29
diukur. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung lebih besar dari angka kritis r hitung r table.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitasnya oleh Fadli 2015. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas
Kepuasan Pasien Variabel
Butir pertanyaan
r Hitung r Tabel
Status
Kehandalan A1
0,735
0,43 Valid
A2 0,913
A3 0,830
A4 0,781
Ketanggapan B 1
0,791 B2
0,886 B3
0,853 B4
0,754 Keyakinan
C1 0,890
C2 0,773
C3 0,920
Empati D1
0,879 D2
0,801 D3
0,868 Fasilitas
Berwujud E1
0,799 E2
0,896 E3
0,750 E4
0,930
3.7 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Instrument disebut reliabel jika nilai alpha crobanch 0.60 Rinza, 2009. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner
penelitian adalah teknik Alpha Crobanch dengan SPSS versi 17. Hasil uji reliabilitas Crobanch’s Alphaterhadap 20 responden dengan 18 pertanyaan
dapat dilihat pada tabel 3.2.
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas
Puskesmas Crobanch’s Alpha
Status Aek Habil
0,971 Reliabel
Aek Parombunan 0,721
Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai uji Crobanch’s Alpha Puskesmas Aek Habil sebesar 0,971 dan Puskesmas Aek Parombunan sebesar
0,721. Nilai tersebut lebih tinggi dari kriteria reliabel 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah
reliabel.
3.8 Definisi Operasional
a. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian Menkes, RI., 2014. b. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien Menkes,RI., 2014. c. Kepuasan pasien merupakan tingkat perasaan pasien setelah
membandingkan dengan harapannya Umar, 1996.
3.9 Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
programMicrosoft Excel,disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Universitas Sumatera Utara
31
3.10 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan lembar daftar tilikpelayanan kefarmasian untuk mengetahui mutu pelayanan kefarmasian dan menyiapkan lembar
kuesioner untuk tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas.
b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.
c. Meminta izinDinas Kesehatan kota Sibolga untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.
d. Mendatangi puskesmas tersebut dan memberikan surat izin dari Dinas Kesehatan kota Sibolga untuk melakukan penelitian.
e. Mengisi daftar tilik pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas tersebut, dan memberikan kuesioner kepada
pasien yang menebus obat di apotek. f. Mengumpulkan data penelitian.
g. Meminta surat izin selesai penelitian dari kepala puskesmas tersebut. h. Melakukan analisis data hasil daftar tilik dan kuesioner, selanjutnya
membuat laporan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat dilihat dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian Menkes, RI., 2014.
4.1.1 Sumber Daya Manusia 4.1.1.1 Ketenagaan
Penyelengaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 satu orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab dan
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat
inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah satu Apoteker untuk 50
lima puluh pasien perhari Menkes, RI., 2014.
4.1.1.2 Pendidikan Dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang
yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal.
Semua tenaga kefarmasian harus selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan
Universitas Sumatera Utara