35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Warna dan Kekeruhan Campuran
Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung
Kalsium Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock
4.1.1 Pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melalui three-way
stopcock
Hasil pengamatan penampilan fisik campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melalui three-way
stopcock dilakukan dengan melihat warna dan kekeruhan secara visual setelah pencampuran. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data pengamatan pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran
injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melaui three-way stopcock
Pengamatan Formula
F0 F1
F2 F3
F4 F5
F6 Warna
TW TW
TW TW
TW TW
TW
Kekeruhan
J J
J K
J J
K Keterangan:
F0 : NaCl 0,9
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
TW : tidak berwarna
J : jernih
K : keruh
Universitas Sumatera Utara
36 Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.1, dapat diamati bahwa
campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02; 0,07 dan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74;
1,67; 4,44 baik dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock menunjukkan tidak ada perubahan warna tidak berwarna, sedangkan
pengamatan kekeruhan dari campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah F1–F3 ditunjukkan adanya kekeruhan pada
F3 yaitu campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07 dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44. Pada campuran larutan
injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui jalur three-way stopcock F4–F6 ditunjukkan adanya kekeruhan pada F6 yaitu campuran larutan
injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44. Penampilan warna dan kekeruhan larutan dapat dilihat pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah
Keterangan: F1
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 dalam 1 wadah
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 dalam 1 wadah F3
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 dalam 1 wadah
F1 F2
F3
Universitas Sumatera Utara
37 Gambar 4.2 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone
dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock Keterangan:
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 melalui three-way stopcock F5
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 melalui three-way stopcock
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 melalui three-way stopcock
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 campuran larutan injeksi
dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02; 0,07 dan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74; 1,67; 4,44 baik dalam
satu wadah F1–F3 dan melalui three-way stopcock F4–F6 secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada F3 yang merupakan
campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07 dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44 dalam satu wadah dan F6 campuran
larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07 dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44 melalui three-way stopcock terlihat adanya
partikel yang menempel pada dinding botol dan larutan terlihat keruh. Dalam hal ini, partikel dalam larutan tersebut berasal dari kalsium injeksi kalsium glukonat,
larutan Ringer dan fosfat dari injeksi dexamethasone.
F4 F5
F6
Universitas Sumatera Utara
38
4.1.2 Pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock
Hasil pengamatan penampilan fisik campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock dilakukan
dengan melihat warna dan kekeruhan secara visual. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap pemeriksaan warna dan kekeruhan
campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock
Pengamatan Formula
F7 F8
F9 F10
F11 F12
Warna TW
TW TW
TW TW
TW
Kekeruhan
K J
J K
J J
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock TW
: tidak berwarna J
: jernih K
: keruh Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.2 dapat diamati bahwa
campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02; 0,07 dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq;
0,45 mEq; 0,1125 mEq baik dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock menunjukkan tidak ada perubahan warna tidak berwarna, sedangkan
pengamatan kekeruhan dari campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan
Universitas Sumatera Utara
39 Ringer dalam satu wadah F7–F9 menunjukkan adanya kekeruhan pada F7 yaitu
campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq.
Pada campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer melalui jalur three-way stopcock F10–F12 menunjukkan adanya kekeruhan pada F10
yaitu campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq. Penampilan warna dan
kekeruhan larutan dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Dapat diamati pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 campuran larutan injeksi
dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02; 0,07 dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq; 0,1125 mEq
baik dalam satu wadah F7–F9 dan melalui three-way stopcock F10–F12. Secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada
F7 yang merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq dalam satu
wadah dan F10 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq melalui three-
way stopcock terlihat adanya partikulat yang tersebar dalam larutan dan larutan terlihat keruh.
Keberadaan partikulat maupun ketidakjernihan campuran larutan parenteral ini menunjukkan inkompatibilitas injeksi dexamethasone yang
mengandung deksametason natrium fosfat dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer.
Inkompatibilitas terjadi ketika dua atau lebih obat diberikan dalam jalur intravena yang sama, menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan. Inkompatibilitas fisika
Universitas Sumatera Utara
40 mengacu pada reaksi yang terlihat, seperti perubahan warna, kekeruhan,
pembentukan endapan Evans dan Dixon, 2006; Philips dan Gorski, 2014.
Gambar 4.3 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
Gambar 4.4 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone
dan larutan Ringer melalui three-way stopcock Keterangan:
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock
F8 F9
F7
F10 F11
F12
Universitas Sumatera Utara
41
Dapat diamati pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 campuran larutan injeksi
dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02; 0,07 dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq; 0,1125 mEq
baik dalam satu wadah F7–F9 dan melalui three-way stopcock F10–F12. Secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada F7
yang merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq dalam satu
wadah dan F10 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008 dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq melalui three-
way stopcock terlihat adanya partikulat yang tersebar dalam larutan dan larutan terlihat keruh.
Keberadaan partikulat maupun ketidakjernihan campuran larutan parenteral ini menunjukkan inkompatibilitas injeksi dexamethasone yang
mengandung deksametason natrium fosfat dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer.
Inkompatibilitas terjadi ketika dua atau lebih obat diberikan dalam jalur intravena yang sama, menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan. Inkompatibilitas fisika
mengacu pada reaksi yang terlihat, seperti perubahan warna, kekeruhan, pembentukan endapan Evans dan Dixon, 2006; Philips dan Gorski, 2014.
4.2 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer
dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Kekeruhan Larutan
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kekeruhan setelah dilakukan pencampuran dua jenis larutan obat parenteral yang berbeda. Pengujian ini
Universitas Sumatera Utara
42 dilakukan untuk melihat adanya pengaruh pencampuran injeksi dexamethasone
dengan variasi konsentrasi 0,008; 0,02 dan 0,07, injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74; 1,67 dan 4,44 dan larutan Ringer dengan
variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq dan 0,1125 mEq dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock terhadap nilai kekeruhan larutan campuran
sedian obat tersebut. Kekeruhan itu sendiri adalah penurunan transparansi cair disebabkan oleh
adanya zat tidak larut. Kekeruhan juga disebabkan oleh adanya partikulat di dalam air dan ini identik dengan ketidakjernihan. Kekeruhan merupakan salah satu faktor
dasar untuk menilai kualitas air Satterfield, 2006; Rak, 2013.
Tabel 4.3 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi
kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Kekeruhan NTU
F0 0.110
F1 0,723
F2 0,834
F3 0,963
F4 0,263
F5 0,438
F6 0,845
Keterangan :
F0 : NaCl 0,9
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
Universitas Sumatera Utara
43
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diamati bahwa kekeruhan campuran larutan
injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat pada satu wadah pada F3 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar, sedangkan pada campuran
larutan injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock konsentrasi F6 memiliki nilai kekeruhan yang tertinggi. F3 dan F6
merupakan konsentrasi tertinggi baik dalam metode satu wadah maupun melalui three-way stopcock yaitu sebesar 0,963 NTU dan 0,845 NTU.
Gambar 4.5 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-
way stopcock Keterangan :
F0 : NaCl 0,9
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
0,800 0,900
1,000
F0 F1
F2 F3
F4 F5
F6
0,11 0,723
0,834 0,963
0,263 0,438
0,845
Nilai Kekeruhan
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Blanko
Universitas Sumatera Utara
44 Pada Gambar 4.5 dapat diamati pula nilai kekeruhan F0 yang merupakan
blanko berupa larutan natrium klorida 0,9 tanpa adanya tambahan injeksi dexamethasone dan kalsium glukonat memiliki nilai kekeruhan 0,11 NTU.
Setelah dilakukan pencampuran kedua obat disertai dengan peningkatan konsentrasi maka diperoleh peningkatan nilai kekeruhan dibandingkan blanko.
Hal ini terlihat pada konsentrasi F1 sampai F3 dengan metode dalam satu wadah dan F4 sampai F6 dengan metode melalui three-way stopcock menunjukkan
peningkatan nilai kekeruhan dengan semakin meningkatnya konsentrasi dari kedua obat. Pada kedua metode yang digunakan dapat diamati bahwa metode
pencampuran obat dalam satu wadah memberikan nilai kekeruhan yang lebih besar dibandingkan dalam dua wadah.
Tabel 4.4 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan
Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Kekeruhan NTU
F7 0,632
F8 0,547
F9 0,473
F10 0,422
F11 0,313
F12 0,281
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock
Universitas Sumatera Utara
45 Pada Tabel 4.4 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone
dengan larutan Ringer. Dapat diamati pada F7 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer pada satu wadah menunjukkan nilai
kekeruhan yang paling besar dibandingkan formula lainnya yaitu sebesar 0,632 NTU. Sedangkan nilai kekeruhan terkecil diperoleh pada F12 yaitu 0,281 NTU.
F12 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone 0.07 dan 0,1125 mEq larutan Ringer melalui jalur three-way stopcock. Pada formula F7 sampai F9
merupakan campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur dalam satu wadah, sedangkan F10 sampai F12 adalah campuran injeksi
dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur melalui three-way stopcock sehingga dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan yang dicampur dalam satu wadah
lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock.
Gambar 4.6 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan : F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock
0,000 0,500
1,000
F7 F8
F9 F10
F11 F12
0,632 0,547 0,473 0.422 0,313 0,281
Nilai Kekeruhan
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Universitas Sumatera Utara
46 Pada Gambar 4.6 dapat diamati F7 menunjukkan nilai kekeruhan yang
paling besar dalam satu wadah sebesar 0,632 NTU, demikian halnya pada jalur three-way stopcock F10 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling tinggi.
Semakin berkurangnya konsentrasi kalsium dalam larutan ringer yang dicampur dengan injeksi dexamethasone semakin menurun pula nilai kekeruhan yang
diperoleh. Dari data yang diperoleh dapat diamati bahwa nilai kekeruhan campuran
injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock akan semakin besar seiring dengan
bertambahnya konsentrasi kedua obat, sedangkan pada campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer, adanya pengaruh semakin besarnya
volume larutan Ringer yang dicampur ke dalam larutan, semakin besar juga konsentrasi Ca
2+
yang terkandung dalam campuran larutan tersebut maka nilai kekeruhan yang diperoleh akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
Lampiran 4 halaman 73. Kejernihan air mengacu pada transparansi dari air. Kekeruhan sering
digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan kurangnya transparansi karena adanya bahan tersuspensi dan koloid seperti bahan organik dan anorganik
sehingga mengurangi penetrasi cahaya. Kekeruhan terutama disebabkan oleh partikel dengan diameter lebih kecil dari 1 mikron dalam air. Visibilitas atau
kejernihan akan menurun dengan meningkatnya kekeruhan dalam air. Penurunan kejernihan disebabkan hamburan cahaya oleh partikel yang tersuspensi dalam
larutan Wilson, 2013 Menurut Lambrou dan kawan-kawan 2010 mengatakan “hamburan
cahaya sebanding dengan meningkatnya konsentrasi dari partikel karena akan
Universitas Sumatera Utara
47 semakin besar hamburan cahaya yang dibutuhkan untuk menembus partikel-
partikel yang ada dan penyerapan cahaya pun akan semakin meningkat. Ketika konsentrasi partikulat melebihi titik tertentu, transmisi cahaya akan menurun
cepat, menandakan bahwa batas atas kekeruhan terukur, peningkatan konsentrasi obat-obat yang dicampur meningkatkan nilai kekeruhan yang dihasilkan karena
semakin banyaknya partikel-partikel yang terkandung di dalamnya. Sediaan yang digunakan merupakan larutan parenteral yang terlihat jernih,
baik larutan natrium klorida 0,9, maupun campuran injeksi dexamethasone, kalsium glukonat dan larutan Ringer, tetapi larutan tersebut tetap memiliki angka
kekeruhan. Ini disebabkan kekeruhan merupakan interaksi antara cahaya dan partikel yang tersuspensi dalam air. Jadi, sinar cahaya yang dipancarkan ke dalam
cairan murni tidak akan terhambat, tetapi molekul yang terdapat dalam cairan murni itu akan menghamburkan cahaya pada tingkat tertentu, sehingga tidak ada
larutan yang memiliki nilai kekeruhan nol Lambrou, et al., 2010.
4.3 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer
dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Ukuran Partikel Larutan
Injeksi dexamethasone mengandung deksametason natrium fosfat 5,465 mg setara dengan deksametason fosfat 5 mg. Campuran larutan injeksi
dexamethasone dengan kalsium glukonat dan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer dapat membentuk partikel berupa kalsium fosfat. Peningkatan
konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat dan konsentrasi Ca
2+
dalam larutan Ringer dapat mempengaruhi ukuran partikel kalsium fosfat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.7.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.5 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi
kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Ukuran Partikel nm
Dv10 nm Dv50 nm Dv90 nm Dmean Intensity
nm
F1 1698,69
3549,07 6762,62
2554,98 F2
2138,53 4678,59
7415,07 2963,58
F3 2239,31
4899,09 7415,07
3018,41 F4
741,51 1412,91
3236,79 1398,50
F5 1023,56
1862,58 3716,34
1765,26 F6
1950,36 4678,59
7415,07 2829,02
Gambar 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui
three-way stopcock Keterangan:
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
Dapat diamati pada Tabel 4.5 campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam satu wadah menunjukkan F3 memiliki ukuran partikel
0,00 500,00
1.000,00 1.500,00
2.000,00 2.500,00
3.000,00 3.500,00
F1 F2
F3 F4
F5 F6
2554,98 2963,58
3018,41
1398,5 1765,26
2829,02
Dmean Intensity nm
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Universitas Sumatera Utara
49 rata-rata yang paling besar diantara formula lainnya yaitu 3018,41 nm, sedangkan
pada campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam melalui three-way stopcock F6 memiliki ukuran partikel rata-rata paling besar yaitu
2829,02 nm. Pada Gambar 4.7 dapat dilihat pula bahwa ukuran partikel yang terbentuk
akibat pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat rata- rata diatas 1000 nm atau lebih besar dari 1
µ�. Ukuran partikel campuran dalam satu wadah lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock. Hal ini
menunjukkan adanya inkompatibilitas dari campuran obat-obat ini.
Tabel 4.6 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone
dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Distribusi Ukuran Partikel nm
F1 933,50 – 5624,90
F2 1023,56 – 6762,62
F3 1071,80 – 7081,33
F4 467,86 – 3236,79
F5 676,26 – 3716,34
F6 933,50 – 6762,62
Keterangan :
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
Pada Tabel 4.6 dapat diamati distribusi ukuran partikel yang terkandung dalam campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat pada
Universitas Sumatera Utara
50 formula F1 sampai F6 berada pada rentang 467,86 nm sampai 7081,33 nm.
Distribusi ukuran partikel ini menunjukkan penyebaran ukuran-ukuran partikel yang terkandung di dalam campuran larutan tersebut.
Tabel 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan
Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Ukuran Partikel nm
Dv10 nm Dv50 nm
Dv90 nm Dmean Intensity
nm
F7 3389,34
6167,58 8513,64
4139,92 F8
1950,36 4266,93
7081,33 2795,88
F9 589,00
1017,80 1950,36
1088,64 F10
2455,36 5371,74
8130,46 3179,18
F11 1230,59
3236,79 6762,62
2171,88 F12
467,86 977,50
2138,53 1018,82
Gambar 4.8 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way
stopcock
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock
0,00 1.000,00
2.000,00 3.000,00
4.000,00 5.000,00
F7 F8
F9 F10
F11 F12
4139,92 2795,88
1088,64 3179,18
2171,88 1018,82
Dmean Intensity nm
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Universitas Sumatera Utara
51 Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa F7 yang
merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq dalam satu wadah menunjukkan rata-rata ukuran
partikel yang terbesar yaitu 4139,92 nm, sedangkan F10 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium
1,125 mEq melalui three-way stopcock memiliki ukuran partikel paling besar yaitu 3179,18 nm. Semakin banyak larutan Ringer yang dicampur dengan injeksi
dexamethasone semakin besar pula ukuran partikel yang diperoleh dari campuran kedua sediaan parenteral tersebut.
Tabel 4.8 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone
dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Distribusi Ukuran Partikel nm
F7 1549,23 - 9335,02
F8 1023,56 - 6458,25
F9 407,49 - 2344,85
F10 1023,56 - 7764,53
F11 676,26 - 5129,97
F12 323,68 - 2455,36
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock Pada Tabel 4.8 dapat diamati bahwa distribusi ukuran partikel F7 sampai
F12 berada pada rentang ukuran partikel rata-rata 323,68 nm sampai 9335,02 nm.
Universitas Sumatera Utara
52 Penyebab lain dari adanya partikel adalah akibat inkompatibilitas. Ini adalah
reaksi yang tidak diinginkan antara campuran obat dan larutan pembawa, wadah atau obat-obatan yang ditambahkan ke dalam larutan intravena itu sendiri.
Inkompatibilitas juga bisa terjadi ketika berbagai larutan dicampur dalam jalur infus dan kateter untuk pemberian parenteral. Salah satu konsekuensi dari
inkompatibilitas adalah terjadi pengendapan yang membentuk partikel Durgin dan Hanan, 2005; Roth, 2007; Josephson, 2006; Douglas dan Hedrick, 2001.
Hasil penelitian yang diperoleh rata-rata ukuran partikel dari campuran larutan parenteral ini berukuran lebih besar dari 1 µm. Dijelaskan hanya produk
obat berupa larutan atau dispersi koloid khusunya berukuran partikel 1 µm yang layak untuk pemberian intravena karena risiko emboli paru yang dihasilkan
dari partikel 7 µm dan adanya kendala partikulat yang terkait dengan pemberian pada rute ini. Pemberian larutan parenteral berukuran lebih besar dari 1 µm
selayaknya harus dihindari untuk mencegah adanya risiko yang berbahaya selama distribusi obat dalam peredaran darah Williams, et al., 2012.
Partikel sekecil 1,5 µm dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah pada pasien, sedangkan partikel berukuran 6 µm dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah pada orang sehat Melsungen, 2011.
4.4 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer
dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap pH Larutan
Pengaruh peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat serta peningkatan konsentrasi kalsium dalam larutan Ringer terhadap
nilai pH campuran larutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.9 pH campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium
glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Nilai pH
Rata-Rata 1
2 3
F1 5,7
5,7 5,7
5,7 F2
5,5 5,5
5,5 5,5
F3 5,2
5,2 5,2
5,2 F4
6,6 6,6
6,6 6,6
F5 6,0
6,0 6,0
6,0 F6
5,8 5,8
5,8 5,8
Keterangan: F1
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 dalam 1 wadah
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 dalam 1 wadah F3
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 dalam 1 wadah
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 melalui three-way stopcock F5
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 melalui three-way stopcock
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 melalui three-way stopcock Berdasarkan Gambar 4.9 dapat diamati pada F1 sampai F3 merupakan
campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F4 sampai F6 merupakan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi
kalsium glukonat melalui three-way stopcock. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi penurunan pH dengan peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone dan
injeksi kalsium glukonat. F3 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 dalam satu wadah memiliki nilai pH
terendah 5,2 diantara campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F6 merupakan campuran injeksi
dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock memiliki pH terendah 5,8 diantara campuran injeksi dexamethasone
dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock.
Universitas Sumatera Utara
54 Gambar 4.9 pH campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat
baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock Keterangan :
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat
0,74 dalam 1 wadah F2
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat 1,67 dalam 1 wadah
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat
4,44 dalam 1 wadah F4
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan injeksi kalsium glukonat 0,74 melalui three-way stopcock
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan injeksi kalsium glukonat
1,67 melalui three-way stopcock F6
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan injeksi kalsium glukonat 4,44 melalui three-way stopcock
Tabel 4.10 pH campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik
dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Pengukuran pH
Rata-Rata 1
2 3
F7 5,1
5,1 5,1
5,1 F8
5,2 5,2
5,2 5,2
F9 5,5
5,6 5,6
5,56 F10
5,6 5,6
5,6 5,6
F11 5,8
5,8 5,8
5,8 F12
6,2 6,2
6,2 6,2
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock
0,0 10,0
F1 F2
F3 F4
F5 F6
5,7 5,5
5,2 6,6
6 5,8
Nilai pH
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Universitas Sumatera Utara
55 Gambar 4.10 pH campuran larutan injeksi dexamethasone-larutan Ringer baik
dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan: F7
: Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq dalam 1 wadah
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,45 mEq dalam 1 wadah F9
: Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq dalam 1 wadah
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock F11
: Campuran injeksi dexamethasone 0,02 dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq melalui three-way stopcock
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07 dan larutan Ringer yang
mengandung kalsium 0,1125 mEq melalui three-way stopcock Dari Gambar 4.10 dapat diamati F7 sampai F9 merupakan campuran
larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer dalam satu wadah. F7 memiliki nilai pH terendah yaitu 5,1 sedangkan F10 sampai F12 merupakan
campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer melalui three-way stopcock. F10 menunjukkan nilai pH terendah 5,6. Pada F7 sampai F12. pH
terendah ditunjukkan oleh F7 yaitu larutan injeksi dexamethasone 0,008 dan larutan Ringer yang mengandung 1,125 mEq kalsium dalam satu wadah.
Penurunan pH akibat pencampuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan
Ringer disebabkan oleh terbentuknya endapan berupa kalsium fosfat. Injeksi dexamethasone mengandung natrium fosfat, larutan Ringer mengandung 0,165 g
kalsium klorida CaCl
2
.H
2
O. Ketika natrium fosfat yang terkandung dalam
0,000 5,000
10,000
F7 F8
F9 F10
F11 F12
5,1 5,2
5,56 5,6
5,8 6,2
Nilai pH
Dalam 1 wadah Melalui three-way
Universitas Sumatera Utara
56 injeksi dexamethasone bercampur dengan injeksi kalsium glukonat maupun
larutan Ringer, karena adanya reaksi ionik dapat membentuk kalsium fosfat. Pembentukan kalsium fosfat merupakan fenomena kompleks yang
mengarah pada pembentukan fase yang berbeda: brushite atau dikalsium fosfat dihidrat DCPD, oktakalsium fosfat OCP, hidroksiapatit HAP atau kalsium
kekurangan apatit CDA tergantung pada kondisi eksperimental. Kondisi utama yang mempengaruhi pengendapan kalsium fosfat adalah suhu, fosfat dan kalsium,
kekuatan ion, pH, kehadiran ion lain dan durasi pengendapan Ferreira, et al., 2003; Guo, et al., 2005; Johnsson dan Nancollas, 1992; LeGeros, 1991;
Mc Dowell, et al., 1977.
Berdasarkan penelitian diperoleh pH campuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium berada pada rentang pH 5-
6,6. Pada Gambar 4.11 dapat dilihat pembentukan kalsium fosfat pada fase Brushitedikalsium fosfat dihidrat DCPD merupakan fase pertama pengendapan
kalsium fosfat berada pada rentang pH 4-6 Schmidt dan Both, 1987.
Gambar 4.11 Karakteristik fase pembentukan kalsium fosfat Schmidt dan Both, 1987.
Adanya jumlah kalsium yang cukup dan karena afinitas yang relatif tinggi HPO
4 2-
terhadap ion kalsium, sehingga mampu berinteraksi membentuk kompleks
Universitas Sumatera Utara
57 CaHPO
4
, menyebabkan penghilangan ion HPO
4 2-
sehingga kesetimbangan dari ion-ion H
2
PO
4 -
HPO
4 2-
PO
4 3-
bergeser dan pelepasan proton yang mengarah ke penurunan pH Mekmene, et al., 2009; Harding, et al., 2005.
Setelah penambahan kalsium, pH menurun dengan cepat selama beberapa menit pertama, diikuti oleh penurunan yang tidak teratur dan lambat selama satu
jam berikutnya dan akhirnya menjadi stabil setelah 2 jam. Oleh sebab itu, semakin meningkatnya kalsium yang ditambahkan dalam campuran larutan tersebut akan
semakin menurunkan nilai pH larutan tersebut Mekmene, et al., 2009.
4.5 Morfologi Partikel Kalsium Fosfat