108 ayat 1 untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
3 Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Berdasarkan pasal 114 ayat 2 dan ayat 3 UUPT di atas, maka setiap anggota Dewan Komisaris dituntut untuk beritikad baik dan penuh tanggung
jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengawas dan penasihat Direksi. Bahkan, akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh Dewan
Komisaris yang menimbulkan kerugian pada perseroan yang bersangkutan, anggota Dewan Komisaris dapat dimintai pertanggungjawaban hukum oleh para
pemegang sahamnya.
Jika Dewan Komisaris melakukan suatu kesalahan hukum dengan unsur kesengajaan atau kelelaian yang mana dapat merugikan perseroan, maka
Dewan Komisaris harus mempertanggung jawabkan kesalahannya itu. Karena dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris bersifat kolegial, dengan
demikian, jika seorang anggota Dewan Komisaris melakukan kesalahan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang, maka seluruh anggota Dewan
Komisaris lain termasuk yang tidak melakukan tindakan kesalahan tersebut ikut juga bertanggung jawab secara hukum atau berlaku secara tanggung renteng.
C. Pengecualian Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris
Dari uraian tersebut di atas, maka dalam konsep “kolegialitas Dewan Komisaris perseroan temyata tidak mutlak diterapkan dalam hal kewenangan dan
tanggung jawabnya saja, namun hukum juga membuka pengecualian terhadap konsep tanggung jawab kolegial ini, dalam hal disebutkan dalam Pasal 114 ayat
5 UUPT bahwa : Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan :
Universitas Sumatera Utara
a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan P e r s e r o a n ;
b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian ; dan
c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul dan
berianjutnya kerugian tersebut.
Dari bunyi pasal di atas, maka para anggota Dewan Komisaris dalam jabatannya tersebut bukan hanya bertugas mengawasi pekerjaan Direksi belaka,
namun lebih dari sekedar itu Dewan Komisaris harus melakukan pengawasan terhadap perseroan secara maksimal dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan pengawasan itu dilakukan hanya untuk kepentingan perseroan saja, bukan untuk kepentingan pihak lain
manapun, serta pada kesempatan tertentu Dewan Komisaris wajib mengingatkan atau memberi nasihat kepada Direksi apabila Dewan Komisaris mengetahui
adanya suatu penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan Direksi terhadap kegiatan kepengurusan perseroan.
Apabila Dewan Komisaris tersebut telah melakukan pekerjaannya dengan benar, namun pada kenyataannya kerugian diderita perseroan itu, maka ia dapat
dibebaskan dari tanggung jawabnya tersebut apabila dapat membuktikan bahwa keadaan kerugian atau kesalahan yang bersangkutan memang bukan karena
kesalahannya. Bisa saja ada satu anggota Dewan Komisaris yang harus bertanggung jawab secara hukum tetapi anggota Dewan Komisaris yang lain
yang dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah sehingga dia tidak ikut bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
D. Penerapan Sifat Kolegialitas Pada Fungsi, Wewenang, Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Perseroan Terbatas
Dewan Komisaris bersifat kolegial majelis, yang mana konsep dewan bagi Dewan Komisaris ini berwujud dalam hal-hal yakni sebagai
berikut
34
1. Dalam kewenangan bertindak, meskipun tidak harus semuanya secara
fisik bertindak, tetapi siapa pun yang bertindak mesti untuk dan atas nama seluruh anggota Dewan Komisaris yang ada ;
:
2. Dalam hal tanggung jawab, pada prinsipnya haruslah bertanggung jawab
secara bersama-sama joint only.
Penjabaran sifat “kolegialitas” dalam hal seorang anggota Dewan Komisaris misalnya pada saat tertentu ditunjuk untuk menjalankan tugas
tertentu yang biasanya dikerjakan oleh Direksi, maka dialah yang akan bertanggung jawab dalam posisinya selaku Direksi. “Komisaris yang menjalankan
tugas-tugas Direksi disebut dengan istilah `komisaris pendelegasian’ gedelegeerd commissaris.
35
Ketentuan ini memberi wewenang kepada Dewan Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenamya hanya dapat dilakukan oleh
Menjalankan tugas perseroan dalam posisi itu terjadi dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat 1 dan ayat 2 UUPT :
1 Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu. 2 Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu
melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi
terhadap Perseroan dan pihak ketiga.
34
Munir Fuady, h. 117.
35
Ibid., hal. 127
Universitas Sumatera Utara
Direksi dalam hal Direksi tidak ada. Apabila ada Direksi, Dewan Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam UUPT.
Jika Dewan Komisaris melakukan tindakan-tindakan Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat 1 dan ayat 2 UUPT tersebut, maka konsekuensi
dari sifat kolegialitas adalah sebagai berikut : 1.
Dalam hal mewakili Dewan Komisaris, sebagai anggota dewan, anggota Dewan Komisaris yang menjabat sebagai Direksi tersebut
tetap bertindak untuk dan atas nama Dewan Komisaris secara keseluruhan;
2. Dalam hal mewakili perseroan, posisi anggota Dewan Komisaris yang
menjabat sebagai Direksi tersebut bertindak untuk dan atas nama perseroan, dan dia memiliki posisi, kewenangan dan tanggung jawab
sebagai direksi perseroan bukan sebagai Dewan Komisaris.
Namun demikian, ketentuan dalam pasal 69 ayat 3 dan ayat 4 UUPT berbicara sedikit lain, bahwa :
3. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar
danatau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang
dirugikan.
4. Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.
Dalam hal ini UUPT memberikan pembuktian terbalik bagi anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang bersangkutan. Sebab menurut Pasal 69
ayat 4 UUPT, para anggota direksi atau dewan komisaris dibebaskan dari tanggung jawabnya tersebut apabila terbukti bahwa keadaan yang bersangkutan
bukan karena kesalahannya. Dengan demikian, bisa saja ada anggota direksi atau dewan komisaris yang harus bertanggung jawab secara hukum, tetapi dewan
Universitas Sumatera Utara
komisaris atau anggota direksi yang lain yang dapat membuktikan tidak bersalah sehingga dia tidak bertanggung jawab.
Khususnya terhadap pembebasan tanggung jawab dari anggota dewan komisaris, ketentuan pembebasan tersebut merupakan suatu pengecualian
terhadap berlakunya konsep dewan majelis atau kolegialitas bagi dewan komisaris tersebut.
36
Sedangkan untuk perbuatan-perbuatan hukum lainnya yang tidak dilaporkan atau tercermin dalam laporan tahunan berkenaan, Dewan Komisaris tetap
bertanggung jawab sepenuhnya atas segala akibat hukumnya. Acquit de charge hanya memberikan pembebasan dan pelunasan perdata oleh para
Berbicara mengenai pembebasan tanggung jawab diatas, dapat dijumpai juga dalam setiap Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
perseroan selalu diberikan pembebasan dan pelunasan oleh para pemegang saham perseroan kepada Dewan Komisaris juga Direksi perseroan atas
setiap kegiatan perseroan dalam tahun buku yang baru lampau, sepanjang kegiatan tersebut dilaporkan atau tencermin dalam laporan tahunan yang
disahkan dalam Rapat Umum Tahunan tersebut acquit de charge.
Ketentuan mengenai acquit de charge sering disalahartikan oleh masyarakat bahwa dengan diberikannya acquit de charge tersebut, Dewan
Komisaris telah bebas dari segala pertanggungjawaban yang mungkin masih harus ditanggung olehnya pada tahun dimana ia telah diberikan acquit de
charge tersebut. Oleh sebab itu perlu dijelaskan disini bahwa pada prinsipnya pemberian acquit de charge hanya memberikan pembebasan dan pelunasan dari
perbuatan-perbuatan hukum yang telah dilaporkan atau tercermin dalam laporan tahunan yang telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan.
36
Ibid., h. 119.
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham, sedangkan untuk setiap perbuatan yang termasuk dalam perbuatan pidana sama sekali di luar kewenangan dan karenanya tidak pemah
diberikan acquit de charge.
Dalam praktek sering kali dijumpai adanya ketidaktahuan masyarakat bahwa betapa penting dilakukannya pemberian acquit de charge tersebut dalam setiap
akhir tahun buku perseroan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, yang mana hal ini kebanyakan diabaikan oleh para pemegang saham yang menjabat juga sebagai
anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris dalam perseroan itu.
Menurut pendapat penulis, ada alasan-alasan tertentu yang mendasari diabaikannya pemberian acquit de charge tersebut kepada para anggota Direksi atau
Dewan Komisaris tersebut, antara lain : 1.
perseroan tersebut adalah perusahaan keluarga, yang mana pemegang sahamnya adalah anggota keluarga dekat ;
2. perseroan tersebut adalah perusahaan dengan skala kecil, yang mana hal tersebut
tidak membawa pengaruh terhadap manajemen perusahaan ; 3.
anggota Direksi maupun anggota Dewan Komisaris perseroan sekaligus menjadi pemegang saham, sehingga tanggung jawab maupun kendali
perusahaan ada ditangan mereka juga.
Dari beberapa alasan itulah kadangkala atau bahkan sama sekali tidak pemah diberikan acquit de charge oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan kepada
setiap anggota Dewan Komisaris, padahal jika suatu saat nanti terjadi kerugian terhadap perseroan, maka secara bersama-sama anggota Dewan Komisaris yang
pada masa jabatannya itu tidak pemah diberikan acquit de charge dapat dimintai pertanggung jawabannya pada saat kapanpun oleh pihak manapun yang
berkepentingan meskipun anggota Dewan Komisaris itu sudah tidak menjabat lagi.
Tetapi, UUPT juga memberikan perlindungan hukum bagi anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang bersangkutan. Sebab menurut Pasal 69 ayat 4
Universitas Sumatera Utara
UUPT, para anggota direksi atau dewan komisaris dibebaskan dari tanggung jawabnya tersebut apabila terbukti bahwa keadaan yang bersangkutan bukan
karena kesalahannya. Dengan demikian, bisa saja ada anggota direksi atau dewan komisaris yang harus bertanggung jawab secara hukum, tetapi dewan komisaris
atau anggota direksi yang lain yang dapat membuktikan tidak bersalah tidak bertanggung jawab atas kerugian itu. Hal inilah yang menjadi konsekuensi dari sifat
kolegialitas dalam hal pertanggung jawaban Dewan Komisaris perseroan.
Meskipun Dewan Komisaris bertindak secara kolegial, tetapi jika terdapat lebih dari 1 satu orang anggota Dewan Komisaris, salah satu di antara mereka
menjadi Presiden Komisaris atau Komisaris Utama. Jabatan Presiden Komisaris atau Komisaris Utama ini hanya bersifat administratif, bukan bersifat
liabilitas. Artinya, dalam hal tanggung jawab, yang bertanggung jawab tetap seluruh Dewan Komisaris yang ada. Presiden Komisaris atau Komisaris Utama
biasanya yang akan berfungsi sebagai pelaksana tugas delegasi, bertindak dan melakukan tugas day to day sehari-hari dari fungsi Dewan Komisaris.
Untuk hal-hal penting, dalam bertindak anggota Dewan Komisaris harus melalui rapat Dewan Komisaris. Jika syarat rapat tersebut tidak terpenuhi,
maka ke luar tetap Dewan Komisaris yang bertanggung jawab, tetapi ke dalam, hanya anggota Dewan Komisaris yang bertindak sendirilah yang bertanggung
jawab.
37
Pada level pengawasan Dewan Komisaris disebut Komisaris pengambil keputusan decicion maker, yaitu konsep Dewan Komisaris di mana di samping
Dalam Pasal 98 ayat 3 UUPT dinyatakan bahwa : Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tidak
terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS:
37
Ibid., hal. 120
Universitas Sumatera Utara
dia mengawasi hal-hal tertentu, terutama dalam hal-hal penting, diajak pula untuk mengambil keputusan misalnya dengan format surat persetujuan Dewan
Komisaris untuk kegiatan-kegiatan tertentu dari Perseroan.
38
1. mengambil loan kredit dari bank ;
Dari bunyi pasal 98 ayat 3 UUPT di atas serta pengertian komisaris sebagai pengambil keputusan di atas, maka disimpulkan bahwa jika anggaran
dasar perseroan menentukan pembatasan-pembatasan terhadap perbuatan- perbuatan hukum yang dilakukan oleh Direksi, maka kewenangan Direksi untuk
mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan menjadi terbatas dan bersyarat dalam hal-hal yang sudah diatur dalam anggaran dasar perseroan
itu.
Dengan adanya kemungkinan tersebut, maka untuk melakukan perbuatan hukum tertentu Direksi harus mendapat persetujuan dari organ perseroan yang
lain, misalnya saja Dewan Komisaris atau RUPS. Adapun perbuatan-perbuatan penting yang sebaiknya harus terlebih dahulu dimintakan persetujuan kepada Dewan
Komisaris misalnya dalam hal-hal :
2. meminjamkan asset perseroan ;
3. membeli atau menjual aset-aset penting dari perseroan;
4. menjadi penanggung borgavalist ;
5. membuka kantor cabang baru ;
6. mengeluarkan dana melebihi jumlah tertentu ;
7. memberhentikan direksi untuk sementara waktu ;
8. mengubah ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ;
9. melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan
10. mengubah status perseroan dari tertutup menjdi terbuka atau sebaliknya ; dan
sebagainya ; yang mana kegiatan-kegiatan tersebut harus sudah dituangkan dalam anggaran dasar perseroan tersebut.
38
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENERAPAN SIFAT KOLEGIALITAS PADA SAAT PERSEROAN
TERBATAS DALAM KEADAAN PAILIT
A. Akibat Hukum Pernyataan Pailit
Kepailitan menyebabkan debitur yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah
dimasukkan ke dalam harta pailit. “Pembekuan” hak perdata ini diberlakukan sejak putusan pernyataan pailit dinyatakan oleh majelis hakim.
Pada prinsipnya, sebagai konsekuensi dari ketentuan yang telah berlaku, maka setiap dan seluruh perikatan antara debitur yang dinyatakan pailit dengan
pihak ketiga yang dilakukan setelah pernyataan pailit, tidak akan dan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan
keuntungan bagi harta pailit.
Pasal 21 Undang-Undang No.37 tahun 2004 menentukan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor. Dari ketentuan Pasal 21 ini
diketahui bahwa kepailitan merupakan sita umum.
Dengan adanya sita umum ini hendak menghindari adanya sita perorangan. Sita umm tersebut haruslah bersifat koservatoir yaitu bersifat
penyimpanan bagi kepentingan senua kreditor yang bersangkutan. Para kreditor harus bertindak secara bersama-sama concursus creditorium sesuai dengan
asas dalam Pasal 1132 KUH Perdata.
Perlu ditekankan bahwa tujuan kepailitan adalah untuk membagi seluruh kekayaan debitor yang dilakukan oleh kurator kepada semua kreditor dengan
tetap memperhatikan hak-hak mereka masing-masing.
Yang dimaksud dengan kekyaan adalah semua barang dan hak atas benda
Universitas Sumatera Utara
yang dapat diuangkan ten gelde kunnen worden gemaakt. Meskipun kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor, namun di dalam Pasal 22 Undang-Undang
No.37 Tahun 2004 merinci apa saja kekayaan debitor yang tidak termasuk ke dalam kepailitan itu. Yakni antara lain :
1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor, yang dibutuhkan debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya,
alat-alat medis yang dpergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengakapannya yang dipergunakan oleh debitor dan keluarganya, dan
bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
2. Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pension, uang
tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; serta
3. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban member nafkah menurut undang-undang.
Sehingga dari hal tersebut diatas yang harus diperhatikan adalah bahwa kepailitan ini hanyalah menyangkut harta kekayaan debitor pailit dan ukan hak
pribadi si debitor. Debitor masih tetap memiliki hak untuk melakuka perbuatan- perbuatan yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang suami, orang
tua terhadap anak-anaknya dan lain-lain hubungan pribadi antara si debitor pailit dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
.
B. Penerapan Sifat “Kolegialitas” Pada Saat Perseroan Terbatas Dalam Keadaan Pailit