Investment Opportunity Set IOS

pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya Purnomo, 2008: 34. Dalam penelitiannya, Basu 1977: 670 menemukan bahwa PER dan return adalah berkaitanberhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan PER yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan harga saham yang dapat dirumuskan: PER = 100 x share per Earnings share per price Market Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan EPS, di mana hal tersebut dapat diperoleh dari masing-masing neraca balance sheet pada laporan keuangan masing-masing bank yang diobservasi. Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan convertible debt. Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan.

2.1.5. Investment Opportunity Set IOS

IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, di mana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena akan memberikan deviden Universitas Sumatera Utara yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar. IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki assets in place yang dinilai secara independen dari kesempatan investasi perusahaan di masa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi di masa yang akan datang, di mana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan value of firm. Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau total hutang jangka panjang long term liabilities dengan jumlah ekuitas, juga melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan format di dalam struktur modal perusahaan. Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang yang diukur dengan investment opportunity set IOS akan menunjukkan nilai perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan. Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley 1999 dalam Pagalung 2003. Kebijakan pendanaan financing, deviden, kompensasi dan akuntansi Smith dan Watts, 1992, Gaver dan Gaver, 1993, 1995 dan Skinner, 1993, Pemilihan kebijakan pengungkapan Cahan dan Hossain, 1996 kebijakan deviden dan hutang korporasi konglomerat Chaebol Korea Gul dan Kealey, 1999, kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia Jones dan Sharma, 2001, perusahaan multinasional Belkaoui dan Picur, 1998, model penilaian pasar Universitas Sumatera Utara Belkaoui dan Picur, 2001, dan model umum kesempatan tumbuh Al Najjar dan Belkaoui, 2001. Investment Opportunity Set IOS perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan dengan asumsi pendapatan konstan agency theory, sementara assets in place tidak memerlukan investasi tersebut Gaver and Gaver dalam I. Ketut Jati, 2003. Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham market value of share dengan nilai buku book value of share. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi Hartono dalam I. Ketut Jati, 2003. Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama proksi Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma, 2001, Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003 yaitu: 1. Proksi berdasarkan harga price based proxies, 2. Proksi berdasarkan investasi investment based proxies, dan 3. Proksi berdasarkan varian variance measurement based proxies. 1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan Universitas Sumatera Utara yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan assets in place. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut: a. Market to book value of equity dihitung dengan formula: Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100 Total Ekuitas b. Book to market value of assets dihitung dengan formula: Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva c. Earning to price ratios dihitung dengan formula: Laba Per Lembar Saham Harga Penutupan Saham d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi: Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham + Total Hutang + sediaan - Jumlah Aktiva Lancar Total Aktiva e. Debt ratios dihitung dengan formula: Total Hutang x 100 Total Aktiva f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula: Total Hutang x 100 Total Modal Sendiri Universitas Sumatera Utara g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula: Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100 Penjualan h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula: Penjualan x 100 Total Aktiva 2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya: a. The ratio of R D to assets. b. The ratio of R D to sales. c. Ratio of capital expenditure to firm value. d. Investment intensity. e. Ratio of capital expenditure to book value of assets. f. Investment to sales ratios. g. Rasio capital additional to assets book value. h. Investment to earnings ratio. Universitas Sumatera Utara i. Log of firm value. 3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan variance measurement yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya: a. Variance of returns. b. Assets beta. c. The variance of assets deplated sales. Ketiga jenis proksi di atas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable Gaver dan Gaver, 1993. Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal single ratio, namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran komposit composite measures yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut. Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit Gaver dan Gaver, 1993. Selain itu dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal single variable untuk proksi IOS Kallapur dan Trombley, 2001.

2.1.6. Harga Saham

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Investment Opportunity Set Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

1 81 115

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap Return Saham dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 59 170

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 76