terjadi dalam cara normal lihat atas b. Analit dikombinasikan dengan counter ion dan mengambil bagian dalam kromatografi sebagai pasangan ion 259

18.6. INTERAKSI SOLVEN-SOLUT DALAM KROMATOGRAFI

Terdapat empat interaksi utama yang terjadi antar solven pelarut fase cair dan solut analit. a. Interaksi Dispersi b. Interaksi Dipol c. Interaksi ikatan hidrogen d. Interaksi dielektrik Interaksi Dispersi Distribusi elektron dalam solut analit pada saat tertentu adalah asimetris mengarah pada momen dipol temporari dalam solut. Temporari dipol dalam solut mempolarisasi elektron dalam molekul solven bersebelahan. Hasil distribusi elektron menyebabkan daya tarik elektrostatik anatar solven dan solut analit Kekuatan dispersi semakin kuat, untuk memudahkan polarisasi elektron dalam molekul analit dan solven. Kemampuan polarisasi elektron meningkat dengan refractive index senyawa. Oleh karena itu solven dengan refractive index tinggi akan lebihy suka melarutkan analit dengan refractive index tinggi. Sampel dengan refractive index tinggi termasuk aromatik dan senyawa dengan multiple substituen atau atom dari pojok kiri atas dari tabel periodik seperti –Cl, -Br, -I, -S dan lainnya. Semakin besar jumlah elektron dalam atom atau molekul maka semakin kuat interaksinya. Kekuatan dispersi terjadi antar semua atom dan molekul. Interaksi Dipol Baik solven fase cair maupun analit mungkin momen dipol permanen, menghasilkan kelurusan solven dan analit dalam konfigurasi linier. Contoh : - 3 - 3 N C - CH N C - CH ≡ ≡ Interaksi dipol ini biasanya terjadi antara gugus fungsional individual dari dua molekul yang menyebabkan interaksi selektif 260 antara solven dan solut analit. Semakin besar momen dipol semakin besar pula interaksi yang terjadi. Tabel 18.5. Harga momen dipol dari sejumlah gugus fungsional Gugus fungsi Momen dipol Gugus fungsi Momen dipol Amina -N 0,8 – 1,4 Ester -COO- 1,8 Eter -O- 1,2 Aldehid -CHO 2,5 Sulfida -S- 1,4 Keton -C=O 2,7 Thiol - SH- 1,4 Nitro -NO2 3,2 Asam karboksilat -COOH 1,7 Nitrit -C=N 3,5 Hidroksi -OH 1,7 Sulfoksida -SO- 3,5 Halogen -F, - Cl, -Br, -I 1,6 – 1,8 Momen dipol Debyes Interaksi Ikatan Hidrogen Interaksi ikatan hidrogen terjadi antara molekul donor proton dan akseptor proton seperti yang digambarkan oleh interaksi antara kloroform molekul donor dan trimetilamina molekul akseptor Cl 3 C-H ? : N-CH 3 3 donor proton akseptor proton Ikatan hidrogen menjadi lebih kuat selama donor semakin mampu memrikan proton dan akseptor semakin mampu untuk menrima proton. Akseptor proton dapat diklasifikasikan menurut kekuatan basa atau kekuatan memerima, yang dapat ditentukan secara eksperimen. Solven donor yang kuat lebih suka berinteraksi dan melarutkan senyawa analit akseptor kuat.