10
AKIP dan Pengukuran Kinerja
Berbagai komponen tersebut sesuai dengan kebijakan yang mengiringi perkembangan SAKIP ke depan, antara lain yang tertuang
di dalam UU 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; PP No. 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kinerja Pemerintah; PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga; UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional; UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; PP No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah; dan terakhir PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang
merupakan tindaklanjut dari UU 1 tahun 2004. Sesuai dengan dinamika manajemen pemerintahan, dengan terbitnya
berbagai peraturan perundang-undangan tersebut, maka komponen- komponen SAKIP memerlukan harmonisasi dengan memperhatikan
pengertian-pengertian yang sejalan dengan sistem perencanaan, penganggaran, perbendaharaan dan Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Pengertian-pengertian tersebut mencakup 1 perencanaan stratejik dan Rencana Stratejik; 2 pengukuran kinerja; 3 evaluasi kinerja;
4 Rencana Kerja Pemerintah RKP; 5 Rencana Kerja Kementerian NegaraLembaga; 6 RKA-KL; 7 penetapan kinerja;
dan 8 laporan.
Modul Diklatpim Tingkat III
11
A. Perencanaan Stratejik dan Rencana Stratejik
1. Pengertian Perencanaan Stratejik
Dalam Lampiran
Inpres 71999
disebutkan bahwa
perencanaan strategik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun
waktu 1 satu sampai dengan 5 lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada
atau mungkin timbul. Rencana stratejik mengandung visi, misi, tujuansasaran, dan program yang realistis dan
mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai. Sementara itu, pengertian perencanaan stratejik tidak
ditemukan dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perencanaan, penganggaran dan pelaporan.
Perencanaan stratejik sebagai sebuah proses untuk
menghasilkan rencana stratejik, dalam UU 252004 Pasal 15, diatur tentang bagaimana proses menyusun Renstra
KLSKPD, sebagai berikut: a.
Pimpinan KementerianLembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 1.
b. Menteri menyusun rancangan RPJM Nasional dengan
menggunakan rancangan Renstra-KL
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan berpedoman pada RPJP
Nasional. c.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan
12
AKIP dan Pengukuran Kinerja
fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat 2. d.
Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan
menggunakan rancangan
Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan berpedoman
pada RPJP Daerah. Sedangkan proses penetapan rencana stratejik disebutkan
dalam UU 252004 pasal 19, yaitu: a.
RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 tiga bulan setelah Presiden dilantik.
b. Renstra-KL ditetapkan dengan peraturan pimpinan
KementerianLembaga setelah disesuaikan dengan RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
c. RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah paling lambat 3 tiga bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
d. Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan
Satuan Kerja Perangkat Daerah setelah disesuaikan dengan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
3.
2. Pengertian Rencana Stratejik