Dampak Sosial ANALISIS KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA DALAM

128 permintaan dari perusahaan tempat mereka bekerja ke biro jasa yang menyalurkan mereka bekerja. “Pelaksanaan PP no.78 Tahun 2015 tidak terlalu berpengaruh pada kami yang kerja kontrak bang, karena upah kami tergantung berapa hari kami bekerja. Semakin banyak kami bekerja semakin banyak upah kami bang, begitulah sebaliknya semakin sedikit kesempatan kami kerja sebulan semakin sedikit pulalah upah kami. Upah kami saat ini di PT. Pasifik Medan Industri satu hari Rp 92.000 bang dari Rp. 102.000 , dipotong mandor penyalur tenaga kerja lah Rp 10.000 bang. Itulah ironisnya bang, kami keberatan bang dengan hal semacam itu bang. Udah upah sedikit dipotong lagi bang. Khususnya kami pekerja harian bang, paling banyak kami kerja 20 hari sebulan bang. Paling banyak upah kami Rp 1.800.000 an sebulan bang. Kalo dihubungkan sama keperluan saya sehari-hari tidak mencukupi karena harga bahan-bahan pokok juga tinggi. Itulah bang udah susah orang yang kerja sebagai buruh tetap dengan upah minimum rendah ,lebih susah kami bang yang buruh outsourching ” 74 . Dari pemaparan diatas dapat kita lihat dampak ekonomi secara nyata dari PP no.78 tahun 2015 terhadap kehidupan rill buruh, dimana kembali mengalami perampasan upah yang mengakibatkan kebutuhan ekonomistiknya tidak terpenuhi, dan PP no.78 tahun 2015 secara langsung merupakan skema sistematis dalam memiskinkan buruh.

3.3.2 Dampak Sosial

Selain dampak ekonomi , PP no.78 tahun 2015 juga mengakibatkan dampak sosial terhadap buruhpekerja. Dampak sosial berhubungan dengan keadaan sosial yang dirasakan oleh buruhpekerja dari kebijakan pengupahan berdasarkan PP no.78 tahun 2015. Secara mendasar persoalan yang muncul dalam aspek sosial merupakan persoalan yang lahir sebagai akibat dari munculnya persoalan politik dan terutama muncul dari persoalan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena kehidupan buruh secara konkret dimana ketika “kenaikan upah rendah maka kesejaerahan buruh akan semakin rendah. begitu juga 74 Hasil wawancara dengan salah satu buruh di PT.Pasifik Medan Industri Fahmi Nurdinhah pada tanggal 23 September 2016 pukul 17.30 Wib Universitas Sumatera Utara 129 sebaliknya ketika upah buruh tinggi maka kesejahterahan buruh akan semakin meningkat”. Menurut Nurachmad Much kesejahterahan adalah suatu pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Tujuan dari kesejahterahan adalah untuk menciptakan motivasi. Kesejahterahan merupakan alasan utama bagi pekeraburuh untuk bekerja dalam suatu perusahaan. Mengukur kesejahterahan buruh dapat menggunakan pendapatan yang diterima oleh pekerjaburuh . Dengan adanya kenaikan upah buruh atau pendapatan buruh maka kesejahterahan buruh akan meningkat. Hal ini disebabkan dengan pendapatanupah yang naik, pekerja akan lebih mampu memenuhi kebutuhannya 75 . Dalam kehidupan sosialnya upah merupakan komponen pendapatan permanen yang didapatkan oleh buruh ketika bekerja, upah yang diterima pekerja disebut upah nominalnominal wage. Sementara upah rill real wage adalah upah yang telah diperhitungkan dengan daya beli dari upah yang diterima atau upah nominal. Harga barang dan jasa yang merupakan kebutuhan pokok buruh akan mempengaruhi daya beli dari pekerja. Bisa saja ketika upah mengalami kenaikan ditahun sebelumnya, tetapi karena biaya hidup naik maka daya beli dari upah yang diterima oleh pekerjaburuh menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya. Meskipun ada kenaikan tingkat upah tidak akan sebanding dengan kenaikan harga barang dari tahun sebelumnya. Dari hal tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa upah pekerja atau buruh akan mempengaruhi eksistensi kehidupan sosial dari para pekerjaburuh. Jadi semakin besar upah yang diterima oleh pekerja maka tingkat kesejahterahan sosial dalam hal ini adalah kualitas 75 Much, Nurachmad. 2009. Cara menghitung upah pokok,uang lembur, pesangon, dan dana pensiun untuk pegawai dan perusahaan: Transmedia pustaka. Hal 42 Universitas Sumatera Utara 130 hidup semakin meningkat. Sebaliknya ketika upah pekerja semakin kecil maka tingkat kemakmuranya semakin rendah pula. Begitu juga halnya yang terjadi dari kebijakan pengupahan berdasarkan PP no.78 tahun 2015 , dimana kenaikan upah minimum pekerja tidak sesuai dengan pengeluaran atas kebutuhan hidup rill buruhpekerja. Maka mengakibatkan kesejahterahan buruh semakin rendah. Akibatnya adalah terjadi penurunan kualitas hidup buruhpekerja. Sementara dalam pemenuhan kebutuhan sosial pekerja seperti pendidikan anak, kesehatan, rekreasi, dan kebutuhan alat komunikasi dsb akan sangat sulit dipenuhi ketika kenaikan upah buruh tidak sesuai dengan kenaikan harga barang. “Dengan penghasilan kami yang rendah dalam sebulan , mau tak mau kami harus cari jalan lain untuk menambah penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Salah satunya memperbanyak kerja lembur di perusahaan. Sehingga lebih banyak kami habiskan waktu di perusahaan daripada bersosialisasi dengan masyarakat. Bahkan dengan keluargapun jarang bersosialisasi karna sepulang bekerja udah capek dan butuh istirahat 76 ”. Ketika upah yang didapatkan buruh tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pokok secara ekonomistik seperti makanan, minuman, pakaian, maka akan berdampak pada pemenuhan atas kebutuhan sosialnya. Meskipun dalam PP no.78 tahun 2015 sudah dicantumkan jaminan sosial dan kesehatan dalam bentuk JHT dan BPJS, akan tetapi dalam pelaksanaanya JHT dan BPJS adalah bentuk pemotongan terhadap upah buruh, yang kembali lagi mengurangi angka nominal upah buruh tersebut. Karena dalam UUK no.13 tahun 2003 jaminan sosial adalah sebagai hak yang harus dipenuhi oleh perusahaan bukan sebagai beban yang dilimpahkan kepada pekerjaburuh. Pemaparan diatas juga senada dengan hasil wawancara terhadap salah satu pimpinan serikat buruh GSBI pusat yang merujuk pada laporan perkembangan 76 Hasil Wawancara dengan Yogi Saputra salah satu buruh di PT.Oleo Champ Indusstri Kawasan Industri Medan II pada tanggal 28 September pukul 15:20 Wib Universitas Sumatera Utara 131 keadaan ekonomi,sosial, politik buruh didaerah dari dampak pelaksanaan PP no.78 tahun 2015. Menyatakan : “Penerapan PP Pengupahan no.78 tahun 2015 secara langsung berdampak pada keadaan sosial buruh. Hal ini berkaitan dengan dampak ekonomi yang dirasakan buruh. Ketika kenaikan upah buruh tidak sesuai dengan kebutuhan hidup rill buruh maka kebutuhan akan sosial buruh juga akan sulit dipenuhi. Dampaknya banyak buruh yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk mampu memenuhi kebutuhannya. Bahkan buruh harus bekerja lembur yang sangat panjang untuk meningkatkan pendapatan diluar upah pokoknya. Ditambah lagi dibeberapa daerah yang padat industri yang kebutuhan hidupnya lebih tinggi banyak pekerja perempuan yang harus menjadi PSK akibat minimnya upah yang didapat”. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak sosial yang dialami buruh dari penerapan PP no.78tahun 2015 mengakibatkan kualitas hidup buruh semakin rendah, masih jauh dari hidup sejahterah. Ditambah lagi PP no,78 tahun 2015 mempengaruhi keadaan sosial buruh, baik dalam bersosialisasi dalam masyarakat akibat intensitas kerja yang semakin tinggi ,maupun tindakan tindakan yang melanggar norma sosial.

3.3.3 Dampak Produktifitas Terhadap Perusahaan