PENUTUP Pihak pemerintah dalam hal ini pemerintahan provinsi yang diwakili oleh

134

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kebijakan pengupahan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2015 merupakan kebijakan pertama kali yang menetapkan upah dengan formulasi upah minimum. Didalam formulasi penetapan upah dijelaskan upah minimum dihitung berdasarkan tingkat inflasi nasional tahun berjalan ditambah dengan pertumbuhan ekonomi nasional tahun berjalan PDB . Penetapan upah tidak lagi mengandung prinsip musyawarah dan mufakat seperti yang diamanatkan sila ke-4 Pancasila yang bertumpu pada komponen hidup layak buruhpekerja seperti yang diamanatkan UU No.13 Tahun 2003 tentang pencapaian kehidupan layak. Hal ini memberikan perbedaan terhadap tingkat kenaikan upah buruh pertahunnya. Dimana upah buruh di Tahun 2016 secara nasional mengalami kenaikan rata-rata 11,5 dan ini tidak sesuai dengan keadaan disetiap daerah yang notabene tingkat inflasi atau kenaikan harga barang dan pertumbuhan ekonomi PDRB berbeda-beda. sebelum penetapan upah berdasarkan PP No.78 Tahun 2015 kenaikan upah disesuaikan dengan kebutuhan hidup buruh melalui proses survei terhadap komponen hidup layak yang diatur berdasarkan Permenaker No.13 Tahun 2012.. Universitas Sumatera Utara 135 2. Peran Dewan Pengupahan dalam penetapan upah berdasarkan PP No.78 Tahun 2015 semakin terbatas karena hanya dilibatkan dalam survei KHL yang dilakukan dalam rentang waktu 5 tahun sekali. Hal ini dikarenakan KHL tidak lagi menjadi sandaran utama dalam penetapan upah, akan tetapi sudah berdasarkan formulasi penetapan upah. Ditambah lagi survei KHL yang dilakukan 5 tahun sekali oleh dewan pengupahan tidak bersandar pada survei langsung secara objektif terhadap komponen hidup layak, akan tetapi sudah menyesuaikan dengan harga rata-rata barang yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika Permenaker no.21 Tahun 2016 . Minimnya peran dewan pengupahan dalam penetapan upah berdampak kepada keterlibatan buruh didalamnya. Buruh tidak memiliki ruang musyawarah dan mufakat untuk melakukan negoisasi dalam kenaikan upah minimum pertahunnya baik dalam hal peningkatan nilai KHL maupun pengawasan terhadap kenaikan upah. 3. Penerapan PP No.78 Tahun 2015 sebagai kebijakan pengupahan baru di Indonesia secara langsung berdampak pada keadaan ekonomi dan sosial pekerjaburuh. Secara ekonomi dengan diterapkannya PP No.78 tahun 2015 berdampak pada kehidupan buruh yang semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya . Karena kenaikan upah yang rata-rata 11,5 tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan hidup rill buruh yang lebih besar dari angka 11,5 . Hal ini disebabkan ketika terjadi kenaikan upah buruhpekerja, pemerintah tidak mampu mengontrol kenaikan harga Universitas Sumatera Utara 136 barang. Sehingga seberapa besarpun kenaikan upah buruh akan selalu terampas dengan kenaikan harga barang. Puncaknya upah buruh akan selalu defisit pertahunnya. Ditambah lagi survei terhadap KHL yang dilakukan 5 tahun sekali, mengakibatkan kenaikan upah buruh tidak akan sebanding dengan kebutuhan hidup buruh yang selalu berkembang pertahunnya. Secara langsung PP No.78 Tahun 2015 merupakan kebijakan yang kembali merampas upah buruh dengan skema kebijakan politik upah murah. Sementara Dampak Sosial dari pelaksanaan PP No.78 tahun 2015 yaitu berkenaan dengan kualitas hidup buruh yang semakin rendah. Hal ini terjadi ketika kenaikan upah rendah maka kesejahterahan buruh juga akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya ketika upah buruh tinggi makan kesejahterahan buruh akan semakin meningkat. Dengan rendahnya kenaikan upah berdasarkan PP No.78 Tahun 2015 maka buruh juga akan sulit memenuhi kebutuhan sosialnya karena kebutuhan ekonomistiknya juga belum terpenuhi. Sehingga banyak buruh yang harus melakukan kerja lembur yang sangat panjang dan melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatannya selain upah pokok yang didapatkannya dari perusahaan. Banyak juga yang menambah pendapatannya dengan melakukan pekerjaan sampingan yang melanggar norma-norma sosial dimasyarakat. Disisi lain dengan palaksanaan PP No.78 tahun 2015 justru memberikan dampak yang menguntungkan untuk pengusaha karena akan lebih mengefesiensikan biaya produksi dengan Universitas Sumatera Utara 137 stabilnya kenaikan upah buruh. Ditambah lagi posisi perusahaan akan lebih diuntungkan dengan terbatasnya peran lembaga tripartit, yang mengurangi ruang negosiasi upah antara pemerintah, pekerja, dan perusahaan. sehingga sasaran dari tuntutan kenaikan upah buruh langsung kepada pemerintah sebagai stake holder yang mengeluarkan kebijakan. Ditambah lagi sanksi terhadap pelanggaran upah berdasarkan PP No.78 tahun 2015 esensinya lebih ringan dibandingkan UUK no.13 tahun 2003. Universitas Sumatera Utara 138

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka harapan penulis baik yang bersifat akademis maupun substansi dari penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk saran di bawah ini. Adapun beberapa saran tersebut antara lain : 1. Bahwa dengan adanya ketidaksesuaian penerapan PP No.78 Tahun 2015 dengan UU No.13 tahun 2003 yang merupakan kebijakan vital terhadap pengupahan buruhpekerja di Indonesia. Maka sudah seharusnya kebijakan pengupahan tersebut dikaji dan dianalisis kembali untuk menentukan arah dan tujuan kebijakan pengupahan yang bersifat objektif,distributif dan demokratis. Dengan adanya keterlibatan semua pihak yang bersangkutan dalam penentuan kebijakan, maka kebijakan dapat menampung aspirasi semua pihak, sehingga dapat meminimalisir adanya keuntungan sepihak dalam kebijakan. 2. Dengan penerapan PP No.78 tahun 2015 yang merupakan kebijakan pengupahan di Indonesia saat ini, perlu adanya pembahasan dan penelitian yang komprehensif tentang mekanise penetapan upah yang ideal terhadap kehidupan buruhpekerja. Apalagi berbicara tentang upah adalah berbicara tentang aspek kehidupan yang menyeluruh bagi buruhpekerja baik dari aspek ekonomi,politik, dan sosial. Sehingga pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan sudah seharusnya melakukan evaluasi kembali jika kebijakan tersebut tidak sesuai dengan peningkatan kesejahterahan pekerjaburuh dan bukan hanya untuk kepentingan pengusaha. Agar Universitas Sumatera Utara 139 kedepannya output dari kebijakan pengupahan dapat meningkatkan taraf hidup pekerjaburuh baik secara ekonomi,politik dan sosial. Universitas Sumatera Utara 35

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA DAN TINJAUAN