39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pencampuran Intralipid 20 dan Larutan Elektrolit Infus Larutan Natrium Klorida 0,9 atau Larutan Ringer dalam Satu Wadah
Intralipid 20 berupa emulsi berwarna putih seperti susu. Setelah dicampur dengan larutan elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9 atau
larutan Ringer tidak terjadi perubahan warna.
4.2 Pencampuran Intralipid 20 dan Larutan Elektrolit Infus Larutan Natrium Klorida 0,9 atau Larutan Ringer melalui Three-wayStopcock
Hasil pencampuran Intralipid 20 dan larutan elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9 atau larutan Ringer melalui three-way stopcock juga berupa
emulsi berwarna putih seperti susu.
4.3 Evaluasi Stabilitas Fisik Hasil Pencampuran Larutan Elektrolit Infus Larutan Natrium Klorida 0,9 atau Larutan Ringer dengan
Intralipid 20 dalam Satu Wadah atau melalui Three-wayStopcock
4.3.1 Penentuan tipe emulsi
Hasil uji tipe emulsi dilakukan dengan menambahkan metilen biru pada emulsi yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan campuran Waktu
Tipe emulsi P1
P2 P3
P4 P5
0 menit ma
ma ma
ma ma
20 menit ma
ma ma
ma ma
40 menit ma
ma ma
ma ma
60 menit ma
ma ma
ma ma
3 jam ma
ma ma
ma ma
6 jam ma
ma ma
ma ma
12 jam ma
ma ma
ma ma
24 jam ma
ma ma
ma ma
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 4.1 Hasil penentuan tipe emulsi Keterangan:
P1 : Intralipid20 P2 : Intralipid20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:1 dalam 1 wadah
P3 : Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1 dalam 1 wadah P4 : Intralipid 20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:2 melalui three-way
stopcock P5 : Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three-way stopcock
Dari pengujian yang dilakukan, sediaan campuran tidak mengalami perubahan fase. Tipe emulsi berupa tipe ma karena sewaktu sediaan emulsi
dicampur dengan metilen biru, pewarnanya larut dan secara seragam berdifusi diseluruh air. Emulsi tipe ma umumnya digunakan untuk pemberian secara
parenteralkarena darah mengandung suspensi sel-sel darah dalam larutan plasma yang banyak mengandung air sehingga sediaan emulsi parenteral tipe ma lebih
mudah larut dengan cairan yang terdapat di dalam darah Mestres dan Nielloud, 2002; Verma, et al., 2010; Brust, et al., 2013.
Penampilan fisik menunjukkan bahwa selama 24 jam, Intralipid20 yang dicampur dengan larutan elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9 atau
larutan Ringer menunjukkan proses koalesensi. Akan tetapi proses tersebut tidak menyebabkan inversi fase. Hal ini disebabkan oleh bahan pengemulsi terlarut
didalam fase pendispersi yang menyebabkan inversi fase sulit terjadi untuk rasio volume yang tinggi Vaessen, et al., 1996. Bahan pengemulsi yang digunakan
P1 P2
P3 P4
P5
Universitas Sumatera Utara
41 dalam Intralipid 20 adalah fosfolipid yang dimurnikan dimana sebagian
besarnya mengandung lesitin yang bersifat larut dalam pelarut nonpolar. Akan tetapi, apabila lesitin dicampurkan dengan air, lesitin terhidrasi dan membentuk
emulsi. Fosfolipid yang bercampur dengan air cenderung mengembang dan membentuk struktur bilayer Rowe, et al., 2009. Dengan kata lain, bahan
pengemulsi bersifat larut didalam air.
4.3.2 Penentuan pH sediaan campuran
Penentuan pH sediaan campurandilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2a.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran pH sediaan campuran Perlakuan
Nilai pH I
II III
Rata-rata
P1 7
7 7
7 P2
5,1 5,1
5,1 5,1
P3 4,8
4,9 4,9
4,9 P4
5,2 5,3
5,4 5,3
P5 5,1
5,1 5,1
5,1
Gambar 4.2a Pengaruh infus larutan natrium klorida 0,9 ataularutan Ringer terhadap nilai pH intralipid20 dalam pencampuran satu wadah
atau melalui three-way stopcock Keterangan:
P1 : Intralipid20
P2 : Intralipid20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:1 dalam 1 wadah
P3 : Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1 dalam 1 wadah
P4 : Intralipid 20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:2 melalui three-
way stopcock P5
: Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three- way stopcock
2 4
6 8
P1 P2
P3 P4
P5
N ilai
p H
Nilai pH
Nilai pH
Universitas Sumatera Utara
42 Dari Gambar 4.2a dapat diamati bahwa terjadi penurunan pH pada
Intralipid20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 atau larutan Ringer dalam satu wadah atau melalui three-waystopcock. Penurunan pH
yang lebih rendah terjadi pada pencampuran satu wadah dan pada campuran yang mengandung kalsium P3 dan P5.
pH sediaan blanko P1 adalah 7 dan persyaratan pH emulsi lemak intravena pada USP XXXVI adalah 6-9. Oleh sebab itu, pH Intralipid 20 P1 masih
memasuki rentang yang tertera pada USP XXXVI. pH pada campuran P2, P3, P4 dan P5 mempunyai nilai lebih rendah daripada P1 dan nilai pH terendah
ditunjukkan oleh P3 yaitu 4,9. Nilai pH yang rendah disebabkan oleh pengaruh elektronegativitas ion yang terdapat pada infus natrium klorida 0,9 Na
+
dan Cl
-
serta larutan Ringer Na
+
, K
+
, Ca
2+
dan Cl
-
.Kation monovalen Na
+
dan K
+
berikatan dengan gugus fosfat dari fosfatidilkolin dan kation multivalen Ca
2+
mengadsorbsi bagian hidrofilik dari molekul fosfolipid. Ikatan ion tersebut mengurangi potensial zeta
Wiącek, 2015. Ion lainnya yang tidak berinteraksi dengan droplet fosfolipid adalah Cl
-
. Menurut tabel periodik,elektronegativitas Cl
-
3 lebih tinggi daripada elektronegativitas Na
+
0,9, K
+
0,8, Ca
2+
1. Semakin elektronegatif suatu ion, ion tersebut berperan sebagai aseptor elektron. Pengertian
asam menurut teori Lewis adalah suatu zat yang menerima aseptor pasangan elektron McMurry, 2008. Berdasarkan teori di atas, semakin banyak Cl
-
yang bebas pada larutan, semakin asam suatu larutan.
Nilai pH yang rendah 5 harus dihindari karena gaya tolak-menolak elektrostatik antara globul lemak berkurang dan menyebabkan koalesensi Floyd,
1999. Pengurangan pH menyebabkan berkurangnya potensial zeta droplet emulsi dan ketidakstabilan emulsi Roland, et al., 2003. Perubahan pH dan kekuatan
Universitas Sumatera Utara
43 ionik menginduksi perubahan e
lektrik dari lapisan fosfolipid Wiącek, 2015. Berdasarkan persamaan Debye-Hückel, kekuatan ionik larutan Ringer 0,158
lebih tinggi daripada larutan NaCl 0,9 0,154 Martin, 2011.
Gambar 4.2b Mekanisme ion natrium, kalium atau kalsium yang menyebabkan
ketidakstabilan emulsi
4.3.3 Pengamatan globul lemak secara visual
Pengamatan globul lemak secara visual dari Intralipid 20 sebagai blanko dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Penampilan fisik Intralipid 20 selama 24 jam
Dari Gambar 4.3, dapat diamati bahwa penampilan fisik Intralipid 20 selama 24 jam tidak menunjukkan perubahan yaitu tetap berupa emulsi berwarna
putih seperti susu sehingga dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 stabil dalam 24 jam selama pengujian.
Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 dalam satu wadah dapat dilihat pada Gambar 4.4a.
0 menit 3 jam
6 jam 12 jam
24 jam
20 menit 40 menit
60 menit
Ca
2+
Universitas Sumatera Utara
44 : Globul lemak
Gambar 4.4a Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan infus
larutan natrium klorida 0,9 dalam satu wadah selama 24 jam Keterangan:
24 jam 1 : waktu pengamatan 24 jam sebelum redispersi 24 jam 2 : waktu pengamatan 24 jam setelah redispersi
Dari Gambar 4.4a dapat diamati bahwa penampilan fisik menunjukkan terjadinya koalesensi pada jam ke-24 yang ditandai dengan terbentuknya globul
lemak secara visual sebelum redispersi dan setelah redispersi sehingga dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium
klorida 0,9 dalam satu wadah mengalami ketidakstabilan pada jam ke-24. Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer
dalam satu wadah dapat dilihat pada Gambar 4.4b.
0 menit 3 jam
6 jam 12 jam
24 jam 1 20 menit
40 menit 60 menit
24 jam 1
24 jam 2
24 jam 2
Universitas Sumatera Utara
45 : Globul lemak
Gambar 4.4b Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan
Ringer dalam satu wadah selama 24 jam Keterangan:
12 jam 1 : waktu pengamatan 12 jam sebelum redispersi 12 jam 2 : waktu pengamatan 12 jam setelah redispersi
24 jam 1 : waktu pengamatan 24 jam sebelum redispersi 24 jam 2 : waktu pengamatan 24 jam setelah redispersi
0 menit 20 menit
40 menit 60 menit
3 jam 6 jam
12 jam 1
12 jam 2
12 jam 1 12 jam 2
24 jam 1
24 jam 1 24 jam 2
24 jam 2
Universitas Sumatera Utara
46 Dari Gambar 4.4b dapat diamati bahwa penampilan fisik menunjukkan
terjadinya koalesensi pada jam ke-12 dan jam ke-24 yang ditandai dengan terbentuknya globul lemak secara visual sebelum dan setelah redispersi sehingga
dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer dalam satu wadah mengalami ketidakstabilan pada jam ke-12 dan jam ke-24.
Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-waystopcockdapat dilihat pada Gambar 4.5a.
Gambar 4.5a Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-waystopcockselama 24
jam
Dari Gambar 4.5a dapat diamati bahwa penampilan fisik hasil pencampuran tidak mengalami perubahan selama 24 jam sehingga dapat
disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-way stopcockstabil selama 24 jam.
Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer melalui three-waystopcockdapat dilihat pada Gambar 4.5b berikut.
0 menit 20 menit
40 menit 60 menit
3 jam 6 jam
12 jam 24 jam
Universitas Sumatera Utara
47 : Globul lemak
Gambar 4.5b Penampilan fisik Intralipid 20 yang dicampur dengan larutanRinger melalui three-waystopcock selama 24 jam
Keterangan: 24 jam 1 : waktu pengamatan 24 jam sebelum redispersi
24 jam 2 : waktu pengamatan 24 jam setelah redispersi
Dari Gambar 4.5b dapat diamati bahwa penampilan fisik hasil pencampuran menunjukkan terjadinya flokulasi pada jam ke-24 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer melalui three-waystopcockmengalami ketidakstabilan pada jam ke-24.
0 menit 20 menit
40 menit 60 menit
3 jam
6 jam 12 jam
24 jam 1
24 jam 2
24 jam 1 24 jam 2
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.3 Hasil pengamatan stabilitas fisik sediaan campuran secara visual Waktu
Pengamatan Stabilitas Fisik secara Visual P1
P2 P3
P4 P5
0 menit Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
20 menit Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
40 menit Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
60 menit Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
3 jam Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
6 jam Stabil
Stabil Stabil
Stabil Stabil
12 jam Stabil
Stabil Koalesensi Stabil
Stabil 24 jam
Stabil Koalesensi Koalesensi Stabil
Flokulasi Keterangan:
P1 :Intralipid20
P2 :Intralipid20 dicampur infusnatrium klorida 0,9 1:1dalam 1 wadah
P3 :Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1dalam 1 wadah
P4 :Intralipid 20 dicampurinfusnatrium klorida 0,9 1:2 melaluithree-
waystopcock P5
: Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three-waystopcock Dari Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa pencampuran Intralipid20 dengan
larutan Ringer lebih mempengaruhi stabilitas fisik Intralipid 20 dibandingkan dengan pencampuran dengan infus larutan natrium klorida 0,9 dalam satu
wadah. Apabila dibandingkan dengan pencampuran Intralipid 20 dan larutan elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9 atau larutan Ringer melalui three-
way stopcock, dapat dilihat bahwa stabilitas fisik pencampuran melalui three- waystopcocktidak menunjukkan koalesensi tetapi terjadi flokulasi pada
pencampuran dengan larutan Ringer. Penambahan spesi bermuatan positif seperti ion natrium, kalium dan
kalsium dapat menyebabkan ketidakstabilan permanen dimana ion-ion ini akan menetralkan muatan negatif dari droplet fosfolipid droplet fosfolipid bermuatan
negatif karena bagian polarnya berada dibagian luar dan menyebabkan koalesensi Driscoll, et al., 2001. Proses koalesensi mempunyai mekanisme sebagai berikut:
ketika droplet-droplet lemak telah berdekatan satu dengan lainnya, lapisan tipis
Universitas Sumatera Utara
49 berair antara dua droplet yang berdekatan dapat pecah dan menyebabkan minyak
dari dua droplet bergabung, membentuk droplet yang lebih besar tetapi masih dapat diemulsikan Baker dan Naguib, 2005.
Kation divalen kalsium bersifat lebih mengganggu kestabilan daripada ion monovalen natrium. Elektrolit yang bermuatan divalen seperti kalsium
berikatan kuat dengan permukaan droplet lemak yang distabilkan lesitin fosfolipid yang dimurnikan membentuk kompleks ion-lemak 1:2 sehingga
terbentuk muatan droplet yang berlawanan yaitu menjadi positif Schroder, 2008; Martin, 2011. Oleh sebab itu, diamati bahwa Intralipid20 yang dicampur
dengan larutan Ringer dalam 1 wadah lebih cepat menyebabkan ketidakstabilan fisik karena larutan Ringer mengandung Ca
2+
. Agar Intralipid 20 bersifat lebih stabil ketika dibutuhkan larutan
elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9 atau larutan Ringer dalam waktu yang bersamaan, sebaiknya keduanya diberikan secara terpisah dalam 2 wadah
melalui three-waystopcockkarena sebagian besar larutan elektrolit telah dihantarkan terlebih dahulu dan sisanya berinteraksi dengan globul lemak
Intralipid 20. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang menunjukkan P5 pada jam ke-24 mengalami flokulasi. Flokulasi terjadi akibat ion kalsium pada larutan
Ringer yang berkontak dengan Intralipid 20 dalam konsentrasi rendah. Mekanisme flokulasi adalah droplet-droplet minyak yang tersuspensi umumnya
akan menyatu akibat gerak Brown yang alami atau menyatu dari pengocokan luar. Akibat beberapa tumbukan, gaya tarik-menarik interaksi van der Waals terjadi
diantara droplet-droplet lemak karena permukaan droplet yang tidak sempurna sehingga gaya tarik-menarik melebihi gaya tolak-menolak dan menyebabkan
droplet berdekatan dengan satu sama lainnya Baker dan Naguib, 2005.
Universitas Sumatera Utara
50
4.3.4 Pengamatan globul lemak secara mikroskopik
Globul lemak secara mikroskopik Intralipid 20 dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 Morfologi globul lemak Intralipid 20
Dari Gambar 4.6 dapat diamati bahwa Intralipid 20 tidak mengalami perubahan morfologi globul lemak selama 24 jam sehingga dapat disimpulkan
bahwa Intralipid 20 stabil selama 24 jam. Globul lemak secara mikroskopik Intralipid 20 yang dicampur dengan
infus natrium klorida 0,9 dalam satu wadah dapat dilihat pada Gambar 4.7a.
0 menit 20 menit
60 menit 3 jam
40 menit
6 jam
12 jam 24 jam
Universitas Sumatera Utara
51
Gambar 4.7a Morfologi globul lemak Intralipid 20 yang dicampur dengan
infus larutan natrium klorida 0,9 dalam satu wadah Dari Gambar 4.7a dapat diamati bahwa Intralipid 20 yang dicampur
dengan infus larutan natrium klorida 0,9 dalam satu wadah mengalami perubahan globul lemak pada jam ke-24 yaitu terjadinya pembesaran globul
lemak sehingga dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 dalam satu wadah mengalami ketidasktabilan
pada jam ke-24. Globul lemak secara mikroskopik dari Intralipid 20 yang dicampurkan
dengan larutan Ringer dalam satu wadah dapat dilihat pada Gambar 4.7b berikut.
0 menit 20 menit
40 menit
60 menit 3 jam
6 jam
12 jam 24 jam
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 4.7b Morfologi globul lemak Intralipid 20 yang dicampur dengan
larutan Ringer dalam satu wadah Dari Gambar 4.7b dapat diamati bahwa Intralipid 20 yang dicampur
dengan larutan Ringer dalam satu wadah mengalami perubahan globul lemak pada jam ke-12 dan jam ke-24 yaitu terjadinya pembesaran globul lemak sehingga
dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer dalam satu wadah mengalami ketidasktabilan pada jam ke-12 dan jam ke-24.
Globul lemak secara mikroskopik dari Intralipid 20 yang dicampur dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-waystopcockdapat dilihat
pada Gambar 4.8a berikut.
0 menit 20 menit
40 menit
60 menit 3 jam
6 jam
12 jam 24 jam
Universitas Sumatera Utara
53
Gambar 4.8a Morfologi globul lemak Intralipid 20 yang dicampur dengan
infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-way stopcock Dari Gambar 4.8a dapat diamati bahwa Intralipid 20 yang dicampur
dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-waystopcocktidak mengalami perubahan morfologi globul lemak selama 24 jam sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan campuran Intralipid 20 dengan infus larutan natrium klorida 0,9 melalui three-waystopcockstabil selama 24 jam.
Globul lemak secara mikroskopik dari Intralipid 20 yang dicampur dengan larutan Ringer melalui three-waystopcockdapat dilihat pada Gambar 4.8b
berikut.
0 menit 20 menit
40 menit
60 menit 3 jam
6 jam
12 jam 24 jam
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 4.8b Morfologi globul lemak Intralipid 20 yang dicampur dengan
larutan Ringer melalui three-way stopcock Dari Gambar 4.8b dapat diamati bahwa tidak terjadinya perubahan globul
lemak. Akan tetapi, hasil penampilan fisik sediaan campuran ini menunjukkan bahwa telah terjadinya proses flokulasi. Hal ini disebabkan karena pengambilan
gambar dilakukan setelah sediaan campuran diredispersi sehingga globul lemak yang terlihat secara visual terdispersi kembali secara homogen dan tidak
menunjukkan pembesaran globul lemak ketika diamati dengan mikroskop digital. Dari semua hasil pengamatan globul lemak sediaan campuran, dapat
diamati bahwa globul lemak yang paling besar secara morfologi pada campuran
0 menit 20 menit
40 menit
60 menit
12 jam 3 jam
6 jam
24 jam
Universitas Sumatera Utara
55 yang mengandung larutan Ringer dalam satu wadah pada jam ke-24. Larutan
Ringer mengandung ion divalen yaitu kalsium yang berperan dalam menyebabkan ketidakstabilan fisik sediaan emulsi. Pembesaran ukuran globul tersebut
diakibatkan oleh proses koalesensi yang dapat diamati pada penampilan fisiknya. Koalesensi mengakibatkan globul-globul lemak kecil bergabung membentuk
globul lemak besar dan mengurangi jumlah globul Gennaro, 2001.
4.3.5 Pengamatan ukuran globul lemak
Infus larutan natrium klorida 0,9 dan larutan Ringer dapat mempengaruhi ukuran globul lemak Intralipid 20 seperti yang ditunjukkan pada
hasil pengamatan globul lemak secara visual dan secara mikroskopik. Hasil ukuran globul lemak dapat diamati pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.9 berikut.
Tabel 4.4 Hasil ukuran globul lemak sediaan campuran Waktu
jam Ukuran Globul Lemak D Mean Intensity nm
P1 P2
P3 P4
P5 447,16
450,73 457,54
445,99 440,56
12 457,33
475,12 572,81
471,51 539,56
24 485,11
625,16 992,37
490,89 558,12
Keterangan: P1
: Intralipid20 P2
: Intralipid20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:1 dalam 1 wadah P3
: Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1 dalam 1 wadah P4
: Intralipid 20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:2 melalui three- way stopcock
P5 : Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three- way stopcock
Dari Tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa Intralipid 20 dan sediaan campuran Intralipid 20 dan larutan elektrolit infus larutan natrium klorida 0,9
atau larutan Ringer mempunyai ukuran droplet lemak yang termasuk emulsi konvensional Burgess, 2005. Dari Tabel 4.4 juga dapat disimpulkan bahwa P2
jam ke-24, P3 jam ke-12 dan jam ke-24, P5 jam ke-12 dan jam ke-24 telah
Universitas Sumatera Utara
56 mengalami ketidakstabilan karena ukuran globul lemak di atas 500 nm. Seperti
yang dijelaskan di dalam USP 36, emulsi lemak intravena stabil apabila ukuran globul lemak dibawah 500 nm.
Gambar 4.9 Pengaruh infus larutan natrium klorida 0,9 dan larutan Ringer terhadap ukuran globul lemak Intralipid 20 dalam pencampuran
satu wadah dan melalui three-waystopcock Keterangan:
P1 : Intralipid20
P2 : Intralipid20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:1 dalam 1 wadah
P3 : Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1 dalam 1 wadah
P4 : Intralipid 20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:2 melalui three-
waystopcock P5
: Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three-waystopcock Dari Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa pencampuran dalam satu wadah
menunjukkan ukuran globul lemak lebih besar daripada pencampuran melalui three-waystopcock serta ukuran globul lemak bertambah lebih besar pada
pencampuran yang mengandung larutan Ringer. Dari Gambar 4.9 dapat diamati bahwa semakin lama waktu setelah pencampuran, semakin besar ukuran globul
lemak. Hal ini disebabkan oleh kandungan kalsium pada larutan Ringer yang cenderung menetralkan muatan negatif fosfolipid sehingga mengurangi gaya
200 400
600 800
1000 1200
12 24
U kur
an gl
ob ul
l em
ak nm
Waktu Jam
P1 P2
P3 P4
P5
Universitas Sumatera Utara
57 tolak-menolak antar partikel dan menyebabkan koalesensi globul lemak. Semakin
lama waktu setelah pencampuran, semakin lama kontak antara ion positif dengan fosfolipid yang bermuatan negatif maka semakin banyak globul lemak menyatu
menjadi globul besar Sacks, 2004.
Tabel 4.5 Hasil rentang ukuran globul lemak sediaan campuran Waktu
jam Rentang Ukuran Globul Lemak nm
P1 P2
P3 P4
P5 186,26-
891,49 177,88-
891,49 195,04-
933,5 195,04-
891,49 195,04-
891,49 12
204,23- 891,49
234,49- 891,49
233,49- 1230,59
204,23- 933,5
223,93- 1122,32
24 195,04-
1023,56 269,22-
1288,59 537,17-
1778,75 245,54-
891,49 223,93-
1175,21 Keterangan:
P1 : Intralipid20
P2 : Intralipid20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:1 dalam 1 wadah
P3 : Intralipid20 dicampur larutan Ringer 1:1 dalam 1 wadah
P4 : Intralipid 20 dicampur infus natrium klorida 0,9 1:2 melalui three-
way stopcock P5
: Intralipid 20 dicampur larutan Ringer 1:2 melalui three-waystopcock Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ukuran partikel di atas 1 µm ditunjukkan
pada campuran P2 jam ke-24, P3 jam ke-12 dan jam ke-24, P5 jam ke-12 dan jam ke-24 dan pembesaran ukuran yang lambat dilihat pada P5 jam ke-12 dan jam ke-
24 karena campuran P5 dicampur melalui three-waystopcock. Distribusi ukuran globul lemak yang paling besar dapat diamati pada campuran yang mengandung
larutan ringer yaitu P3 jam ke-24. P1 jam ke-24 mengalami sedikit peningkatan ukuran globul lemak karena terjadinya sedikit perubahan suhu selama
pengamatan. Perubahan suhu dapat menyebabkan ketidakstabilan fisika dimana dalam hal ini adalah pembesaran ukuran globul lemak karena Intralipid 20
merupakan emulsi konvensional. Emulsi konvensional bersifat tidak stabil secara termodinamika tidak stabil apabila adanya perubahan suhu.
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 4.10 Distribusi ukuran globul lemak Intralipid 20 0 jam
Gambar 4.11 Distribusi ukuran globul lemak Intralipid 20 dan infus larutan
natrium klorida 0,9 yang dicampurkan dalam satu wadah 24 jam
Gambar 4.12 Distribusi ukuran globul lemak Intralipid 20 dan larutan Ringer
yang dicampurkan dalam satu wadah 24 jam
Universitas Sumatera Utara
59
Gambar 4.13 Distribusi ukuran globul lemak Intralipid 20 dan infus larutan
natrium klorida 0,9 yang dicampurkan melalui three- waystopcock24 jam
Gambar 4.14 Distribusi ukuran globul lemak Intralipid 20 dan larutan Ringer
yang dicampurkan melalui three-waystopcock24 jam Pembuluh darah manusia terdiri atas aorta, arteri, arteriol, kapiler, venule,
vena dan vena cava. Pembuluh darah manusia yang paling kecil adalah kapiler 5 µm. Oleh sebab itu, apabila globul lemak berukuran 5 µm atau lebih dapat
menyebabkan penyumbatan kapiler Barret, et al., 2010. Agar emulsi lemak intravena bersifat aman, maka ukuran globul lemak tidak boleh lebih besar dari 1
µm. Apabila ukuran globul lemak 1 µm, emulsi menjadi tidak stabil dan tidak aman digunakan karena menyebabkan globul lemak berpotensi membesar diatas 5
µm dan menyebabkan emboli lemak, emboli pada kapiler dan terperangkap pada kapiler paru-paru sehingga mempengaruhi fungsi pernafasan Sacks, 2004;
Trissel, 1999; SPX, 2008; Wermuth, et al., 2015.
Universitas Sumatera Utara
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN