Anatomi Kejahatan Bank Dengan Modus Reksa Dana

B. Anatomi Kejahatan Bank Dengan Modus Reksa Dana

Cara-cara pembelian reksa dana adalah sebagai berikut: 159 a. Sebelum Investor Membeli Reksa Dana, Investor harus mengerti dan memahami apa yang tercantum dalam prospektus reksa dana yang bersangkutan. b. Investor harus memahami dan menerima risiko yang telah digambarkan dalam prospektus reksa dana. c. Mengisi formulir yang telah disediakan oleh manajer investasi atau agen penjual reksa dana, yang antara lain memuat: - Jangka Waktu investasi; - Tujuan Investasi; - Tingkat risiko yang sanggup ditanggung; - Tingkat pengetahuan pemodal reksa dana atas industri reksa dana secara umum dan reksa dana yang akan dibeli; d. Formulir tersebut harus ditandatangani pemodal. e. Jika dana telah ditransfer ke rekening reksa dana, selanjutnya bank kustodian sebagai pencatat rekening reksa dana akan memberikan confirmation letter kepada pemodal yang menyatakan bahwa pemodal yang bersangkutan telah memiliki sejumlah unit reksa dana yang telah dibeli. f. Menyerahkan copy identitas diri. g. Menyerahkanmelampirkan bukti setor untuk pemesanan pembelian ke rekening reksa dana yang tercantum di dalam prospektus. Yang berhak memasarkan reksa dana adalah : 160 159 Tb. Irman S., Anatomi Kejahatan Perbankan, Bandung: Penerbit MQS Publishing, 2006 , hlm.232-233 160 Ibid. hlm.233 Universitas Sumatera Utara a. Agen Penjual Reksa Dana yang telah memiliki izin wakil agen penjual reksa dana dari Bapepam. b. Karyawan dan manajer investasi yang telah memiliki izin wakil penjual reksa dana atau izin wakil perusahaan efek. c. Yang berhak menerbitkan reksa dana adalah Perseroan Terbatas yang memiliki izin dari Bapepam sebagai perusahaan efek yang bergerak dalam usaha manajer investasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 1 Pola Kejahatan Bank Dengan Modus Reksa Dana Dalam contoh kasus berikut akan digambarkan lebih dulu pola atau modus kejahatan yang melibatkan reksa dana ini, yaitu sebagai berikut: 161 Sumber Data: Tb. Irman S., Drs., S.H., M.H., Anatomi Kejahatan Perbankan, 161 Ibid. hlm.234-235 Universitas Sumatera Utara Bandung: Penerbit MQS Publishing, 2006 , hlm. 234. Penjelasan dari Gambar 1 di atas adalah sebagai berikut: 1. Para nasabah dari Bank GLO yang mempunyai rekening baik tabungan maupun deposito, ditawari produk reksa dana PT. Prudence Asset Management. Nasabah terdiri atas nasabah pada kantor cabang Bank GLO Mangga Dua, Kelapa Gading, Tanah Abang, Jatinegara dan lain-lain cabang bank GLO. 2. Nilai total dana nasabah secara keseluruhan dari data rekening yang ada adalah sebesar Rp.700 milyar. 3. Setelah para nasabah tertarik, dana para nasabah dialihkan dari tabungan atau deposito kepada reksa dana Prudence Dana Mantap dengan bunga tetap 12 per tahun, dengan cara mendebet dana. 4. Dana para nasabah masuk ke dalam rekening untuk penampungan reksa dana Prudence Dana Mantap dengan bunga 12 per tahun. 6. Nasabah menerima bilyet reksa dana, jumlah dana, nama pemegang reksa dana, bunga dan tanggal jatuh tempo. 7. Dana nasabah, oleh petugas dan marketing di cabang-cabang di debet dan disetorkan oleh Bank GLO pusat ke rekening PT. Federal Fund Management. 8. Kemudian, tiap bulan nasabah menerima bunga 1 dari jumlah bunga 12 setahun. Pada saat jatuh tempo dan nasabah meminta pengembalian dana, Bank GLO tidak dapat mengembalikan dana nasabah yang besarnya mencapai Rp. 700 milyar. Dari gambaran di atas, terdapat rekening PT. Federal Fund Management yang menerima dana dari para nasabah. Total kerugian yang ditanggung para nasabah mencapai Rp. 700 milyar. Universitas Sumatera Utara Gambar 2 Contoh Kasus Yang Melibatkan Perusahaan efek Dalam Kejahatan Reksa Dana Pola kasus yang melibatkan PT. Federal Fund Management tersebut dapat dipetakan sebagai berikut: 162 1 Pada Gambar 2 tentang contoh kasus yang melibatkan perusahaan efek dalam kejahatan bank dengan modus reksa dana di atas memperlihatkan, bahwa Lisa Santoso dengan Irawan Salim mempunyai hubungan suami istri, dimana Lisa Pada Gambar 2 di 162 Ibid. hlm.236 Universitas Sumatera Utara pada Gambar 2 di atas, memperlihatkan bahwa Lisa Santoso dan Irawan Halim mempunyai hubungan suami-istri, Lisa Santoso sebagai pemilik dan direktur utama PT. Inter Asia Securindo meminta AL.S.AD sebagai pegawaistaff dari perusahaan itu untuk dapat meminjamkan KTP AL.S.AD yang gunanya untuk membuat rekening atas namanya sebagai pemilik PT. Federal Fund Management, namun yang bersangkutan tidak mengetahui untuk apa KTP-nya dipinjam dan muncullah rekening PT. Federal Fund Management di Bank GLO. Sedangkan Irawan Salim sebagai Direktur Utama Bank GLO menawari para nasabahnya untuk membeli produk reksa dana PT. Prudence Asset Management dan ternyata para nasabah itu tergiur dan membeli reksa dana tersebut. Dan dana yang terkumpul dari hasil penawaran reksa dana itu sebesar Rp. 700 Milyar. Dana ini kemudian disetorkan ke rekening PT. Federal Fund Management yang telah ada di Bank GLO. Kemudian dana dalam rekening tersebut berada di bawah kendali Lisa Santoso dan melarikan dana tersebut ke luar negeri. Pelaku kejahatan di atas jelas adalah Lisa Santoso dan Irawan Salim dan korban dari kejahatan di atas adalah para nasabah Bank GLO yang tertarik membeli reksa dana PT. Prudence Asset Management. Contoh kasus di atas sebenarnya telah menjadi kasus, karena dalam kenyataannya contoh kasus di atas sangat mirip dengan kasus Bank Century, dimana bank ini menjual reksa dana fiktif dari PT. Antaboga Delta Sekuritas kepada para nasabah dan investor bank yang menyebabkan kerugian secara keseluruhan sebesar Rp. 1 Triliun lebih. Oleh karena itu, menurut penulis aparat penegak hukum harus menjatuhkan sanksi pidana berat terhadap para pihak yang terlibat dalam kejahatan bank tersebut seperti halnya kejahatan di atas. Universitas Sumatera Utara Tabel 5 Penjelasan Contoh Pola Kejahatan Reksa Dana Oleh Bank Dengan demikian, secara ringkas bahwa pola kejahatan di atas terjadi seperti berikut pada Gambar 2: 163 Yang dilaksanakan Bank GLO Yang seharusnya 1. Reksa dana Prudence dana mantap tidak ada dalam pembukuan Bank GLO dan Bapepam. Ada dalam pembukuan dengan mengikuti ketentuan yang diatur oleh BI dan Bapepam. 2. Tidak pernah ada catatan hasil pelaporan ke Bank Indonesia dan Bapepam. Harus ada laporan ke BI dan Bapepam. 3. Mengeluarkan bilyetsertifikat reksa dana atau nota reksadana. Bukti kepemilikan limit penyetoran reksadana yang dikeluarkan oleh Bank Kustodian 4. Bank GLO tidak ada izin memasarkan reksadana sebagai agen penjual reksadana yang telah memil iki izin wakil penjual agen reksa dana dari Bapepam. Harus ada izin dari Bapepam dan sebagai Bank melaporkan ke Bank Indonesia. 5. Menyatakan bahwa manajer investasi adalah PT. Prucence Asset Management dan Bank Kustodian Deustch Bank AG. PT. Prucence Asset Management dan Deustch Bank AG tidak pernah melaksanakan perjanjian agen penjual atau kontrak dengan PT. Bank GLO Deustch Bank AG tidak pernah melakukan kerjasama dengan Bank GLO 6. Bunga Prudence Dana Mantap 12 pertahun Prudence dana mantap Tidak mengenal bunga tetap fix rate namun berupa pendapatan tetap fix income. 7. Dana nasabah yang didebet dari rekening nasabah atau disetor dari nasabah ditampung dalam rekening Bank GLO kemudian disetorkan ke rekening PT. Federal Fund Management tanpa ada slip setoran Dan tidak tercatat aliran dana terse but dalam pembukuan. Semua aliran dana harus tercatat dalam pembukuan keluar atau masuk. Sumber Data: Tb. Irman S., Anatomi Kejahatan Perbankan, Bandung: Penerbit MQS Publishing, 2006 , hlm. 237. 163 Ibid. hlm.237-238 Universitas Sumatera Utara Tujuan dari Bank GLO adalah menghimpun dana masyarakat. Kemudian, dana tersebut menjadi dana milik pribadi dari pemilik Bank GLO, dengan cara mengalihkan dana nasabah kepada rekening fiktif yang kemudian ditampung dalam rekening pribadi pemilik Bank GLO di luar negeri. 164 Menurut Penulis, dari pola atau modus kejahatan bank yang melibatkan reksa dana diatas memperlihatkan, bahwa pelakuaktor utama dari pola itu adalah pemilik Bank GLO, karena dana yang telah terkumpul dari seluruh dana masyarakat ditampung dalam rekening pemilik Bank GLO. Pola atau modus kejahatan diatas hampir sama dengan kasus bank century sekarang, yang mengakibatkan kerugian para nasabah dan investor yang berinvestasi melalui reksadana, mencapai Rp.1 Triliun lebih, karena ternyata Bank Century menjual reksadana dari PT. Antaboga Delta Sekuritas yang fiktif. Ternyata, kejahatan bank dengan modus reksadana telah diketahui, karena telah banyak tulisan atau buku tentang hal ini. Namun, ironisnya hal ini dalam kenyataannya masih saja terjadi, bukan hanya pada kasus bank century, menurut penulis, mungkin saja masih ada pola atau modus seperti ini pada bank-bank atau perusahaan sekuritas yang lain pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itulah, Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal atau lembaga berwenang lain seperti kepolisian, kejaksaan, harus benar-benar serius menyelesaikan serta mengungkap pola kejahatan bank seperti ini, seperti membuat peraturan yang memberikan efek jera pada para pelakunya, hingga tidak ada keinginan lagi dari pihak lain untuk mengulangi pola atau modus seperti ini. Hal ini untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi para nasabah dan investor yang akan atau sedang berinvestasi, terutama pada reksadana ini. 164 Ibid. hlm.238 Universitas Sumatera Utara C. Mekanisme Yang Dapat Digunakan Untuk Melindungi Para Nasabah dan Investor Yang Menggunakan Jasa Bank Mekanisme yang dapat dilakukan dan dipergunakan untuk melindungi para nasabah dalam melakukan atau mempergunakan jasa bank, antara lain adalah: 165 1. Pembuatan Peraturan yang Baru dan Pelaksanaan Peraturan yang ada dengan Konsisten: Maksudnya adalah, bahwa dalam hal ini diperlukan suatu peran pemerintah yang jeli untuk melihat segala kejadian yang berkembang dalam dunia perbankan. Hal ini sebagai tugas negara sebagai koordinator dalam bidang perbankan dan sebagai pelindung warga negara dari segala tindak yang akan merugikan. Dalam hal ini, pemerintah harus mampu mengeluarkan suatu keputusan baik yang berbentuk surat keputusan ma upun peraturan perundang-undangan baik yang bersifat langsung maupun secara tidak langsung yang mengatur tentang perlindungan bagi nasabah dan investor yang menggunakan jasa bank. Selain barfungsi sebagai pelindung para nasabah dan investor, pembentukan peraturan baru yang dilakukan oleh pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang pergerakan dari dunia perbankan yang sangat pesat. Dalam hal ini, pemerintah tidak hanya cukup sampai pembuatan saja, namun pemerintah juga harus mampu menjalankan peraturan tersebut dengan konsisten. 2. Memperketat Izin Bank pasal 1 UU. No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum: Memperketat pemberian izin suatu pendirian bank adalah suatu cara agar bank tersebut kuat dan kualified sehingga dapat memberikan keamanan bagi pihak nasabah, hal ini dapat kita lihat dari kejadian krisis moneter tahun 1998 dimana pendirian bank-bank pada tahun sebelum itu tidak begitu ketat pemberian izinnya sehingga mengakibatkan 165 Munir Fuady, Op.Cit., hlm.106-107 Universitas Sumatera Utara kehancuran pada bank apabila terjadi suatu masalah dan hal ini tentu saja berimbas pada nasabah dan investor sebagai pengguna jasa bank. Undang-undang Perbankan menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi, apabila suatu bank akan didirikan berupa persyaratan yang harus dipenuhi dalam hal-hal sebagai berikut: a. susunan organisasi; b. permodalan; c. kepemilikan; d. keahlian di bidang perbankan; e. kelayakan rencana kerja pasal 16 UU. No. 10 tahun 1998 tentang perbankan 3. Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank: ketentuan-ketentuan yang menyangkut dengan kegiatan bank, banyak juga bertujuan secara langsung maupun tidak langsung, bertujuan untuk melindungi pihak nasabah. Pengaturan-pengaturan tersebut khususnya menyangkut dengan kegiatan bank mengatur tentang hal-hal sebagai berikut, antara lain: a. Ketentuan mengenai permodalan, antara lain mengenai kecukupan modal atau yang disebut juga dengan Capital Adegue Ratio CAR yang diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. b. Ketentuan mengenai manajemen, yang dalam hal ini merupakan penilaian kualitatif mengenai manajemen pemodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen reabilitas dan manajemen likuiditas. Dan lain-lain. 4. Memperketat Pengawasan Bank: Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam krisis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia dan menteri keuangan harus melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada, baik terhadap bank pemerintah maupun terhadap bank swasta. dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

D. Prinsip Perbankan Sebagai Perlindungan Bagi Nasabah Reksa Dana