UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Berikut beberapa penjelasan mengenai variabel-variabel dalam
metode baru IPM yaitu :
a. Angka Harapan Hidup Saat Lahir – AHH Life Expectancy – e
Angka Harapan Hidup Saat Lahir didefenisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH
mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat yang dihitung dari hasil
sensus dan survei kependudukan. b.
Rata-rata Lama Sekolah – RLS Mean Years of Schooling – MYS
Rata-rata Lama Sekolah didefenisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Diasumsikan dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan
rata-rata lama sekolah adalah penduduk yang berusia 25 tahun ke atas.
c. Angka Harapan Lama Sekolah – HLS Expected Years of Schooling –
EYS
Angka Harapan Lama Sekolah didefenisikan lamanya sekolah dalam tahun yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu.
Diasumsikan peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah
penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan pada berbagai
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14 jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan dalam tahun
yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
d. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan, ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli Purcashing Power Parity PPP. Rata-rata
pengeluaran per kapita setahun dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan riil
dengan tahun dasar 2012 = 100. Perhitungan paritas daya beli metode baru menggunakan 96 komoditas yang mana 66 komoditas merupakan makanan
dan sisanya merupakan komoditas non makanan.
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah.
Oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD.
Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD maka semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah
terhadap bantuan pemerintah pusat. Oleh karena itu, pendapatan asli daerah perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang
diperlukan untuk penyelenggaran pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahunnya terus meningkat. Sehingga kemandirian otonomi daerah
yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15 Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
pada pasal 6, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah PAD bersumber dari :
a. Pajak daerah,
b. Retribusi daerah,
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, d.
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
a Pajak Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah pada pasal 1 ayat 1, yang dimaksud
pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaran pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah. Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, terdapat dua jenis pengelompokan dalam pajak daerah yaitu jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah provinsi
dan jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah kabupaten kota.
Adapun yang termasuk jenis pajak daerah tersebut, yaitu : a.
Jenis pajak daerah Provinsi, terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16 1
Pajak Kendaraan Bermotor, 2
Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, 3
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 4
Pajak Air Permukaan, 5
Pajak Rokok. b.
Jenis pajak daerah Kabupaten Kota, terdiri dari : 1
Pajak Hotel, 2
Pajak Restoran, 3
Pajak Hiburan, 4
Pajak Reklame, 5
Pajak Penerangan Jalan, 6
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, 7
Pajak Parkir. 8
Pajak Air Tanah, 9
Pajak Sarang Burung Walet, 10
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan 11
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
b Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi
daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang
diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17 Oleh karena itu, setiap setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang
diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Beberapa ciri-ciri retribusi yaitu :
a. Retribusi dipungut oleh negara,
b. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis,
c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk,
d. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang badan yang
menggunakan mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara. Dari uraian diatas dapat kita lihat, retribusi daerah
dikelompokkan sebagai berikut : a.
Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi : pelayanan dengan menggunakan memanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan atau
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18 pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta. c.
Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi yang disediakan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan terdiri dari :
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah
BUMD, b.
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara BUMN dan
c. Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 bahwa yang termasuk dalam lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi :
a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,
b. Jasa giro,
c. Pendapatan bunga,
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah.
2.1.3. Dana Perimbangan
Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada pasal 1 ayat
18, yang dimaksud Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksananaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Kesenjangan fiskal yang terjadi selama ini telah menyebabkan
ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada bantuan pemerintah pusat. Padahal, sebenarnya bantuan dana tersebut hanyalah untuk rangsangan
bagi daerah agar lebih meningkatkan sumber penerimaan pendapatan asli daerahnya yang merupakan bagian penting dari sumber penerimaan daerah,
bukan menjadikan sebagai prioritas utama dalam penerimaan daerah.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20 Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan efisien. Transfer pemerintah pusat berupa Dana Perimbangan
terdiri dari : a.
Dana Bagi Hasil DBH, b.
Dana Alokasi Umum DAU dan c.
Dana Alokasi Khusus DAK.
a Dana Bagi Hasil DBH
Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pada pasal 1 ayat 20, yang dimaksud dengan Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelakasanaan desentralisasi. Lebih lanjut dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
pengalokasian Dana Bagi Hasil DBH pada APBN merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber daya nasional yang
berada di daerah berupa pajak dan sumber daya alam. Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pada pasal 160,
bahwa Dana Bagi Hasil DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas : a.
Pajak Bumi dan Bangunan PBB, b.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan c.
Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21 Sedangkan Dana Bagi Hasil DBH yang bersumber dari
sumber daya alam terdiri atas : a.
Kehutanan, b.
Pertambangan umum, c.
Perikanan, d.
Pertambangan gas bumi, e.
Pertambangan minyak bumi dan f.
Pertambangan panas bumi. Dalam pengalokasian dan penyaluran Dana Bagi Hasil DBH,
ada tiga prinsip yang digunakan, yaitu : a.
Pengalokasian DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin daerah penghasil,
b. Penyaluran berdasarkan realisasi penerimaan dan
c. DBH PPh pasal 21 didasarkan atas pemotong atau pemungut pajak
di tempat bendaharawan terdaftar sebagai Wajib Pajak dan PPh pasal 25 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berdasarkan tempat
domisili atau tempat usaha Wajib Pajak terdaftar.
b Dana Alokasi Umum DAU
Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disebut DAU merupakan bagian dari Dana Perimbangan, yaitu dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22 tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pada dasarnya jenis-jenis transfer dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu : 1 Transfer tanpa syarat uncoditional grants, general purpose grants, block grants
dan 2 Transfer dengan syarat conditional grants, categorical grants, specific purpose grants.
Dana Alokasi Umum merupakan dana transfer yang bersifat “block grants” dalam kategori transfer tanpa syarat. Artinya, ketika
dana tersebut diberikan pemerintah pusat, maka pemerintah daerah memiliki diskresi, bebas untuk menggunakan serta mengalokasikan
dana transfer tersebut sesuai dengan prioritas kebutuhan daerah tanpa ada intervensi oleh pemerintah pusat untuk peningkatan pelayanan
masyarakat dalam rangka otonomi daerah. Selain itu, Dana Alokasi Umum juga sering disebut bantuan tak bersyarat unconditional grants
karena merupakan jenis transfer antar tingkat pemerintah yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu Lugastro dan Ananda,
2013. Kebijakan
dalam DAU
merupakan suatu
instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah memiliki
struktur dan kemampuan fiskal yang sama. DAU bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah yang berfungsi sebagai pemerataan
fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan daerah.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23 Kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan dengan menggunakan
pendekatan konsep fiscal gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah
fiscal capacity . Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk
menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada.
Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, alokasi DAU bagi daerah yang memiliki potensi fiskalnya besar namun kebutuhan
fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil, Sebaliknya, daerah yang memiliki potensi fiskalnya kecil, tetapi kebutuhan
fiskalnya besar memperoleh alokasi DAU yang relatif besar.
c Dana Alokasi Khusus DAK
Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK merupakan bagian dari Dana Perimbangan, yaitu dana
yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Yang dimaksud dengan daerah tertentu adalah daerah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan
setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK. Jadi, tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24 Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, yang
dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah 1 Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam
pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya : kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa
jenis investasi prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer dan saluran drainase primer 2
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dalam pengalokasian, DAK ditentukan dengan memperhatikan
tersedianya dana dalam APBN. DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas
umum daerah. Oleh sebab itu, DAK dicantumkan dalam APBD. DAK tidak dapat diperuntukkan untuk mendanai administrasi kegiatan,
penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan dan perjalanan dinas. DAK diprioritaskan untuk daerah yang memiliki kemampuan fiskal
rendah atau dibawah rata-rata nasional. Kemampuan fiskal rendah didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan umum daerah
dengan belanja pegawai negeri sipil daerah pada APBD tahun anggaran.
DAK digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik antara lain : pembangunan rumah sakit, pendidikan, jalan, pasar, irigasi, dan
air bersih. DAK dapat disamakan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas pelayanan publik
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25 berupa pembangunan sarana dan prasarana publik Ndadari dan Adi,
2008. Adapun tujuan pengalokasian DAK yang ingin dicapai yaitu menyediakan layanan dan keterjangkauan akses, menyediakan layanan
pendidikan bermutu, berkesetaraan dan relevan, pencapaian standar sarana, dan peningkatan daya saing serta pemberdayaan potensi daerah.
Dana Alokasi Khusus termasuk jenis transfer dengan syarat conditional grants
. Transfer ini biasanya digunakan untuk keperluan yang dianggap penting oleh pemerintah pusat namun kurang dianggap
penting oleh pemerintah daerah. Transfer dana ini dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu 1 Transfer Pengimbang matching grants dan
2 Transfer Bukan Pengimbang nonmatching grants. Matching grant adalah transfer yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk menutup sebagian atau seluruh kekurangan pembiayaan atas jenis urusan tertentu. Matching grants dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu 1 transfer pengimbang tak terbatas open-ended matching grants
dan 2 transfer pengimbang terbatas closed-ended matching grants
. Dari kedua jenis transfer ini Dana Alokasi Khusus merupakan jenis transfer pengimbang tidak terbatas open-ended
matching grants. Open-ended matching grants adalah transfer yang
ditujukan untuk menutup seluruh kekurangan dana.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Ida Ayu Candra Yunita
Sari 2015
Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah dan
Belanja Modal pada Peningkatan
Indeks Pembangunan
Manusia
Variabel Dependen :
IPM Variabel
Independen : 1. PAD
2. BM - Variabel PAD dan
BM berpengaruh positif signifikan
pada peningkatan IPM.
Ardiansyah Vitalis Ari dan
Widiyaningsih 2014
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten Kota di Provinsi Jawa
Tengah Variabel
Dependen : IPM
Variabel Independen :
1. PAD 2. DAU
3. DAK - Variabel PAD
berpengaruh positif signifikan terhadap
IPM. - Variabel DAU
berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap IPM. - Variabel DAK
berpengaruh negatif signifikan terhadap
IPM - PAD, DAU, DAK
berpengaruh signifikan terhadap
IPM Lilis Setyowati
dan Yohana Kus Suparwati
2012 Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus ,
Pendapatan Asli Daerah Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia dengan
Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal Sebagai Variabel Intervening
Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten
dan Kota se-Jawa Tengah
Variabel Dependen :
IPM Variabel
Independen : 1. Pertumbuhan
Ekonomi 2. DAU
3. DAK 4. PAD
Variabel Intervening :
PABM -
Variabel Pertumbuhan
Ekonomi tidak berpengaruh positif
terhadap IPM melalui PABM.
- Variabel DAU,
DAK, PAD berpengaruh positif
terhadap IPM melalui PABM.
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Tabel 2.1 Lanjutan
Ayu Kurnia
Sari 2011
Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian
Fiskal dan Pendapatan Asli
Daerah terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Melalui Belanja Modal di
Kabupaten Kota Provinsi Sumatera
Utara Variabel
Dependen : IPM
Variabel Independen :
1. TKF 2. PAD
Variabel Intervening :
BM -
Variabel TKF dan PAD berpengaruh
signifikan terhadap IPM.
- Variabel TKF
melalui BM berpengaruh secara
tidak langsung terhadap IPM.
Riva Ubar Harahap
2010 Pengaruh Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia pada
Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera
Utara Variabel
Dependen : IPM
Variabel Independen :
1. DAU 2. DAK
3. DBH - Variabel DAU,
DAK dan DBH secara simultan
berpengaruh terhadap IPM.
- Variabel DAU, DAK dan DBH secara
parsial tidak berpengaruh
terhadap IPM.
2.3. Kerangka Konseptual