Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam terhadap pelaksanaan shalat fardhu siswa SMP islam al Ma'arif Cinangka sawangan Depok

(1)

SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Oleh:

MUTIA SARI NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(2)

SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: MUTIA SARI NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(3)

(4)

i

أ

=

a

ز

=

z

ق

=

q

ب

=

b

س

=

s

=

k

ت

=

t

ش

=

sy

=

l

ث

=

ts

ص

=

sh

م

=

m

ج

=

j

=

dh

=

n

ح

=

h

ط

=

th

=

w

خ

=

kh

ظ

=

zh

ھ

=

h

د

=

d

ع = ‘

ي

=

y

ذ

=

dz

غ

=

g

=

r

ف

=

f

2. Vokal

Vokal (a) panjang = â, contoh:

ﻞﺎﻗ

= qâla

Vokal (i) panjang = î, contoh:

ﻞﯿﻗ

= qî

la

Vokal (u) panjang = û, contoh:

نوﺪ

= dûna

Diftong

و ―

= au


(5)

ii

Sawangan Depok”,ditulis oleh Mutia Sari (106011000132) di bawah bimbingan Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif menggunakan deskriptif korelasional, melalui pengumpulan data yakni dengan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan data dan fakta yang valid.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan

Depok.

Berdasarkan analisa data hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif dan korelasinya

tergolong sedang atau cukup.

Kontribusi hubungan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan shalat fardu siswaSMP Islam Al Ma’arif Cinangka Sawangan Depok tergolong sedang atau cukup yang berarti masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan shalat fardu siswa.


(6)

iii

Tiada rangkaian kalimat yang paling indah selain memanjatkan untaian kalimat syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat dan karunia-Nya dan menjadikan iman itu indah dalam hati hamba-Nya serta menjadikan kecintaan akan risalah-Nya lebih dari segala apapun di dunia ini. Dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat dipermudah dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan Depok”dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada insan mulia yang menjadi uswah agung sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya yang selalu istiqomah menyeru dengan seruannya dan berpedoman dengan petunjuknya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan keIslaman (S.Pd.I). dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulita yang penulis hadapi. Namun berkat keyakinan, kerja keras, motivasi juga bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. dosen pembimbing skripsi atas pengorbanannya, baik waktu, ilmu, pengalaman, kesabaran dan


(7)

iv telah membantu penulis selama kuliah.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.

6. Pimpinan dan segenap pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang turut memberikan andil besar dalam menyediakan berbagai referensi dan sumber-sumber

7. Khususnya kedua orang tua tercinta, Bpk. Tamrin dan Ibu Nurlaila yang tak pernah lelah menuntun dan memberi semangat, yang selalu

mencurahkan kasih sayang sepanjang masa dan do’a restu yang selalu

mengiringi setiap langkah penulis, tanpa itu semua mungkin penulis tidak akan mampu berjuang setegar ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan membahagiakan mereka walaupun penulis belum mampu membuat mereka bahagia, Amin.

8. Seorang terkasih yang selalu setia menemani dan menghiasi hari-hari dengan penuh cinta dan ketulusan, suami tercinta Nurjaya. Dengan penuh pengertian, motivasi dan tak henti-hentinya memberi dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih “aa”… semoga ketulusanmu membawa kepada kebahagiaan hakiki. Amin.

9. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan tahun 2006, Wye-Wye, Koyah, Retno, Neneng, Neni, ijah dan semuanya semoga tercapai segala asa dan harapan. Semangat.

10. Ust. Hariyanto dan teh Amel yang selalu memberi motivasi, dukungan juga bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.


(8)

v

pengalaman serta kemampuan saya dalam menulis, namun demikian, saya berharap agar karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih yang berarti dalam dunia pendidikan.

Jakarta, 18 Maret 2011


(9)

v

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Permasalahan ... 5

1. Identifikasi Masalah... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan masalah... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama ... 19

4. Pendidikan Agama Islam di SMP ... 22

B. Ibadah Shalat Fardu 1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu ... 26

2. Syarat dan Rukun Shalat ... 30

3. Kedudukan Shalat ... 38


(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 48

B. Metode Penelitian... 48

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data ... 49

2. Teknik Pengolahan Data ... 50

3. Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al Ma’arif... 54

B. Deskripsi Data... 60

C. Analisis Data... 77

D. Interpretasi Data... 89

E. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA... 92 LAMPIRAN


(11)

vii 2 Skor Jawaban Angket

3 Indeks Korelasi

4 Data Guru SMP Islam Al-Ma’arif 6 Struktur Kurikulum

7 Bidang Studi Agama Islam Penting Dipelajari Bagi Umat Islam (Variabel X)

8 Bidang Studi Agama Islam Bermanfaat untuk Menambah Pengetahuan dan Pengalaman Ajaran Islam

9 Materi Pendidikan Agama Islam Sulit Dipelajari

10 Senang Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

11 Rajin Mengikuti Pelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 12 Guru Memotivasi Anda untuk Melaksanakan Shalat

13Setelah Ruku’ Langsung Sujud Tanpa I’tidal Terlebih Dahulu 14 Bersosialisasi dengan Orang yang Ada di Sekitar

15 Menyadari Kekurangan yang Ada dalam Diri Sendiri 16 Shalat Diyakini Dapat Menjaga Kesehatan Orang yang

Melaksanakannya

17 Membaca Amin Setelah Membaca Al-Fatihah 18 Membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Ilmu Tajwid 19 Berkeinginan Membalas Kejahatan Orang Lain

20 Saya Tidak Mengangkat Kedua Tangan Ketika Rakaat Ketiga 21 Membaca Al-Quran Setelah Shalat

22 Jika di Dalam Bus Saya Shalat dengan Tidak Menghadap Kiblat 23 Sujud Syukur Jika Mendapat Nikmat

24 Mengakui Kelebihan Orang Lain

25Merasa Berhasil Walaupun Tidak Berdo’a26 Ketika Takbiratul Ihram Saya Tidak Membaca Allahu Akbar


(12)

viii

29 Merasa Diawasi Oleh Allah Karena Itu Anda Melakukan Kebaikan

30 Melakukan Kebaikan Jika Banyak Orang

31 Shalat Berjamaah Lebih Baik daripada Shalat Sendiri 32 Melaksanakan Shalat 5 Waktu Sehari Semalam 33 Melaksanakan Shalat Tanpa disuruh Oleh Orang Tua 34Berdo’a Setelah Shalat

35 Shalat Sunnah Dilakukan untuk Menyempurnakan Shalat Fardu 36 Merasa Tenang Setelah Melaksanakan Shalat

37 Senang Melakukan Puasa Sunnah 38 Shalat di Awal Waktu

39 Tenang-tenang Saja Jika Meninggalkan Shalat 40 Shalat Adalah Kebutuhan Sehari-hari

41 Memenuhi Syarat-syarat Shalat

42 Saya Merasa Dekat dengan Allah Setiap Shalat 43 Terlambat Masuk Sekolah dan Mengerjakan Shalat 44 Melaksanakan Shalat Terburu-buru

45 Melaksanakan Shalat dengan Tertib

46 Membaca Surat dengan Tartil atau Perlahan-lahan 47 Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel X 48 Rekapitulasi Skor Hasil Hasil Angket Variabel Y

49 Analisis Korelasi Variabel Pendidikan Agama Islam (X) dan Variabel Ibadah Shalat Fardu (Y)


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Agama memiliki peranan yang sangat strategis dalam memperbaiki atau membina sikap dan tingkah laku manusia, yaitu membina budi pekerti luhur seperti, kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, cinta mencintai dan menghidupkan hati nurani manusia untuk memperhatikan Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain.

Pendidikan Agama Islam ialah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.


(14)

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itulah, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan Penddikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan dalam pribadi anak sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan ini di sekolah, mulai dari taman kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Perkembangan agama pada seseorang sangatlah ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan perkembangannya.

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran di sekolah umum mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, tentunya juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai bekal di akhirat.


(15)

Pendidikan Agama Islam membekali siswa untuk memiliki pengetahuan agama Islam dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung siswa dalam mengoptimalisasikan tujuan tersebut.

Oleh karenanya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja tetapi juga mengadakan praktik jika ada keterkaitan dengan perbuatan ibadah, seperti shalat, puasa, mengaji, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam Pendidikan Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan siswa untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Di antara ibadah dalam Islam itu, shalatlah yang membawa manusia kepada sesuatu yang amat dekat dengan Tuhan, apabila dihayati. Di dalamnya terdapat dialog antara dua pihak yang berhadapan antara manusia dengan Tuhan. Dalam shalat, manusia menuju kesucian Tuhan, berserah diri kepada Tuhan, memohon pertolongan, perlindungan, petunjuk, ampunan, rezeki, juga memohon dijauhkan dari kesesatan, perbuatan yang tidak baik dan perbuatan yang jahat.

Di dalam shalat disamping berdialog dan bermunajat, seseorang juga mengahayati iman, mengulang-ulangi kata-kata yang terkandung dalam rukun iman yang enam. Dan siap menghambakan diri kepada Tuhan ketika orang melakukan shalat, ia menyadari kedudukannya sebagai makhluk dan hamba Tuhan. Di sini orang mengulangi membaca kitab sucinya, menguatkan kegemaran Rasul-Nya, mengingat-ingat hari akhirat, hari perhitungan dan pertanggungan jawab amal dan sebagainya.1

Shalat merupakan pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia ini, serta rahmat dan kemuliaan di akhirat kelak. Shalat adalah ibadah yang sangat

1

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “ Nilai-nilai Akhlak /Budi pekerti dalam Ibadat dan


(16)

penting bagi orang Islam. Ibadah shalat yang dilakukan dengan baik, berpengaruh bagi orang yang melakukannya. Ibadah jika dilakukan membawa ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian dalam hidup. Shalat wajib dijalankan oleh setiap muslim, apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Begitu pentingnya shalat bagi kaum muslimin, sehingga para orang tua maupun guru berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan shalat sejak dini.

Berhubungan dengan hal tersebut, dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. kemapuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang dicapai di SMP yaitu:

1. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

2. Mampu membaca Al-Qur’andan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.

3. Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.

4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.

5. Mampu mengamalkan sistem mu’amalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2

Berdasarkan penjabaran di atas, jelaslah bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam sangat mendukung siswa dalam pelaksanaan shalat mereka. Dengan adanya pembelajaran Agama Islam di tiap jenjang pendidikan akan sangat mempengaruhi kualitas ibadah siswa, sehingga pembelajaran pendidikan agama tidak bisa diabaikan dalam proses pelaksanaan

2

Depdiknas,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11


(17)

pembelajaran di sekolah. Dengan adanya keseriusan penyampaian materi, seorang guru dapat mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT (hablum minallâh), sesama manusia (hablum minannâs), maupun hubungannya dengan alam (hablum minal’alam). Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-Ma’arif Cinangka sudah cukup baik. Dalam pembelajaran, selain membekali siswa dengan pengetahuan-pengetahuan agama, guru juga membiasakan siswa membaca Al-Qur’an sebelum memulai pembelajaran dan senantiasa mengajak siswa untuk melaksanakan praktek-praktek ibadah. Selain itu sekolah juga mengadakan pengajian rutin setiap bulan. Ini dilakukan hanya untuk memotivasi siswa agar giat melaksanakan ibadah khususnya shalat lima waktu. Shalat merupakan pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia, serta rahmat dan kemuliaan di akhirat kelak. Shalat adalah kewajiban mutlak dari Allah yang tidak dapat ditinggalkan, jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa dan akan celaka jika lalai dalam shalatnya.

Namun demikian, realitanya siswa masih ada siswa yang tidak melaksanakan shalat atau meninggalkan shalat, sering menunda-nunda waktu shalat, bermain musik pada waktu shalat dan sulit membaca Al-Quran. Oleh karena itulah penulis ingin meneliti pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif sehari-hari. Dan penulis bermaksud membahas masalah tersebut dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan Depok”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain:

a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif b. Aspek-aspek pendidikan agama Islam yang menjadi fokus sekolah


(18)

c. Pelaksanaan shalat fardu siswa

d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan, latihan, dan pembiasaan shalat fardu di sekolah

e. Kultur Islam di sekolah

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif b. Pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif

c. Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif?

b. Bagaimana pelaksanaan shalat fardu siswa?

c. Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif

b. Untuk mengetahui pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif

c. Untuk mencari pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah shalat fardu siswa


(19)

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan. b. Sebagai acuan penelitian lebih lanjut.

c. Sebagai bukti tertulis bahwa telah menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana SI (S,Pd.I).


(20)

8 A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam literatur kependidikan Islam, istilah pendidikan mengandung pengertianta’lîm,tarbiyah,irsyad,tadris,ta’dîb,tazkiyahdantilâwah.1

Kata “tarbiyah” berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya.

Selain itu kata “tarbiyah” mencakup banyak arti seperti kekuasaan, perlengkapan, pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan , dan lain-lain. Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan.2

Istilah lain dari pendidikan adalah “ta’lîm” yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Rasyid Ridha sebagaimana dikutip oleh Ramayulis,

ta’lim berarti proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu

tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2ayat 31 tentang ‘allama Tuhan kepada

Adam AS sebagai berikut:

1

Muhaimin,Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 7.

2


(21)

































“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan

kepada manusia suatu kelebihan dan keutamaan di atas makhluk lainnya yaitu fitrah, kebebasan, ruh yang kekal dan akal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra 17 ayat 70:





































“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Pendidikan itu pada dasarnya adalah perpindahan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya supaya manusia tetap berada pada fase yang telah dicapainya.3 Dalam Islam, pendidikan adalah sumber cahaya kehidupan seseorang. Oleh karena itu, agama Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup.

Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Asronunni’am Sholeh, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk

3

Hasan Langgulung,Pendidikan Dan Peradaban Islam, (Jakarta: Maha Grafindo, 1985), Cet. 3, h. 42.


(22)

menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.4 Hal ini menyadarkan kita bahwa betapa pentingnya makna yang terkandung pada implementasi dari pendidikan itu sendiri. Manusia memiliki kebebasan dalam urusan dunianya, namun di samping itu pula ia berhak menentukan jalan hidupnya di kemudian hari, yakniyaumul akhirat. Akan tetapi, keduanya tidak akan tercapai apabila tidak ditopang dengan pendidikan.

Dalam mendefinisikan Pendidikan Agama Islam, banyak perbedaan yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh pendidikan. Perbedaan tersebut tidaklah mengurangi makna dari pendidikan Islam itu sendiri, tetapi akan memperkaya wawasan dalam pengembangan pendidikan. Berikut beberapa penjelasannya:

a. Dalam buku Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Depdikbud, mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.5

b. Dalam bukuIlmu Pendidikan Islam, Dr. Zakiah Daradjat memberikan pengertian tentang Pendidikan Agama Islam yang dipahami sebagai usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi Muslim.6

c. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

4

Asronunni’am Sholeh,Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2005), Cet. 2, h. 57.

5

Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130.

6


(23)

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.7

d. Ahmad Marimba menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.8

e. Zuharini menjelaskan dalam bukunya, Filsafat Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan Kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya, memikir, memutuskan, berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam itu.9

Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga dalam menjalankan kehidupan manusia selalu dilandasi dengan ajaran Islam yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai wadah untuk menginternalisasi dan mengembangkan ajaran Islam tersebut dalam kehidupan manusia secara individu maupun kelompok masyarakat yang lebih luas. Kemudian karena Islam mengkaji dan memandang manusia secara utuh maka pendidikan Islam pun berupaya untuk mengembangkan potensi manusia secara utuh (baik jasmani maupun rohani), sehingga melahirkan Muslim yang kaffah, yaitu seorang muslim yang mengamalkan ajaran Islam secara utuh sesuai dengan kadar kemampuannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan Agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan

7

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung:

Al-Ma’arif, 1980), h. 100.

8

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,

1980), Cet. 4, h. 23.

9


(24)

dengan membawa berbagai potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam juga merupakan proses yang ideal untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia yang akan nilai (full values) sesuai dengan tuntunan atau ajaran Islam sehingga ia mampu menjalani hidupnya sesuai dengan hakikat kehidupan yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT yang senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya dan pada akhirnya memperoleh kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.10

Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi kepada dua kategori, yaitu: dasar religius dan dasar yuridis/hukum.

1) Dasar Religius

Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari

Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad (ra’yu). Dasar inilah yang membuat

pendidikan Islam menjadi ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan Islam.

a) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung ajaran

10


(25)

pokok sangat penting yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui Ijtihad. Ajaran yang terkandung di dalam

Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan

masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal

yang disebut dengan syari’ah dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam

membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah:

(1) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah (2) Muamalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah (3) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti

dalam pergaulan

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk

membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah.

Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal serta kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang dapat diambil sebagai landasan Pendidikan Agama Islam yaitu terdapat dalam surat An-Nahl 16 ayat 64 :

































“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Dalam Surat Al-Isra 17 ayat 9 yang berbunyi:






































(26)

“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Selanjutnya firman Allah SWT dalam Surat Shâd 38 ayat 29:





















“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Al-Quran merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan yang besar bagi pengembangan umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Quran merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh sampai akhir zaman, eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan dan terjamin kemurniannya sampai kapanpun.

b) Sunah (Hadis).

Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran. Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Agama Islam karena sunnah menjadi sumber utama pendidikan Agama Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab 33 ayat 21 yang berbunyi:





































“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.


(27)

Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istrinya dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.

Sabda Rasulullah SAW:

“Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)11

Prinsip menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagi dasar pendidikan

Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWTdalam surat Al-Baqarah 2 ayat 2:

















“Kitab(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Al-Qur’an dan Sunnah disebut sebagai dasar pokok karena

keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah mendapat jaminan Allah SWT dan Rasul-Nya.12

c). Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam

11

Malik bin Anas,Al-Muatho’, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Arabi, 2004), Jilid 2, h. 899.

12


(28)

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan

Sunnah.

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam

pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah

oleh akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.13

2) Dasar Yuridis / Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

a) Landasan idiil Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama. Untuk mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran agamanya sangat diperlukan pendidikan agama karena pendidikan agama mempunyai tujuan membentuk manusia bertakwa kepada Allah SWT.

b) Landasan struktural/konstitusional yakni Undang-Undang Dasar 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi:

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.14

c) Landasan operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap MPR No II/MPR/1988 dan Tap MPR No II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar

13

Zakiah Daradjat,Ilmu pendidikan Islam…,h. 22

14

Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet. 2, h. 24.


(29)

Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.15

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Karena itu, tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.16

Tujuan umum Pendidikan Agama yaitu peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN, hanya dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara, yang sekaligus juga menjadi tujuan pengajaran agama, yaitu: membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup dunia dan akhirat.17

Selanjutnya tujuan dasar ini diperinci oleh Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat, sebagai berikut:

1) Mengetahui dan melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah harus sesuai dengan yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW yang antara lain mengakui dengan setulus hati dan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan bahwa Tuhan yang wajib disembah hanya Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan

15

Abdul Majid, dan Dian Andayani,PendidikanAgama Islam Berbasis Kompetensi…,h. 132-133.

16

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 19.

17

Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 172.


(30)

puasa di bulan Ramadhan serta menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

2) Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan perbuatan uang diperlukan untuk mendapatkan nafkah bagi diri sendiri dan keluarganya.

3) Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan peranan kemasyarakatannya dengan baik, berakhlak mulia dengan titik tekan pada dua sasaran,pertama, akhlak mulia yang diperlukan untuk berhubungan dengan orang lain, diri sendiri, dan umat. Akhlak ini meliputi berbakti kepada orang tua, membelanjakan harta di jalan Allah, bersikap rendah hati, tidak sombong, adil, ihsan, menjauhi perbuatan keji, menghindari kemungkaran, berhati-hati, menjauhi sikap aniaya, menjauhi pembicaraan yang tidak ada gunanya, menepati janji dan sumpah yang diungkapkan. Kedua, akhlak yang terkait dengan kasih sayang kepada orang yang lemah dan kasih sayang kepada hewan, seperti membuang duri di jalan, memberi minum hewan yang kehausan, menyembelih hewan dengan cara yang ma’ruf

sesuai dengansyari’at Islam.

Di bawah ini disebutkan beberapa tujuan pendidikan Agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:

a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati anak-anak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

b) Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada anak-anak.

c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan mengisi hati mereka agar takut kepada Allah.

d) Mendidik anak-anak dengan membiasakan akhlak yang mulia dan kebiasaan yang baik.

e) Mengajarkan anak-anak agar mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


(31)

g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik

h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh pada ajaran agama.18

Berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

Berdasarkan penjabaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam ialah menciptakan pribadi muslim yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam

Al-Quran disebut “Muttaqin” yakni orang yang bertaqwa. Oleh karena itu,

pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ajaran Islam jika diamalkan dengan sungguh-sungguh akan memberikan ketenangan dalam hati dan dapat memperoleh kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan agama banyak, diantaranya sebagai berikut:

a. Pengajaran agama yang disusun dalam rencana pengajaran yang ditetapkan untuk sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi.19

Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.

18

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), Cet. 2, h. 13.

19

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode Mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta Metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun…, h. 16-17.


(32)

Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian anak didik diberi kesadaran adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama, seperti yang diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama.

Pendidikan agama di sekolah, harus juga melatih anak didik untuk melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktek-praktek agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Karena praktek-praktek agama itulah yang akan membawa jiwa si anak dekat pada Tuhan.

Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukan apa yang diperintah, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut agama.

Pendidikan yang diajarkan sejak kecil, akan memberikan kekuatan yang akan menjadi benteng moral dan polisi yang mengawasi tingkah laku dan jalan hidupnya dan menjadi obat anti penyakit/gangguan jiwa.20

b. Tiruan dan contoh teladan yang baik bagi anak-anak yaitu dari ibu bapak, saudara-saudara dan guru-guru.21

Seperti yang telah diketahui pembinaan mental tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi di rumah tangga. Sejak si anak dilahirkan di

20

Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), Cet. 28, h. 124-125.

21

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun…, h. 16.


(33)

dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan, mula-mula dari ibu-bapaknya kemudian dari anggota keluarganya yang lain, semuanya itu ikut memberikan dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan dan pertumbuhan kepribadian itu kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.

Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, sebaiknya dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlaq yang diajarkan oleh agama, dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlaq baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini belum dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa menerima perlakuan adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan itu pada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus masuk dalam pembinaan mental si anak.

Apabila pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak sejak kecil, maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu, tidak terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain.22

c. Mengadakan suasana keagamaan yang baik dalam lingkungan dan alam sekitar anak-anak, seperti rumah tangga, sekolah, dan pergaulannya sehari-hari.

d. Masyarakat yang baik dan bersemangat agama dan menghargai akhlak.23

22

Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental…,h. 122-123.

23

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun…, h.17.


(34)

Ada beberapa saran atau nasihat dari Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat (ahli ilmu jiwa ternama di Indonesia) sehubungan dengan pembinaan dan pendidikan terhadap anak, yaitu:

1. Tunjukkan pengertian dan perhatian terhadap mereka. 2. Bantulah anak untuk mendapatkan rasa aman.

3. Timbulkan pada mereka bahwa dia disayang. 4. Hargai dan hormati mereka.

5. Berilah mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu (kebebasan yang tidak melanggar norma-norma agama). 6. Timbulkan pada mereka rasa butuh akan agama.

7. Sediakan waktu dan sarana untuk berkonsultasi dengan mereka.

8. Usahakan agar mereka merasa berhasil.24

Semoga dengan kedelapan saran tersebut akan membantu para orang tua dalam mendidik dan membimbing para putra dan putrinya sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan kreatif.25

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan agama pada anak harus ditanamkan sejak kecil, agar mereka mengetahui segala yang diperintahkan Allah dan segala yang dilarang oleh Allah. Pembinaan agama dimulai dari lingkungan keluarga dan disempurnakan di sekolah. Keberhasilan dalam pendidikan agama tergantung dengan kerjasama berbagai pihak, seperti orang tua, guru dan lingkungan masyarakat. Suasana keagamaan yang baik akan memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian muslim yang sempurna sesuai dengan tuntutan Islam.

4. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) a. Standar Kompetensi Pendidikan Agama

1) Kompetensi Pendidikan Agama

Siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami,

24

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 71.

25


(35)

menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama.

2) Kompetensi Spesifik Pendidikan Agama Islam

Dengan landasan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu membaca dan memahami Al-Quran; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.26

b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponan Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP, yaitu:

1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

2) Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.

3) Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah

wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.

4) Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.

5) Mampu mengamalkan system mu’amalat Islam dalam tata

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.27

26

Abdul Majid dan Dian Andayani,PendidikanAgama Islam Berbasis Kompetensi…,h. 149-150.

27

Depdiknas,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11


(36)

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga dikelompokkan ke dalam lima unsur pokok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP seperti tabel berikut:

Al-Quran

1. Membaca, mengartikan dan menyalin.

2. Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun mati/tanwin dan mim mati.

3. Menerapkan bacaan qalaqlah, tafhim dan tarqiq huruf lam dan ro’ serta mad.

4. Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham.

Keimanan

1. Beriman kepada Allah dan memahami sifat-sifatnya.

2. Beriman kepada Malaikat Allah dan memahami tugas-tugasnya.

3. Beriman kepada kitab-kitab allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

4. Beriman kepada Raul-Rasul Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

5. Beriman kepada Hari Akhir dan memahami arti beriman kepada–Nya.

6. Beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

Akhlaq

1. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji. 2. Menghindari sifat-sifat tercela. 3. Bertatakrama.

Ibadah/Fiqh

1. Melakukan thaharah. 2. Melakukan shalat wajib.

3. Melakukan macam-macam sujud.

4. Melakukan shalat Jum’at.

5. Melakukan shalat Jama’dan qashar.

6. Melaksanakan macam-macam shalat sunah. 7. Melaksanakan puasa.

8. Melaksanakan zakat.

9. Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman dan binatang. 10. Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.

11. Memahami tentang ibadah haji dan umrah. 12. Melakukan shalat jenazah.

13. Memahami tata cara pernikahan.

Tarikh

1. Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam. 2. Memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW.

3. Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam. 4. Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.


(37)

Dengan demikian ruang lingkup pembahasan pendidikan Agama Islam di SMP terdiri dari lima unsur pokok pembahasan, yaitu:

a. Al-Quran, Yaitu membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran tidak sama dengan membaca buku atau membaca Kitab suci lain. Membaca Al-Quran adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al-Quran. Al-Quran itu adalah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suatu mukjizat, membacanya merupakan ibadah, sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi Umat Islam. Karena membacanya bernilai ibadah, maka ilmu yang berkenaan dengan tatacara membaca Al-Quran harus dipelajari dan dipahami supaya lebih baik dalam membacanya.

b. Keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam hal ini tentu saja kepercayaan menurut ajaran Islam. Dalam mata pelajaran keimanan, pusat atau inti pembahasannya ialah tentang keesaan Allah. Karena itu, ilmu tentang

keimanan ini disebut juga “Tauhid”. Ruang lingkup pengajaran keimanan

ini meliputi rukun iman yang enam.

c. Akhlaq. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar-mengajar dalam mencapai tujuan agar peserta didik berakhlak baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan masyarakat.

d. Ibadah/Fiqh. Materi pelajaran ibadah seluruhnya terkandung dalam Ilmu fiqh. Oleh karena itu, banyak orang yang mengidentikkan ibadah dengan Fiqh, sehingga pelajaran Fiqh itulah pelajaran Ibadah. Ini tentu tidak benar, karena pelajaran Fiqh tidak hanya membicarakan ibadah saja, tetapi lebih banyak membicarakan masalah sosial, seperti jual beli, pernikahan, warisan, hukuman, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Dalam pengajaran Ibadah ruang lingkup pembahasannya ialah semua rukun Islam yang harus diamalkan. Sedangkan dalam pelajaran Fiqh dibahas berbagai


(38)

aspek ibadah, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, dan sebagainya.

e. Tarikh. Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam. Pengajaran ini sebenarnya pengajaran sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam mulai dari awalnya, sampai dengan sekarang. Pengetahuan ini bertujuan untuk mengenal dan mencintai Islam sebagai Agama pedoman hidup.

B. Ibadah Shalat Fardu

1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu

Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata

-

ﺪ ﺒ ﻌ ﻳ

-

ﺪ ﺒ ﻋ

-yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut ‘abid (yang beribadah). Budak disebut dengan

ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ

karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.28

Dalam istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama

sebagai berikut:

a. Al-Jurjânî mengatakan:

Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.

b. Menurut Ibnu Katsîr:

Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna

28


(39)

c. Dari beberapa keterangan yang dikutipnya, Yusuf al-Qardawi

menyimpulkan bahwa ibadah yang disyari’atkan oleh Islam itu harus

memenuhi dua unsur:

1) Mengikat diri (iltîzam) dengan syari’at Allah yang diserukan oleh para Rasul-Nya, meliputi perintah, larangan, penghalalan, dan pengharaman, sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah, dan

2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah karena sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai sehubungan dengan nikmat yang diberikan-Nya.29

Ibadah begitu penting karena sesungguhnya untuk itulah manusia diciptakan Allah, sesuai dengan firman-Nya di dalam surat Al-Dzâriyat 51 ayat 56 yaitu:















“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Begitu pula dalam surat Al-Anbiyâ 21 ayat 25 yang berbunyi:

































“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan pengertian bahwa ibadah merupakan segala perbuatan menyembah Allah yang sesuai dengan ajaran Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah murni ada 4 macam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Di antara ibadah dalam Islam itu, ibadah shalatlah yang dapat membawa manusia amat dekat dengan Tuhan apabila dilaksanakan dengan penuh pengahayatan.

29


(40)

Makna shalat menurut bahasa berarti do’a, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah 9 ayat 10 :





















“…dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Berdasarkan firman Allah di atas, shalat berarti do’a. Sedangkan

pengertian shalat menurut istilah syara’ ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.30

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang memerintahkan setiap

muslim agar melaksanakan shalat, di antaranya sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2 ayat 110 yang berbunyi:





































”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Dalam surat Al-‘Ankabût 29 ayat 45:

















































“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

30


(41)

Dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 43.

















“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’. “

Kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika

Rasulullah mi’raj. Sabda Rasul SAW:

“Islam ditegakkan di atas lima dasar (rukun): Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke bait Allah, dan puasa di bulan Ramadhan.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)31

Shalat yang diwajibkan disebut shalat wajib atau fardu. Shalat fardu adalah ibadah shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang mukallaf (baligh dan berakal sehat), baik laki-laki maupun perempuan lima kali sehari semalam dan dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Yang termasuk dalam shalat fardu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar,

maghrib dan Isya’.

Shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam laki-laki dan perempuan yang sudah cukup syarat dan rukun-rukunnya. Shalat merupakan manifestasi seseorang terhadap khaliq-Nya, untuk itu setiap mukmin wajib mengerjakannya, memeliharanya dan memerintahkan kepada anggota keluarganya dan dijelaskan pula dalam

Al-Qur’an surat Thaha20 ayat 132:



























“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki

31


(42)

kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa shalat adalah suatu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki maupun perempuan tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan, dimulai dengan gerakan takbiratul ihram dan diakhiri dengan gerakan salam. Shalat dilakukan sebagai penghambaan diri kepada Sang Pencipta Alam yakni Allah SWT bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.

2. Syarat dan Rukun Shalat a. Syarat Wajib Shalat

Syarat ialah segala hal yang harus diketahui dan dikerjakan sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan, apabila ditinggalkan salah satu dari syarat-syarat itu, maka kegiatan tersebut tidak sah. Jadi yang dimaksud dengan syarat wajib shalat ialah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam dan harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat, jika ada syarat yang tertinggal maka shalat tidak sah. Syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:

1) Islam

Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak dituntut untuk mengerjakannya di dunia hingga ia masuk Islam, karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu. Begitulah hukum furu’ terhadap orang yang tidak Islam.32 Firman Allah SWT dalam surat Al-Muddatsir 74 ayat 40-44 sebagai berikut :

32

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), Cet. 40, h. 64.


(43)



















































“Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.”

2) Suci dari haid (kotoran) dan nifas. Sabda Rasulullah SAW:

:

.

Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang haid, tinggalkanlah shalat.”(Riwayat Bukhari)33

Telah diterangkan bahwa nifas ialah kotoran yang berkumpul tertahan sewaktu perempuan hamil.34

3) Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat. 4) Baligh (dewasa).

Usia dewasa itu dapat diketahui melalui salah satu tanda berikut:

a) Cukup berusia lima belas tahun. b) Keluar mani.

c) Mimpi bersetubuh.

d) Mulai keluar haid bagi perempuan.

33

Abû‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî,Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1995), h. 71.

34


(44)

Orang tua atau wali wajib menyuruh anaknya shalat apabila ia sudah berumur tujuh tahun. Apabila ia sudah berumur sepuluh tahun tetapi tidak shalat, hendaklah dipukul.35

2) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah SAW kepadanya). Orang yang belum menerima perintah tidak dituntut dengan hukum. Firman Allah SWT dalam surat An-Nisâ 4 ayat 165 :

































“(mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

3) Melihat atau mendengar.

Melihat atau mendengar menjadi syarat wajib mengerjakan shalat, walaupun pada suatu waktu untuk kesempatan mempelajari hukum-hukum syara’. Orang yang buta dan tuli sejak dilahirkan

tidak dituntut dengan hukum karena tidak ada jalan baginya untuk belajar hukum-hukum syara’.36

4) Jaga, maksudnya tidak tidur, lupa atau gila. Orang yang tidur, lupa atau gila tidak terkena kewajiban melaksanakan shalat, sampai ia bangun, ingat dan sembuh dari penyakit gilanya.

b. Syarat Sah Shalat

Shalat juga memiliki syarat-syarat sah shalat, adalah sebagai berikut : 1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil. Firman Allah SWT dalam surat

Al-Mâidah 5 ayat 6 sebagai berikut :









“Dan jika kamu junub Maka mandilah.”

35

Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…,h. 65-66.

36


(45)

2) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Muddassir 74 ayat 4 sebagai berikut :







“Dan pakaianmu bersihkanlah.”

Najis yang sedikit atau yang sukar memeliharanya (menjaganya) seperti nanah bisul, darah bisul, darah khitan, dan darah berpantik yang ada di tempatnya diberi keringanan atau untuk dibawa shalat.

Kaidah:“Kesukaran itu membawa kemudahan” 3) Menutup aurat

Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut, aurat perempuan seluruh badanya kecuali muka dan dua tapak tangan. Firman Allah SWT dalam surat Al-A’râf 7 ayat 31:

































“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Yang dimaksud dengan “ pakaian “ dalam ayat ini ialah pakaian

untuk shalat yang menutup aurat. 4) Mengetahui masuknya waktu shalat

Di antara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu shalat telah tiba maka barangsiapa yang yakin bahwa waktu shalat telah masuk, dibolehkan baginya melaksanakan shalat, baik hal itu diperolehnya dari orang-orang yang dipercaya ataupun dari seruan adzan.37

37


(46)

5)Menghadap ke Kiblat (Ka’bah).

Para ulama telah sepakat bahwa orang yang mengerjakan shalat itu wajib mengahadap ke arah kiblat (Masjidil Haram).38 Selama dalam shalat, wajib menghadap ke kiblat.39 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 144 :























“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”

c. Rukun Shalat

Rukun shalat adalah segala hal yang harus dikerjakan dalam rangkaian suatu ibadah, apabila tidak dikerjakan atau ditinggalkan menyebabkan ibadah tersebut tidak sah. Apabila salah satu rukun ada yang tertinggal, maka shalatnya batal dan harus diulang sampai benar-benar sesuai dengan rukun-rukunnya. Adapun rukun shalat sebagai berikut:

1) Niat dalam hati.

Sebagaimana ibadah lainnya shalat juga tidak sah bila tidak disertai dengan niat. Mengenai hal ini terdapat kesepakatan (ijma’)

ulama, walaupun ada perbedaan dalam menempatkannya sebagai rukun atau syarat. Berdasarkan dalil sebagai berikut:

a) Hadis

“Sesungguhnya tiap-tiap amal hanya (sah) dengan niat.”(Riwayat Bukhârî).40

b) Al-Quran

Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah 98 ayat 5 :



















38

Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah…,h. 276.

39

Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…,h. 70.

40


(47)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”

Dalam melakukan shalat seseorang harus menyengaja beberapa hal, yaitu:

(1) Sengaja perbuatan shalat, agar apa yang dilakukan itu berbeda dari perbuatan lain yang bukan shalat.

(2) Sengaja shalat tertentu, seperti zuhur, asar dan sebagainya, agar shalat yang dilakukan itu jelas, tidak tersamar oleh shalat lainnya.

(3) Sengaja melakukan shalat fardhu, bila ia akan mengerjakan shalat fardhu, agar shalatnya terbedakan dari shalat sunnah.41

Perlu ditegaskan bahwa tempat niat itu adalah di dalam hati. Jadi, walaupun lafadz niat itu sunnah diucapkan, namun ucapan dengan lidah saja tidak memadai. Selain itu niat tersebut mesti pula bersifat tegas (jazm) dan berkepanjangan. Dengan demikian kalau niatnya tidak tegas dan dikaitkan dengan sesuatu maka shalatnya tidak sah. Begitu pula jika dalam pelaksanaan shalat itu niatnya berubah, misalnya ia berniat keluar dari shalat tersebut maka shalatnya menjadi batal.

2) Berdiri tegak jika mampu.

Orang yang tidak mampu berdiri, boleh shalat sambil duduk; kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau tidak kuasa berbaring, boleh terlentang; kalau tidak mampu juga shalatlah semampunya, sekalipun dengan isyarat. Yang penting shalat tidak boleh ditinggalkan selama iman masih ada. Orang yang di atas kendaraan, kalau takut jatuh atau takut mabuk, ia boleh shalat sambil duduk.

Pada shalat fardhu diwajibkan berdiri karena berdiri adalah rukun shalat. Tetapi pada shalat sunnah, berdiri itu tidak menjadi rukun.

41


(48)

Ganjaran duduk dan berbaring itu kurang dari ganjaran berdiri, apabila dilakukan ketika mampu. Tetapi jika dilakukan karena berhalangan, ganjarannya tetap sempurna seperti shalat berdiri.42

3) Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram yaitu membaca “Allâhu Akbar”, takbir ini

dinamakan takbiratul ihram karena setelah mengucapkannya diharamkan mengerjakan perbuatan-perbuatan di luar shalat, seperti makan dan minum. Ucapan takbiratul ihram harus dengan bahasa Arab. Antara kata-kata Allah dengan Akbar harus diucapkan bersambung, tidak boleh disela, atau diam lama, karena yang disebut takbir adalah rangkaian antara kalimat Allah dan Akbar.43

4) Membaca surat Al-Fâtihah tiap-tiap raka’at. Sabda Rasulullah SAW:

.

“Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Fatihah.”(Riwayat Bukhari).44

Imam Malik, Imam Syafi’i, Iman Ahmad bin Hanbal, dan jumhur ulama telah sepakat bahwa membaca Al-Fâtihah pada tiap-tiap rakaat shalat itu wajib dan menjadi rukun shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah.

Setiap orang mukallaf wajib belajar membaca surat Al-Fâtihah sampai hafal dengan bacaan yang fasih menurut makhraj huruf Arab.45

42

Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…,h. 77.

43

A. Ritonga dan Zainuddin,Fiqh Ibadah…, h. 74.

44

Ma’mur Daud,Terjemah Hadis Shahih Muslim…, h. 196.

45


(1)

11. Guru menggunakan media atau alat bantu dalam menyampaikan pelajaran

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12. Guru saya mencontohkan tatacara shalat yang benar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

13. Guru mencontohkan rukuk yang benar di depan kelas ketika mempelajari tentang gerakan shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

14. Guru mempraktekkan gerakan sujud yang baik dan benar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

15. Gurumencontohkan tatacara shalat jama’ atau Qasar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

16. Guru saya menunjukkan tatacara shalat jenazah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

17. Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari pada akhir pelajaran

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18. Guru memberikan tugas pada akhir pelajaran

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19. Guru saya memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20. Guru memberikan hafalan di akhir pembelajaran

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

21. Saya melaksanakan shalat subuh setiap hari

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

22. Saya melaksanakan shalat zuhur di sekolah dengan berjamaah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

23. Saya shalat di awal waktu

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

24. Jika telah datang waktu shalat saya meninggalkan pekerjaan

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

25. Saya shalat memakai pakaian yang bersih dan suci

a. Selalu c. Kadang-kadang


(2)

26. Saya bersuci sebelum shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

27. Saya shalat setelah masuk waktunya

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

28. Ketika takbiratul ihram saya tidak membaca Allahu Akbar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

29. Setelahruku’ langsung sujudtanpai’tidalterlebih dahulu

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

30. Saya melaksanakan shalat dengan tertib atau berurutan

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

31. Sayaa memenuhi syarat-syarat shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

32.Saya melaksanakan shalat jama’

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

33. Saya tengok kanan kiri ketika shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

34. Dalam shalat ada salah satu rukun shalat tertinggal

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

35. Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

36. Saya meninggalkan shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

37. Saya terlambat mengerjakan shalat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

38. Saya shalat terburu-buru

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

39. Teman saya ketika shalat bercanda

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

40. Saya melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua atau guru

a. Selalu c. Kadang-kadang


(3)

DATA HASIL ANGKET VARIABEL X

NO Responden Butir Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Ade Tiara 3 4 1 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 67

2 Affwan Iqbal R 3 4 1 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 1 2 2 3 4 60

3 Atikah 4 4 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 3 4 2 1 4 1 4 4 57

4 Dale Novarlo 4 4 1 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 1 2 1 4 4 4 4 62

5 Debby Agustin 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 1 2 1 1 4 4 4 65

6 Dede Silvia 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 1 4 4 71

7 Della Asrilia 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 2 4 4 4 1 4 1 4 4 65

8 Devi Artika 4 4 3 4 4 4 2 4 2 3 4 2 4 4 4 1 4 1 4 3 65

9 Dini Chaniago 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 2 3 4 3 64

10 Galang Arian R. 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 4 2 1 3 4 4 4 62

11 Irma Yanti 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 1 1 2 4 4 64

12 Kurniawan 4 4 1 4 2 4 1 4 4 4 4 2 4 1 2 1 4 1 4 4 59

13 Lukman Hakim 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 2 4 4 72

14 M. Rayhan Rizqillah 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 1 2 1 4 3 60

15 Mardiyanti 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 2 4 4 71

16 Muhammad Rafi 4 4 2 4 3 4 2 4 4 2 4 3 3 2 3 2 4 4 2 3 63

17 M. Sopyan Amin 3 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 2 4 3 2 60

18 Maulana Firdaus 3 4 3 2 3 3 1 3 3 2 4 4 4 4 2 1 2 1 4 4 57

19 Niswatun Nasihah 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 2 1 1 1 3 3 61

20 Ninda Nurhayati 4 4 3 2 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 2 1 4 4 3 3 61

21 Nurdiah Maulina 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 1 3 1 4 3 63

22 Rifqi Fadilah 3 4 3 2 2 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 1 2 1 4 4 61

23 Riyani Iqromah 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 1 1 1 2 4 4 61

24 Romi Romadhon 4 3 3 2 3 4 4 2 3 1 4 4 4 4 3 1 4 1 3 4 61


(4)

26 S. Suzan Nurhasanah 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 68

27 Winda Lusiana 4 4 3 4 4 4 1 4 2 4 4 2 4 1 2 1 4 3 4 4 63

28 Yusuf Bahtiar 4 4 3 2 4 4 1 2 4 4 4 2 4 2 2 1 2 1 4 4 58

29 Zola Devanda 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 2 70


(5)

DATA HASIL ANGKET VARIABEL Y

NO Responden Butir Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Ade Tiara 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 2 66

2 Affwan Iqbal R 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 2 66

3 Atikah 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 2 1 4 2 2 4 3 3 2 2 50

4 Dale Novarlo 4 3 4 1 3 4 4 2 3 3 2 2 2 3 4 3 1 4 3 4 59

5 Debby Agustin 1 4 2 2 2 2 2 4 1 4 2 2 3 4 4 4 4 3 2 2 54

6 Dede Silvia 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77

7 Della Asrilia 4 4 2 1 3 2 4 4 2 3 2 1 4 4 4 3 4 3 4 4 62

8 Devi Artika 4 4 2 1 4 2 4 2 3 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 65

9 Dini Chaniago 4 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 4 4 2 4 4 3 2 2 58

10 Galang Arian R. 3 3 3 2 3 2 2 4 2 4 2 1 4 2 2 4 3 3 2 2 53

11 Irma Yanti 3 3 2 4 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3 2 59

12 Kurniawan 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 69

13 Lukman Hakim 3 3 4 1 4 2 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 3 4 4 3 65

14 M. Rayhan Rizqillah 2 1 3 1 4 3 3 4 4 2 1 4 2 4 3 3 3 3 3 4 57

15 Mardiyanti 3 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 2 65

16 Muhammad Rafi 2 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2 1 4 3 3 3 3 59

17 M. Sopyan Amin 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 2 2 4 3 4 4 3 3 3 3 66

18 Maulana Firdaus 3 4 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 2 2 3 1 4 2 55

19 Niswatun Nasihah 4 4 4 1 3 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 69

20 Ninda Nurhayati 4 4 2 2 4 2 2 3 2 4 1 2 4 2 2 3 4 3 2 2 54

21 Nurdiah Maulina 3 3 3 2 4 3 3 4 2 4 2 1 4 4 3 4 3 4 2 3 61

22 Rifqi Fadilah 3 4 2 4 3 2 3 4 2 4 2 2 4 4 3 4 3 3 4 1 61

23 Riyani Iqromah 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 61

24 Romi Romadhon 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 2 2 58


(6)

26 S. Suzan Nurhasanah 4 4 4 2 1 3 3 4 2 4 2 1 4 4 4 4 3 2 4 3 62

27 Winda Lusiana 3 2 4 3 2 2 2 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 65

28 Yusuf Bahtiar 3 4 2 3 2 2 4 3 2 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 2 61

29 Zola Devanda 4 4 4 3 4 2 2 4 2 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 65