PENDAHULUAN smk KimiaAnalitik AdamWiryawan

2 c. Penentuan konsentrasi bahansenyawa yang bermanfaat atau bernilai tinggi. Analisis kimia digunakan pada penentuan kadar lemak dalam krim, kadar protein dalam suatu makanan atau bahan pangan, kadar uranium dalam suatu bijih tambang. d. Bidang kedokteran. Untuk mendiagnosis suatu penyakit pada manusia diperlukan suatu analisis kimia, sebagai contoh : tingkat konsentrasi bilirubin dan enzim fosfatase alkali dalam darah menunjukkan adanya gangguan fungsi liver. Tingkat konsentrasi gula dalam darah dan urin menunjukkan penyakit gula. e. Penelitian. Sebagian besar penelitian menggunakan kimia analitik untuk keperluan penelitiannya. Sebagai contoh pada penelitian korosi logam, maka ditentukan berapa konsentrasi logam yang terlarut ke dalam lingkungan air. Di bidang pertanian, suatu lahan pertanian sebelum digunakan, maka tingkat kesuburannya ditentukan dengan mengetahui tingkat konsentrasi unsur yang ada di dalam tanah, misalnya konsentrasi N, P, K dalam tanah. 1.3.TAHAPAN DALAM ANALISIS KIMIA Dalam melakukan analisis kimia, perlu dilakukan tahapan analisis untuk memperoleh hasil analisis kimia yang tepat dan teliti. a. Perencanaan analisis. Sebelum melakukan analisis kuantitatif, maka perlu memperhati- kan dua hal berikut ini ; - Informasi analisis apa yang diperlukan : Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketepatan dan ketelitian hasil analisis yang diperlukan dan tipe sampel yang akan dianalisis. - Metode analisis yang harus digunakan : Untuk mendapatkan hasil analisis dengan tingkat ketepatan dan ketelitian tertentu memerlukan metode analisis tertentu. Selain itu 3 untuk memilih metode analisis, diperlukan bahan kimia dan peralatan tertentu. b. Pengambilan sampel sampling. Masalah utama dalam sampling adalah pengambilan sampel secara representatif. Hal ini sering tidak tercapai karena keadaan sampel secara keseluruhan tidak homogen. c. Persiapan sampel untuk analisis. Tahap ini meliputi pengeringan sampel, pengukuran sampel dan pelarutan sampel. Pengeringan sampel. Tahap ini dilakukan untuk sampel dalam wujud padat. Pengeringan sampel dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang ada dalam sampel. Pengeringan sampel dilakukan menggunakan oven dengan suhu 100 – 110 o C sampai mencapai berat konstan. Penimbangan atau pengukuran volume sampel. Dalam analisis kuantitatif, sampel yang dianalisis harus diketahui secara kuntitatif berat atau volume sampel. Pelarutan sampel. Dalam pelarutan sampel harus dipilih pelarut yang dapat melarutkan sampel secara sempurna. Pelarut yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi ; air, pelarut organik, pelarut asam asam encer, asam kuat, asam campuran serta peleburan. d. Pemisahan senyawa pengganggu. Kebanyakan metode analisis kimia bersifat selektif hanya untuk unsur atau senyawa yang dianalisis. Ada beberapa metode analisis yang tidak selektif, karena adanya unsur atau senyawa pengganggu. Untuk itu unsur atau senyawa pengganggu harus dipisahkan dari sampel yang akan dianalisis. Metode yang paling mudah untuk pemisahan unsursenyawa pengganggu adalah pengendapan. Metode yang lain adalah ekstraksi pelarut dan kromatografi. e. Pengukuran analisis unsursenyawa yang akan diketahui. 4 Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar unsursenyawa. Beberapa metode analisis disajikan pada sub bab 1.4. f. Perhitungan, pelaporan dan evaluasi hasil analisis. Setelah melakukan analisis secara kuantitatif, maka perlu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan jumlah analit dalam sampel. Termasuk memperhitungkan berapa berat sampel untuk sampel padat atau volume sampel untuk sampel cair dan juga faktor pengenceran. Evaluasi terhadap hasil analisis dilakukan terhadap tingkat ketepatan dan ketelitiannya. 1.4. METODE DALAM ANALISIS KIMIA Beberapa metode analisis kimia yang biasa digunakan, baik yang konvensional maupun yang menggunakan instrumen adalah sebagai berikut ; a. Gravimetri. b. Titrasi volumetri : meliputi titrasi Asam basa, Pengendapan, Pembentukan komplek, Oksidasi reduksi. c. Ekstraksi d. Kromatogarfi e. Elektro analisis kimia : meliputi Polarografi, Potensiometri, Konduktometri. f. Spektrofotometri : meliputi spektrofotometri sinar tampak visibel, sinar UV, sinar Infra merah IR, serapan atom. 5

BAB II PERLAKUAN DATA HASIL ANALISIS

DAN KESALAHAN PENGUKURAN 2.1. PENDAHULUAN Dalam melakukan analisis kimia, untuk memperoleh hasil analisis yang baik, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut : - Seorang analis kimia harus mencatat dengan teliti dan menghitung dengan benar setiap hasil analisis dalam log book. - Analisis biasanya dilakukan beberapa kali ulangan maka analis harus menentukan angka atau hasil terbaik untuk dilaporkan. Harga terbaik diperoleh dari rata-rata beberapa kali pengukuran. - Analis harus mengevaluasi hasil yang diperoleh dan menentukan batas kesalahan untuk disajikan pada hasil akhir. 2.2. KETEPATAN DAN KETELITIAN Pengertian yang jelas mengenai ketelitian presisi dan ketepatan akurasi dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu hasil analisis. Ketelitian presisi adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran. Sedangkan ketepatan akurasi adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya true value correct result. Untuk memperjelas perbedaan antara ketepatan dan ketelitian diberikan contoh hasil pengukuran pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1. Data tersebut merupakan hasil analisis dari percobaan yang sama tetapi dilakukan oleh empat orang yang berbeda, dimana 6 masing-masing dengan lima kali ulangan. Sedangkan angka yang sebenarnya seharusnya adalah 10,00. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh A mempunyai ketelitian yang tinggi karena standar deviasinya kecil 0,02, sedangkan ketepatannya rendah karena rata-ratanya 10,10 jauh terhadap 10,00. Hasil pengukuran yang diperoleh B mempunyai ketelitian yang rendah karena deviasinya besar yaitu 0,17, sedangkan ketepatannya tinggi karena hasil rata- ratanya 10,01 dekat terhadap 10,00. Hasil analisis yang diperoleh Tabel 2.1. Hasil pengukuran oleh empat analis Analis Hasil Rata – rata A 10,08; 10,11; 10,09; 10,10 ; 10,12 10,10 ± 0,02 B 9,88; 10,14; 10,02; 9,80; 10,21 10,01 ± 0,17 C 10,19; 9,79; 9,69; 10,05; 9,78 9,90 ± 0,21 D 10,04; 9,98; 10,02; 9,97; 10,04 10,01 ± 0,03 Hasil yang benar A l l l | ooooo l l Ketelitian tinggi Ketepatan rendah B l o o l l o l o l o l Ketelitian rendah Ketepatan tinggi C o l oo l l l o l o l l Ketelitian rendah Ketepatan rendah D l l l oo l oo l l l Ketelitian tinggi 9,70 10,00 10,30 Ketepatan tinggi Gambar 2.1. Ploting data pada tabel 2.1.