Particle Size Analyzer TINJAUAN PUSTAKA

31 Tabel 2.3 Daftar obat yang tidak kompatibel dengan emulsi lemak intravena NCCU, 2011. Obat A Obat B Emulsi lemak intravena Acyclovir Amfoterisin B Ampisilin Kalsium klorida Kalsium glukonat Ciprofloxacin Diazepam Furosemid Heparin 1unit mL Indometasin Garam magnesium Midazolam Fenitoin Natrium bikarbonat SulfametoksazolTrimetoprim

2.8 Particle Size Analyzer

Particle size analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur ukuran partikel dari bentuk sediaan larutan, suspensi, emulsi dan aerosol. Particle size analyzer mempunyai beberapa teknik yaitu teknik laser diffraction, dynamic light scattering dan image analysis Horiba, 2010. Teknik dynamic light scattering juga dikenal sebagai Photon Correlation Spectroscopy. Hasil utamanya adalah nilai rata-rata dari distribusi intensitas dan indeks polidispersitas untuk menjelaskan lebar distribusi Horiba, 2010; Goldburg, 1999. Teknik ini berlandaskan pada analisis intensitas cahaya yang dihamburkan partikel akibat adanya gerak Brown. Intensitas diukur pada sudut tertentu umumnya 90 o dengan detektor sesuai yang dapat mendeteksi hamburan cahaya yang cepat dari tetesan lemak yang tersuspensi atau mengalami difusi USP, 2012.Gerak Brown merupakan gerak acak partikel akibat tumbukan dengan molekul pelarut disekitarnya. Semakin besar partikel, semakin lambat gerak Universitas Sumatera Utara 32 Brown. Semakin kecil partikel, semakin cepat gerak Brown. Viskositas dan temperatur juga perlu diketahui dalam pengukuran sampel Malvern, 2014. Intensitas cahaya I yang dihamburkan proporsional dengan diameter pangkat enam d 6 yang sesuai dengan teori Rayleigh. Kecepatan gerak Brown dinyatakan sebagai koefisien difusi translasi D. Ukuran partikel dihitung berdasarkan koefisien difusi translasi dengan persamaan Stokes-Einstein yaitu Horiba, 2010; Malvern, 2014 : �� = �� 3 �ƞ� Keterangan : dH : diameter hidrodinamik k : konstanta Boltzmann’s T : suhu absolut D : koefisien difusi translasi η : viskositas Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penghantaran intravena digunakan secara luas karena memiliki onset yang cepat, bioavailabilitas tinggi serta klirens yang tinggi ketika pengobatan dihentikan. Pasien pada ruangan perawatan intensif dengan kondisi beragam dan kompleks menerima sejumlah obat secara intravena. Sering kali, jumlah pengobatan melebihi jumlah lumen akses vena pasien. Bukti menunjukkan bahwa penambahan akses lumen meningkatkan resiko infeksi. Oleh karena itu, pemberian obat intravena secara bersamaan melalui jalur yang sama dilakukan Templeton, et al., 2008. Pengobatan intravena yang lebih dari satu dapat meningkatkan resiko inkompatibilitas Bergman, 1977. Akan tetapi, hal ini kurang dipahami tenaga kesehatan Bertsche, et al., 2008. Akibat dari inkompatibilitas terhadap pasien berupa emboli partikulat, iritasi jaringan dan gagal terapi Braun, 2016. Nutrisi parenteral digunakan ketika sistem pencernaan tidak berfungsi. Komponen nutrisi parenteral berupa asam amino, karbohidrat dekstrosa, lemak emulsi lemak, vitamin, mineral sesepora kromium, tembaga, iodine, besi, mangan, molibdenum, selenium, florida dan seng dan elektrolit. Pemberian nutrisi parenteral disesuaikan dengan kondisi pasien DAA, 2011;ESPGHAN, 2005. Emulsi lemak merupakan komponen penting dari nutrisi parenteral, contoh Intralipid 20 yang mengandung minyak kedelai yang dimurnikan 20, fosfolipid yang dimurnikan 1,2, gliserin 2,2, natrium hidroksida untuk mengatur pH ±8 dan air untuk injeksi. Indikasi Intralipid 20 adalah bantuan Universitas Sumatera Utara