Subekti dan Tjitrosoedibyo, 1989, Kamus Hukum , Pradnya Paramita, Jakarta,

person against whom an voluntary petition has been filed, or who has been adjudged a bankrupt. 24 Berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat dlihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo, ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri maupun permintaan pihak ketiga. 25 Di dalam kamus hukum dikemukakan bahwa pailit diartikan sebagai keadaan dimana seorang debitor telah berhenti membayar utang-utangnya. Setelah orang yang demikian atas permintaan para kreditornya atau permintaan sendiri oleh pengadilan dinyatakan pailit maka harta kekayaan dikuasai oleh balai harta peninggalan selaku curtirice pengampu dalam usaha kepailitan tersebut untuk dimanfaatkan oleh semua kreditor. 26 24 Bryan A. Garner, 1999, Black Law’s Dictionary, West Group, St. Paul, Halaman 141. 25 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri hukum Bisnis, Raja Grafndo Persada, Jakarta, Halaman 11 26

R. Subekti dan Tjitrosoedibyo, 1989, Kamus Hukum , Pradnya Paramita, Jakarta,

halaman 85. Dalam Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 1, bahwa Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang penguasaan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Syarat-Syarat Untuk Dinyatakan pailit Pasal 1 Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 menyatakan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang- undang ini. 2. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 3. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. Dari ketentuan pasal 1 tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat- syarat yuridis agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah a Adanya utang Istilah utang menurut pasal 1 UUK merujuk pada hukum perikatan dalam hukum perdata. Menurut pasal 1233 KUH Perdata, kewajiban atau utang timbul dari perjanjian atau undang-undang. Ada kewajiban untuk memberikan sesuatu, untk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata. Bagi debitur, kewajiban tersebut adalah utang yang memberikan hak menagih kepada kreditur tagihanpiutang. Kegagalan debitur untuk memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya dapat menjadi dasar suatu permohonan kepailitan atau permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. b Minimal satu dari hutang sudah jatuh tempo Suatu utang jatuh waktu dan harus dibayar jika utang itu sudah waktunya untuk dibayar. Dalam perjanjian biasanya diatur kapan suatu utang harus dibayar. Jika dalam perjanjian tidak mengatur ketentuan mengenai jatuh tempo utang, maka dalam pasal 1238 KUH Perdata diatur bahwa pihak yang berutang dianggap lalai apabila ia dengan surat teguran telah dinyatakan lalai dan dalam surat tersebut debitur diberi waktu tertentu untuk melunasi utangnya. c Minimal satu dari hutang dapat di tagih Universitas Sumatera Utara d Adanya Debitur e Adanya Kreditur f Krediturnya lebih dari satu g Pernyataan pailit dilakukan oleh Pengadilan Niaga h Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang, yaitu - Pihak Debitur - Satu atau lebih Kreditur - Jaksa untuk kepentingan umum - Bank Indonesi jika debiturnya adalah bank - Bapepam jika debiturnya adalah perusahan efek. i Dan syarat-syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam Undang-Undang Kepailitan j Apabila syarat-syarat terpenuhi, hakim ”menyatakan pailit”. Sehingga dalam hal ini kepada hakim tidak diberikan ruang untuk memberikan ”judgment” yang luas, sungguhpun limited defence masih dibenarkan, mengingat yang berlaku adalah prosedur pembuktian yang sumir Pasal 6 ayat 3 UUK. Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pailit dan Dinyatakan Pailit Didalam Undang-Undang No.37 Tahun 2004 ditentukan pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit, yakni antara lain : 1. Debitor sendiri; 2. Seorang atau beberapa orang kreditor Pasal 2 ayat 1; 3. Kejaksaan demi kepentingan umum Pasal 2 ayat 2; 4. Bank Indonesia dalam hal menyangkut debitor yang merupakan bank Pasal 2 ayat 3; Universitas Sumatera Utara 5. BAPEPAM dalam hal menyangkut debitor yang merupakan Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Pasal 2 ayat 4; 6. Menteri keuangan dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badab Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, bisa dijatuhi keputusan kepailitan. Debitur dsini dapat terdiri dari satu orang atau badan pribadi atau badan hukum. Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit adalah : 1. Orang perorangan Dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Namun ketetuan yang terdapat Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak berlaku apabila tidak ada persatuan harta. 2. Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-perkumpulan yang bukan badan hukum seperti maatschap, firma dan perkumpulan komanditer. 3. Perseroan-perseroan atau perkumpulan-perkumpulan yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas PT, Koperasi dan Yayasan. 4. Harta peninggalan atau warisan dapat dinyatakan pailit oleh Hakim. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 melalui Bab I Ketentuan Umum pada pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa setiap orang perseorang atau korporasi Universitas Sumatera Utara termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan hukum dalam likuidasi. Melalui ketentuan ini jelas bahwa setiap orang baik orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit dan dapat diajukan pailit. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Due Diligence dalam Akuisisi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

5 99 110

Tanggung Jawab Dewan Komisaris Perseroan Terbatas Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Berdasarkan Undang-Undang RI No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

0 44 146

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PENERAPAN DOKTRIN ULTRA VIRES TERHADAP DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KE.

0 0 1

BAB II STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas - Akuntabilitas Pembatasan Pembagian Dividen Dalam Rangka Perlindungan Modal di Perseroan Terbatas

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 1 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN KEPAILITAN A. Perseroan Terbatas - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 23

BAB III SIFAT "KOLEGIALITAS" PADA FUNGSI, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS PERSEROAN TERBATAS A. Tugas Dan Fungsi Serta Kewajiban Dewan Komisaris - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berda

0 0 26