Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian

Variabel Earnings per Share X3 dalam penelitian ini diukur dengan laba bersih per lembar saham. Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa rata-rata laba bersih per lembar saham dalam kurun waktu 2005-2008 adalah sebesar Rp. 534,37.- dengan rata-rata laba bersih per lembar saham tertinggi dan terendah masing-masing Rp. 41.514.- per lembar dan Rp. 230,76.- per lembar sahamnya. Variabel Price Earnings Ratio X4 dalam penelitian ini diukur dengan harga saham dibagi dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa rata-rata PER dalam kurun waktu 2005-2008 adalah sebesar Rp. 364,27.- dengan rata-rata PER tertinggi dan terendah masing-masing Rp. 40.516.- per lembar dan Rp. 114,85.- per lembar sahamnya. Variabel Investment Opportunity Set IOS Ratio X5 adalah set kesempatan investasi. Dalam penelitian ini diukur dengan nilai Total Assets Turnover yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa rata-rata IOS dalam kurun waktu 2005-2008 adalah sebesar 364,27 dengan rata-rata IOS tertinggi dan terendah masing-masing 2876 dan -34,53.

5.1.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas Ghozali, 2005. 5.1.2.1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model Universitas Sumatera Utara regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal probabilitas plot. Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS, uji normalitas data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai model normalitas data diantaranya yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 berikut: Model Histogram Gambar 5.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram Sebelum Transformasi Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak terdistribusi normal dengan residualnya. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan pada sentral garis distribusi normal sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal Ghozali, 2005. Universitas Sumatera Utara Model Grafik P-P Plot Selain menggunakan model histogram, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan gambar Grafik P-P Plot. Berdasarkan pada Gambar 5.2 di bawah titik-titik tidak menyebar digaris titik diagonal dengan demikian data tidak terdistribusi normal. Gambar 5.2. Normal P-P Plot Sebelum Transformasi Menurut Ghozali 2005, menyatakan bahwa jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berdasarkan gambar tersebut maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Menurut Erlina dan Mulyani 2007 ada beberapa cara merubah model regresi menjadi normal yaitu dengan cara: Universitas Sumatera Utara 1. Melakukan transformasi data ke bentuk lain. 2. Melakukan trimming yaitu membuang data outlier. 3. Melakukan winsorizing yaitu merubah nilai data outlier dalam bentuk tertentu. Pada penelitian ini untuk data yang tidak normal dilakukan dengan melakukan transformasi kedalam bentuk logaritma natural. Adapun hasil setelah dilakukan transformasi dengan cara melakukan logaritma terhadap data maka diperoleh hasil sebagai berikut: Model Histogram Gambar 5.3. Uji Normalitas Data dengan Histogram Sesudah Transformasi Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan normal. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan tidak menceng ke kiri maupun ke kanan. Universitas Sumatera Utara Model Grafik P-P Plot Berdasarkan pada Gambar 5.2 di bawah titik-titik menyebar digaris titik diagonal dengan demikian merupakan data normal. Gambar 5.4. Normal P-P Plot Sesudah Transformasi Ghozali 2005, menyatakan bahwa jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model Statistik dengan Uji Kolmogorov Smirnov Selain itu uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel Universitas Sumatera Utara pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut: Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test Sebelum Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 508 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.59233396E4 Most Extreme Differences Absolute .319 Positive .295 Negative -.319 Kolmogorov-Smirnov Z 7.196 Asymp. Sig. 2-tailed .000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS Lampiran 8b Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 7.196 dan signifikan pada 0.000. Hal ini berarti H diterima yang berarti data residual tidak terdistribusi normal. Setelah dilakukan transformasi dengan melakukan transformasi dalam bentuk logaritma maka hasil yang diperoleh sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test Sesudah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 366 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.40513673 Most Extreme Differences Absolute .063 Positive .063 Negative -.028 Kolmogorov-Smirnov Z 1.201 Asymp. Sig. 2-tailed .112 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS Lampiran 8b Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.3 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.201 dan signifikan pada 0.112. Hal ini berarti H ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal. 5.1.2.2. Uji multikolinearitas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali 2005 salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF Variance Inflation Factor yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 ROA_X1 .997 1.003 ROE_X2 1.000 1.000 EPS_X3 .089 11.277 PER_X4 .089 11.291 IOS_X5 .996 1.004 a. Dependent Variable: HS_Y Sumber: Hasil Output SPSS Lampiran 8b Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk variabel EPS_X3 dan PER_X4 adalah 10 dan Tolerance mendekati 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terdapat gejala multikolinearitas homoskedastisitas. Setelah dilakukan proses transformasi maka menghasilkan model berikut: Tabel 5.5. Uji Multikolinearitas Sesudah Transformasi Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 ln_ROA_X1 .885 1.129 ln_ROE_X2 .685 1.460 ln_EPS_X3 .553 1.809 ln_PER_X4 .416 2.402 ln_IOS_X5 .941 1.063 a. Dependent Variable: ln_HS_Y Sumber: Hasil Output SPSS Lampiran 8b Universitas Sumatera Utara Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas homoskedastisitas. 5.1.2.3. Uji autokorelasi Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW. Menurut Santoso 2005: 241, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson DW. Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai d tabel dengan tingkat signifikansi 5 dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,670, berarti data tidak terkena autokorelasi. Tabel 5.6. Nilai Durbin-Watson Model R Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .584 a 1.41486 1.670 Sumber: Hasil Output SPSS Lampiran 8 b Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 1,670 Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin- Watson, dengan kriteria menurut Santoso 2005: 219 dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut: a. Predictors: Constant, ln_IOS_X5, ln_ROA_X1, ln_EPS_X3, ln_ROE_X2, ln_PER_X4 b. Dependent Variable: ln_HS_Y Universitas Sumatera Utara 1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson D- W sebesar 1,550. Oleh karena itu, nilai DW dalam rentang nilai -2 dan lebih kecil dari 2 -2 1,670 2 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif. 5.1.2.4. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.5: Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Output SPSS Lampiran 8b. Gambar 5.5. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu permasalahan heteroskedastisitas dapat diketahui dengan Uji Park Ghozali, 2005: 107. Model regresi yang baik adalah model yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dengan Uji Park. Asumsi utama Uji Park yaitu dengan melakukan transformasi logaritma terhadap residual Ghozali, 2005: 107. Adapun hasil pengujian Uji Park terdapat pada Tabel 5.7 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Uji Park Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 7.317 .682 10.725 .000 ln_ROA_X1 -.093 .115 -.090 -.806 .423 ln_ROE_X2 .205 .148 .204 1.385 .170 ln_EPS_X3 .120 .101 .188 1.179 .242 ln_PER_X4 .163 .115 .261 1.418 .160 ln_IOS_X5 -.026 .144 -.020 -.178 .859 a. Dependent Variable: ln_Res Sumber: Hasil Olah Data SPSS Lampiran 8b. Jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut tidak signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak. Hasil yang terlihat pada Tabel 5.7 menunjukkan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan ln_ROA_X1 dengan tingkat signifikansi 0.423, ln_ROE dengan tingkat signifikansi 0.170, ln_EPS dengan tingkat signifikansi 0.242, ln_PER_X4 dengan signifikansi 0.160 dan ln_IOS dengan tingkat signifikansi 0.859. Maka dapat disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Investment Opportunity Set Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

1 81 115

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap Return Saham dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 59 170

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 76