HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP MUHAMMADIYAH 29 CINANGKA SAWANGAN DEPOK

(1)

Skripsi ini diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Dona Yulian Surajab NIM: 206011000037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

CINANGKA SAWANGAN DEPOK

Skripsi ini diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Dona Yulian Surajab NIM: 206011000037

Di bawah Bimbingan:

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP: 19670328 200003 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak. Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak. Drs. Sapiuddin, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak. Drs. Safiuddin, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan tulus memberikan, bimbingan, waktu, petunjuk dan saran kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.


(5)

iii

6. Bapak.Abd Qodir, S.Pd. sebagai Kepala sekolah SMP Muhammadiyah Cinangka. Dewan guru Pendidikan Agama Islam, beserta staf TU yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti dalam skripsi.

7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.

8. Ayahanda Amad Sanusi dan Ibunda Rukoyah yang telah memberikan Do’a dan dukungan serta pengorbanan baik moril maupun materill yang tak ternilai harganya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi. Semoga amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT. Amien.

9. Kakak-kakaku (Apud Saefudin, Aang mubarok, Husni Mubarok), serta adikku Agus Muharom, terima kasih atas dukungan do’a baik moril maupun materill,

10.Untuk sahabat-sahabatku (Bisyri Mustofa, Afif lutfi,Angga, Rusdi, Dede Irsam, Arif Cholis. Nova Risa. Terimakasih atas kebaikan yang diberikan pada penulis, serta dukungan baik moril maupun materil semoga dibalas Oleh Allah. SWT. Amien.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 14 Juni 2011 Penulis Dona Yulian Surajab


(6)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan, Perumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Motivasi ... 5

B. Jenis-jenis Motivasi ... .6

C. Orang Tua Sebagai Motivator ... .9

D. Prestasi Belajar Siswa ... 10

E. Pendidikan Agama Islam ... 12

F. Kerangka Berpikir dan Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Metodologi Penelitian ... 20

B. Metode Penelitian... 26

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

D. Populasi dan Sampel ... 21

E. Variabel Penelitian ... 22

F. Teknik Pengumpulan Data ... 23


(7)

v

D. Kegiatan Intrakurikuler ... 41

E. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 41

F. Deskripsi Data ... 42

G. Pengolahan Data ... 43

H. Analisa Data….. ... 44

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 64

2. Saran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

vi

3. Orang Tua Memberikan Dorongan atau Semangat ... 30

4. Orang Tua Memberikan Tuntunan dalam Belajar Agama Islam ... 34

5. Orang Tua Yang Menyuruh Anaknya Melaksanakan Sholat Lima Waktu ... 36

6. Orang Tua Yang Memperhatikan Akhlak Anaknya ... 42

7. Orang Tua Yang Menyuruh Kegiatan Keagamaan ... 43

8. Orang Tua Yang Membantu Memecahkan Kesulitan Anaknya dalam Mengikuti Pendidikan Agama Islam ... 45

9. Orang Tua Dalam Menyediakan Fasilitas Belajar Pada Pelajaran Agama Islam ... 46

10.Orang Tua Memberi Hadiah Jika Nilai Pelajaran Agama Islam Bagus... 46

11.Orang Tua Memberi Bimbingan Atau Mendatangkan Guru Privat ... 47

12.Orang Tua Yang Memberikan Sarana Belajar ... 47

13.Orang Tua Memberikan Pujian Yang Menunjang Prestasi ... 48

14.Orang Tua Menemani Ketika Belajar ... 48

15.Orang Tua Memberi Waktu Khusus Untuk Belajar Agama Islam ... 49

16.Orang Tua Yang Menghuku Jika nilai Pelajaran Agama Islam Tidak Bagus ... 49

17.Orang Tua Menegur Jika Tidak Belajar ... 50

18.Perhitungan Untuk Memperoleh Koefisien Korelasi Antara Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa SLTP Muhammadiyah Cinangka ... 50


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Modernisasi yang sangat gencar diberbagai bidang, telah banyak membawa dampak perubahan pada berbagai sektor kehidupan manusia. Keberhasilan ilmu p en ge t a hu an d an t e kn ol o gi yan g me mb a w a ke ma j ua n d i b i d a n g ko mu n i ka si d a n i nf or ma si serta berbagai fasilitas yang lain dibutuhkan manusia, bukan berarti bebas dari dampak negative yang dibawanya. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan pola kehidupan manusia yang matrealistis, konsumeristis bahkan secara tidak sadar manusia menjadi lupa akan tugas pokoknya sebagai khalifah dimuka bumi.

Pengaruh globalisasi informasi baik melalui audiovisual maupun media cetak membawa pengaruh terhadap kehidupan beragama, terutama generasi muda yang dalam hal ini adalah remaja yang berada pada tingkat SLTP dimana mereka mudah terpengaruh oleh arus informasi yang kurang di filter, sehingga membawa dampak negatif terhadap perilaku, yakni terkikisnya nilai-nilai Islam pada pribadi mereka dan berakibat pula kurangnya motivasi belajar terhadap mata pelajaran agama Islam.


(10)

Menghadapi kondisi yang demikian, maka motivasi orang tua sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar putra-putrinya terhadap bidang studi agama Islam serta mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar tidak menyimpang dari ketentuan agama.

Dalam situasi sekolah setiap anak memiliki sejumlah motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis. Disamping itu anak memiliki pula sikap-sikap, minat, penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagainya seperti tersebut diatas akan mendorong seseorang berbuat untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi biasanya tidak sekaligus mencakup tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah. Oleh sebab itu tugas guru dan orang tua adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar.

Pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan juga merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia mulai dari manusia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Prinsif belajar selama hidup ini merupakan ajaran islam yang penting karena mereka yang berilmu dan yang tidak berilmu itu berbeda dalam pandangan Islam, seperti firman Allah dalam surat Az-zumar : 9

.















Artinya: “Katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya sesungguhnya orang-orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran.”(Q.S Az-Zumar :9)

Oleh karena itu Pendidikan agama juga merupakan dasar pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak. maka orang tua harus mampu membina sikap positif terhadap


(11)

jiwa anak dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak.

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.1 Dia sebenarnya masih belum matang, segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu yang untuk berkembang menjadi dewasa dan kecerdasannya pun sedang mengalami pertumbuhan. Mereka ingin berdiri sendiri, tidak bergantung lagi pada orang tua atau orang dewasa lainnya, akan tetapi mereka belum mampu bertanggung jawab dalam soal ekonomi dan sosial.

Pada masa tersebut peran orang tua dalam mendampingi putra-putrinya sangat berarti, terutama dalam mengantarkan mereka untuk mencapai cita-citanya. Kepedulian orang tua trhadap prestasi yang mereka capai dalam segala bidang akan menambah semangat untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi. Motivasi seluruh keluarga terhadap anak yang sedang meningkat remaja akan ikut mewarnai sifat dan sikap keremajaan mereka.

Oleh karena itu orang tua harus mendidik, melatih dan memberikan motivasi terhadap anank agar memiliki pengaruh positif dalam mencerahkan kepribadian dan membentuk prilaku.

Penjelasan diatas sesuai dengan bunyi hadits

نءاْرق ا ءارقو ه ّْب ْهاو ْم ّ ن ّح اصخ اث ى ع ْمكّاوا ْوب ّ ا

“Didiklah anakmu dalam tiga perkara, cintailah nabimu, dan keluargamu, dan

membaca Al-qur‟an.”

Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi randahnya prestasi belajar siswa

1


(12)

antara lain kompetensi guru, sarana, minat siswa, motivasi orang tua dan lain-lain. Tetapi motivasi orang tua faktor pertama yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.

Untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi seorang anak memerlukan fasilitas belajar yang memadai, tetapi apa artinya fasilitas lengkap jika motivasi orang tua kurang. Bagaimanapun semua yang terjadi di rumah akan lebih berarti dari pada apa yang terjadi di luar rumah.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih terdapat motivasi orang tua yang rendah terhadap siswa.

2. Masih terdapat prestasi siswa yang rendah dalam pelajaran agama Islam. 3. Masih terdapat perhatian yang kurang terhadap anak.

4. Masih kurangnya pemberian pasilitas belajar untuk anak. 5. Masih terdapat kurangnya teguran ketika tidak belajar. C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Masalah ini akan dibatasi oleh hubungan antara motivasi orang tua dengan prestasi belajar siswa dalam pelajaran agama Islam. Siswa yang dipilih dibatasi oleh siswa SMP dengan pertimbangan pada usia remaja, siswa perlu mendapat motivasi dari orang tuanya karena konsentrasi belajar siswa sedang meningkat dan sedang terganggu hal-hal lain yang menyangkut keremajaannya, hal ini dapat mengganggu waktu dan cara belajarnya.

2. Perumusan Masalah


(13)

berikut “Apakah motivasi orang tua berhubungan terhadap prestasi siswa”?

D. Manfaat dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dan guru dalam memberikan motivasi terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP 29 MUHAMMADIYAH CINANGKA SAWANGAN DEPOK.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak orang tua dan sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar terutama pada mata pelajaran agama Islam.


(14)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata inggris adalah motivation yang berarti dorongan, penjelasan dan motivasi kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan mendapat perangsang: motive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak.2 Motivasi merupakan salah satu determinan dalam belajar, para ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan arah perilaku; kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu; dan ketahan perilaku, atau beberapa lama orang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu.3

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.4

Para ahli pendidikan berpendapat tentang motivasi sebagai berikut :

Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan kepada dirinya atau memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa kesakitan dan kesedihan kepadanya.

2

John. M. Echol, & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1996), Cet. Ke-13, h.386

3

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi(Jakarta Persada Press,2006) Cet 1,hal 154

4

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT RajaGrapindo Persada, 2008), Ed.5-16, h.70


(15)

Motivasi didefinisikan oleh Dr. Muhammad Utsman Najaati sebagai

“kekuatan penggerak, yang membangkitkan vitalitas pada diri makhluk hidup,

menampilkan prilaku dan mengarahkannya ke satu atau beberapa tujuan tertentu”.

Oleh Dr. Nabiil as-Samaaluuthy, motivasi diartikan sebagai “ kondisi internal (fisik ataupun mental, fitrah maupun perolehan) yang merangsang perilaku, menentukan jenis dan orientasinya, dan mengantarkannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dapat memuaskan salah satu aspek dari kehidupan manusia”.5

Motivasi menurut Mc. Donald adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Motivasi dapat di definisikan dengan “serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Suardiman; 2006). Motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang dan juga dapat distimulir dari luar diri seseorang.6

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa Motivasi itu dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud mencapai tujuan adalah sesutau yang hendak dicapai oleh seluruh kegiatan atau aktivitas yang apabila telah tercapai akan menimbulkan rasa puas didalam diri individu.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang

5

M.Sayyid Muhammad az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa,(Jakarta: Gema Insani Pres,2007) Cet. 1 h.193

6


(16)

yang dipimpinnya agar melekukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu .7

B. Jenis-jenis Motivasi

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seseorang murid yang tidak mengerjakan tugas perlu diselidiki sebab-sebabnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan rangsangan supaya murid mau melaksanakan kegiatan belajar.

Dengan kata lain murid perlu diberikan rangsangan agar timbul motivasi yang kuat dalam diri anak didik.

Motivasi dalam kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, karena berperan sebagai menumbuhkan gairah, merasa senang dan menyemangati belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar, hal ini dapat dibuktikan dengan ketika seorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi, namun akhirnya bahwa hasil belajar akan optimal kalau memiliki motivasi yag tepat.8

Motivasi dapat dikatakan sebagai motor penggerak kegiatan didalam diri murid, sehingga menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar, oang tua harus mampu menguasai keadaan tertentu sepanjang masih dalam menguasai konteks pendidikan dalam arti bahwa menguasai tersebut sebagai teknik menimbulkan minat dan gairah

7

H. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara 2008), Cet. 3. h.1

8


(17)

belajar anak sebagai peserta didik dalam mencapai tujuan penajaran dan pendidikan. Tentu saja keinginan untuk memotivasi anak agar melakukan pekerjaan yang di inginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah di tentukan sebelumnya. Oleh sebab itu orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan motvasi yang dapat mendorong atau mnggerakan untuk melakukan suatu perubahan dan tindakan yang dikehendaki.

Motivasi belajar itu dapat di bedakan menjadi 2 bagian yaitu: 1. Motivasi Instrinsik

Merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yangsecara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme suatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus ingin menjadi seorang professor, atau ingin menjadi seorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.9 Motivasi ini mengacu kepada faktor dari dalam diri anak yang memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.

9


(18)

Mengapa motivasi ekstrinsik ini perlu di berikan, tak lain karena seseorang tidak senantiasa berada dalam keadaan menetap, biasa terjadi seseorang yang mempunyai motivasi belajar instrinsik yang demikian tinggi tiba-tiba melemah, supaya melemahnya motivasi instrinsik ini tidak sampai berada pada tingkatan yang sangat rendah, perlu di katrol dengan menggunakan motivasi ekstrinsik.

Pada orang yang tingkat motivasi instrinsiknya lemah, justru motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat, justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi instrinsik untuk belajar, manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi instrinsik tersebut telah menjadi kebiasan bagi pembelajar bahkan kalau sudah sampai di tahap pribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya secara instrinsik.

Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar anak, orang tua hendaknya berusaha dengan berbagai cara untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik yaitu dengan memberikan berupa pujian, dan hadiah

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstinsik menurut winkel (1989;94) diantaranya adalah: Belajar demi memenuhi kewajiban; Belajar demi menghindari hukuman yang diancam; Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; Belajar demi meningkatkan gengsi; Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; Belajar demi tuntutan jabatan atau golongan administratif.

C. Orang Tua Sebagai Motivator

Orang tua memang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas segala tingkahlakunya. Orang tua juga seyogyanya menerangkan faedah terhadap tingkah laku yang diperbuatnya, menerangkan tentang maslahat dan mudharatnya. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak ditangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai


(19)

keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:

1. Memelihara dan membesarkannya,tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdidi sendiri dan membantu orang lain.

4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup muslim.10 Adanya keadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.

Tugas utama orang tua atau keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.

10


(20)

Islam adalah agama yang telah mengatur pola kehidupan keluarga muslim. Bagaimana mengatur keluarga dan bagaimana melaksanakan kewajiban dan bagaimana mengatur rumah tangga dengan baik. Rumah tangga muslim bagaikan sosok pionir dari sebuah masyarakat umat Islam. Yaitu adanya ikatan yang kuat di antara masing-masing penghuni rumah tersebut. Dan yang membantu sang ayah dalam mendirikan kerajaan kecil yang terutama dalam pendidikan anak-anak mereka adalah hadirnya seorang istri yang saleh. Seorang istri yang diharapkan menjadi seorang pendidik yang baik dan juga memahami kewajiban selaku ibu rumah tangga dalam rumah. Kesimpulannya, peran orang tua itu sangat penting dalam pendidikan akhlak anak, dan orang tua juga dapat menerangkan faedah terhadap tingkah laku yang diperbuatnya yaitu dengan memberikan pembinaan akhlak terhadap anaknya.

D. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar

Istilah belajar sebenarnya telah lama banyak dikenal bahakan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal semua istilah belajar lebih-lebih setelah di canangkan wajib belajar. Namun apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai tanggapan yang tidak sama.

Dikalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan mendefinisikan tentang makna belajar (lerning). Namun pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan ptaktik atau pengalaman tertentu.11

Sejak manusia ada sebenarnya telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika di katakan bahwa aktivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.


(21)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.12

Belajar (learning),seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relative berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Tetapi belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi didalam diri seseorang yang sukar untuk diamati secara langsung. Padahal jika kita renungkan belajar adalah merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.13

Dalam arti sempit, adalah sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dan individu dengan lingkungannya. Burton menyatakan “Learning is a change in the individual due to instruction of that

individual and his environment, wich fells a need and makes him more capable of

dealing adequately with his environment.”(W.H. Burton, The Guidance of learning

activities,). Dalam pengertian ini terdapat kata change atau perubahan, yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami proses perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengarti menjadi mengerti, dari ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. kriteria keberhasilan dalam belajar

11

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Penerbit Teraju, 2004).Cet-1, h.122

12

H. Hamzah B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya…… h, 23

13

Fadilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikandalam Perspektif Islam,(Jakarta: UIN Jakarta Press,2005),Cet Ke-1 h. 60-61


(22)

diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.14 Belajar bukan hanya menghafal, dan mengingat, belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses dapat di tunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengertiannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu

Oleh karena itu belajar merupakn proses aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang di arahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui pengalaman.

Kata prestasi belajar dari bahasa Belanda, Yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang di artikan hasil yang telah di di capai dari yang telah di tetapkan.15

Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang di peroleh seseorang setelah melakukan kegiatan yang dapat diukur dari seberapa besar kegiatan yang dapat di ukur dari seberapa besar kegiatan yang telah di kerjakan.

Dengan kata lain prestasi belajar dapat di artikan sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang di peroleh dari hasil belajar yang di nyatakan dalam bentuk skor setelah mengikuti kegiatan belajar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Prestasi belajar siswa banyak di pengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang berasal dari dirinya (internal) maupun faktor yang beasal dari luar (eksternal). Perstasai belajar yang di capai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara dua faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan orang tua terhadap faktor yang

14

Moh. User Usman, Menjadi Guru Propesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2009).h.5

15


(23)

mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali dalam rangka membantu dalam mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang di maksud meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmani (fisikologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh. Termasuk Faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh terdiri dari:

a. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta kecakapan nyata, yaitu prestasi yang di miliki.

b. Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur keperibadian tertentu seperti sikap,kebiasan,minat,kebutuhan,motivasi,emosi dan penguasaan diri. b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)

a) Lingkungan Keluarga b) Lingkungan Sekolah c) Lingkungan Masyarakat d) Lingkungan Kelompok

3) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kesenian. 4) Faktor lingkungan fisik seperti lingkungan rumah dan fasilitas belajar. 5) Faktor spiritual dan keagamaan.16

16

Abu Ahmadi,Widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-1, h. 130-131


(24)

E. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak.” Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).

Berpijak dari istilah diatas, pendidikan bisa diartikan sebagai “usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing

atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.” Atau dengan kata lain, pendidikan ialah “bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani

agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.”17

Pendidikan agama Islam menurut Zakiah Daradjat adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah. Dan menurut A. Tafsir

17


(25)

pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.18

Pendidikan Agama Islam mempunayai cakupan yang sama luasnya pendidikan dengan pendidikan umum, bahkan melebihinya. Oleh karena itu pendidikan islam juga membina dan mengembangkan pendidikan agama, dimana titik beratnya terletak pada internaliasi nilai iman,Islam, dan ihsan dalam pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas. Maka pendidikan agama Islam adalah merupakan bagian dari pendidikan Islam , di mana tujuan utamanya adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dan nilai-nilai agama serta sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.19

Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadits, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarahh, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.20 Pada tingkat SMP semua bidang studi agama tersebut dirangkum menjadi satu mata pelajaran Penidikan Agama Islam. Adapun tujuan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut antara lain mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, beriman kepada Allah, kitab Allah, Rasul Allah, dan hari akhir, bekerja keras dan terbiasa berprilaku toleransi (Akhlak), dapat melakukan thaharah/bersuci, mengetahui hukum Islam tentang shalat wajib, mengerti tentang zakat, mawaris dan mmahami tentang ibadah haji (Fiqih), memahami perkembangan Islam di Indonesia. (Sejarah/Tarikh).

Pencantuman pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib diseluruh jenis, jalur dan jenjang pendidikan ini tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai dari

18

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004). Cet-1, h.130

19

H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,(Jakarta:Bumi Aksara,2000),Cet. Ke 3.h.5

20


(26)

pendidikan nasional sendiri, yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan,” (UU 2/1989 pasal 4). Oleh sebagian kalangan umat beragama

khususnya umat Islam, undang-undang ini dianggap strategis bukan hanya karena mencantumkan pendidikan agama secara eksplisit, melainkan juga mengatur bahwa tenaga pengajar haruslah orang yang beragama (pasal 28 ayat 2), dan pengajar pendidikan agama harus beragama sesuai sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama peserta didik yang bersangkutan (penjelasan pasal 28 ayat 2). Pasal ini dianggap penting oleh kelompok Islam, karena pada sekolah sekolah non Islam, siswa muslim sering kali tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya. Atau bahkan diharuskan untuk mengikuti pelajaran agama yang menjadi cirri khas sekolah bersangkutan.

Dengan demikian, undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional, menempatkan pendidikan agama dalam posisi strategis disetiap jenjang pendidikan, sejak pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Bersama dengan pendidikan kewarganegaraan dan bahasa, pendidikan agama menjadi muatan wajib kurikulum yang harus diajarkan. Bukan hanya itu, jika pada UU Nomor 2/1989 pendidikan agama ditempatkan pada urutan kedua setelan pendidikan Pancasila, pada undang-undang sisdiknas, pendidikan agama dalam numerasi mata pelajaran yang harus diajarkan meningkati tempat yang pertama. Hal ini tentu bukan tanpa tujuan, melainkan menegaskan pentingnya pendidikan agama dalam konstelasi sistem pendidikan nasional kita.


(27)

2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.21

“Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan atau asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diakhirat kelak.22

Hal ini sesuai dengan rumusan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan UUSPN mengenai pendidikan agama di jelaskan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Adapun pendidikan Agama Islam menurut prof. HM Arifin bahwa :

“ Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa

secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan citra (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.23

Menurut Hasan Langgulung : “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha

mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan

21

H.M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bina Aksara, 1987).Cet-1,h. 10

22

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1992),Cet-2. h.86

23


(28)

masyarakatnya dan kehidupan alam sekitar melelui proses pendidikan dengan dilandasi nilai-nilai yang Islami.24

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain :

a. Hubungan manusia dengan Allah

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri c. Hubungan dengan sesama manusia

d. Hubungan dengan sesama makhluk lain dan alam sekitarnya.

Upaya mencapai tujuan atau hasil pendidikan yang diinginkan atau yang ditetapkan sudah tentu diperlukan pengajar yang sesua untuk itu. Makin jelas tujuan yang diinginkan maka makin jelas pula bahan yang diperlukan.

Adapun tema sentral bahan pengajaran pendidikan agama Islam SMTP yaitu : a. Siswa bergairah beribadah serta mampu berdzikir dan berdo’a;

b. Siswa mampu membaca Al-qur’an dengan benar; c. Siswa terbiasa berakhlak baik.25

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan maka tujuannya bertahap dan bertingkat pula.

Dalam pendidikan agama Islam nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya, tujuan pendidikan agama Islam adalah tertanamnya nilai-nilai-nilai-nilai Islam kedalam diri manusia, yang kemudian terwujud dalam tingkah laku.

24

Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979),Cet. Ke-1, h. 15

25

H.Sahilun A.Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja.(Jakarta: Kalam Mulia,2002).Cet ke-2.h. 53


(29)

Pendidikan agama Islam di sekolah /madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.26

Adapun tujuan akhir pendidikan agama Islam pada hakekatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah yang lahir batin di dunia dan akhirat. Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam, misalnya sebagai berikut :

a. Rumusan oleh prof. Dr. Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syaibani sebagai berikut :

Pendidikan Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. .27

b. Zakiah Daradjat mengemukakan ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yaitu :

1) Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaanyang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum pendidikan agama Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan agama Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula

26

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam……, h. 135

27


(30)

dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.

2) Tujuan akhir adalah untuk membentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah, berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan,lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

3) Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan intruksional yang dikembangkan menjadi tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dan sifat yang agak berbeda 4) Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.28

c. Rumusan yang lain adalah hasil keputusan seminar pendidikan Islam seIndonesia tanggal 7 sampai dengan tanggal 11 Mei 1960, di Cipayung, Bogor. Pada saat itu berkumpullah para ulama ahli pendidikan umum, dan telah berhasil merumuskan tujua pendidikan Islam sebagai berikut:

“Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta

menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi

dan berbudi luhur menurut ajaran Islam”.

Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa: “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh

dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.

28


(31)

Jadi jelaslah, membicarakan masalah tujuan pendidikan, khususnya Islam, tidak terlepas dari masalah nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena realisasi nilai-nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam.29

Tujuan pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Allah yang harus diinternalisasikan kedalam individu atau anak didik lewat proses pendidikan. Oleh sebab itu, penanaman nilai tersebut, pendidikan Islam harus mampu mengantarkan, membimbing, dan mengarahkan anak didik untuk melaksanakan fungsinya sebagai „abd dan khalifah, guna membangaun dan memakmurkan alam ini sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan Allah.30

Tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tujuan hidup seorang muslim sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 102:



















Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepadanya dan jaganlah sekali-kali kamu mati melainkan

dalam keadaan beragama Islam.”

29

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet-1, h.29

30

Hj. Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Quantum Teaching,2008). Cet-1, h.32-33


(32)

Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah menanamkan nilai-nalai yang islami kepada pribadi seseorang, serta mengembangkan agar seseorang mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan menjadikan seseorang bertaqwa, sehingga tujuan pendidikan agama Islam dapat mencapai kebutuhan yang mutlak yakni kebutuhan duniawi dan ukhrawi, sebab dengan amal yang baik yang dikerjakan didunia akan mampu meraih kebahagiaan di akhirat kelak dan itu merupakan tujuan akhir seorang muslim.

E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa motivasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan balajar, sebaliknya siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kurang motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang kuat.

Sehubungan dengan pentingnya motivasi orang tua terhadap masa depan anak, berarti bahwa orang tua tidak cukup memperhatikan anak dari segi materi atau fisik saja. Kelengkapan berbagai fasilitas yang dimiliki anak tidak menjamin keberhasilannya. Selengkap fasilitas yang lengkap tidak akan bermanfaat jika anak tidak menggunakannya dalam hal belajar. Dalam memperkenalkan anak pada mata pelajaran agama misalnya,media pengenalan agama cukup banyak di Indonesia, termasuk buku-buku sumber dan media lainnya. Tetapi semua media tersebut akan menjadi benda-benda mati tanpa arti jika tidak pernah diperkenalkan kepada anak. Kalau orang tua sepenuhnya menyerahkan kepada guru di sekolah dalam


(33)

memperkenalkan agama kepada anak, hasilnya mata pelajaran agam akan menjadi mata pelajaran yang tidak digemari siswa dan mereka tidak akan dapat merasakan manfaat dari pelajaran agama secara mendalam.

Fasilitas yang ada merupakan salah satu faktor penunjang, tetapi aktivitas belajar anak tetap harus dikendalikan oleh orang tua, meskipun dalam batas-batas yang diperlukan. Bagaimanapun motivasi orang tua merupakan modal dasar bagi anak untuk melangkah dan bersikap. Pengaruh dan motivasi orang tua dirumah lebih penting dari pada fasilitas apapun yang ada, apa yang terjadi di dalam rumah adalah lebih penting dari pada apa yang tersedia di luar rumah. Tentu saja ini tidak berarti bahwa motivasi orang tua adalah satu-satunya faktor penyebab tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variable X (Motivasi Orang Tua) dan variable Y (Prestasi Belajar). Maka dalam hal ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara variable X denganVariabel Y,

H2 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variable X dengan variable Y.


(34)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengertian Metodologi Penelitian

Metodologi sering juga disebut sebagai metode penelitian. Sedangkan maksud dari kata metodologi itu sendiri adalah “cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang di kembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya, dan kemudian di kembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang

masalah peneliti tertentu”. Dengan demikian metode penelitian sangat diperlukan dan

di butuhkan dalam melakukan suatu penelitian untuk mengumpulkan dan memperoleh data, serta untuk mencari kebenaran terhadap masalah yang sedang dan akan diteliti.

B. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriftif kuantitatif. Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas penulis melakukan penelitian dengan beberapa cara yaitu :

1. Penelitian kepustakaan (Library research), yaitu mengumpulkan data dari buku-buku, tulisan-tulisan, artikel dan literatur lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas penulis. Dalam hal ini penulis


(35)

mengambil rujukan dari perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lainnya.

2. Peneliti lapangan (Field Research), yaitu mengadakan penelitian lapangan dimana penulis terjun langsung ketempat penelitian yaitu SMP MUHAMMADIYAH 29 Sawangan untuk mengumpulkan data-data yang jelas.

C. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang penulis jadikan objek dalam penelitian adalah SMP MUHAMMADIYAH 29 CINANGKA. Adapun waktu penelitian pada Januari sampai Februari 2011

D. Populasi dan sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh kelas ( VII, VIII, IX ) siswa SMP Muhammadiyah dan sampel yang diambil berjumlah 60 orang yang duduk di kelas VIII.

Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi. Sample memberikan suatu gambaran tentang populasi. Pengambilan sample dari suatu populasi disebut dengan penarikan sample atau sampling.


(36)

Populasi Sample <100

>100

Keseluruhan subjek penelitian

a. Jumlah tertinggi (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu) b. Jumlah tak terhingga (terdiri dari

elemen yang sukar sekali di cari batasannya)

Diambil semua 10-15%

Sebagian atau wakil populasi yang diteliti a. Sampel random

b. Sampel acak c. Sampel campur

E. Variabel penelitian

Dalam hal ini motivasi orang tua sebagai variable bebas/independent variable (X) sedangkan prestasi belajar sebagai variable terikat/ dependent variable (Y)


(37)

Matriks variabel

No Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel 1 Motivasi Orang

Tua (X)

Motivasi Intrinsik Adanya kebutuhan dan Aspirasi cita-cita.

Motivasi Ekstrinsik

Berupa pujian, hadiah, nilai rapot dan lainnya.

2 Prestasi Belajar (Y)

Afektif Mampu menyebutkan

pelajaran Psikomotorik

Kognitif

Mampu mengamalkan pelajaran

Mampu mengigat dan menghafal

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu ada yang sifatnya kualitatif dan kuantitatif. Data yang sifatnya kualitatif, pengumpulannya melalui studi kepustakaan dan wawancara. Sedangkan sifatnya kuantitatif pengumpulannya dilakukan dengan beberapa cara yaitu :


(38)

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.31

2. Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi yang bertatap muka dengan seorang interviewe dan menyampaikan pertanyaan kepada interviewee untuk member jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3. Angket

Angket adalah cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan untuk diisi. Angket diberikan kepada siswa-siswi kelas II SMP MUHAMADIYAH 29 Cinangka Sawangan-Depok. Angket diberikan kepada respondenberupa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelimnya, dan responden memberikan jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan member tanda ceklist (√) pada jawaban yang sesuai. Alat pengumpulan data berupa angket memiliki 15 item pertanyaan, sebelum menggunakan kuesioner penelitian, maka perlu dibuat suatu panduan/acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi anket penelitian tentang Pengaruh Motivasi Orang Tuan Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP Muhammadiyah Cinangka dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Data untuk variabel X,Y diambil melalui angket, dengan kisi-kisi sebagai berikut

31

Nana Sudjana, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001)


(39)

Variabel Dimensi Indikator Jmh Item No.Item Motivasi Orang Tua 1.Memberikan Motivasi 2.menyediakan fasilitas

1. dorongan atau semangat belajar

2. memberikan tuntunan dalam belajar agama islam

3. menyuruh sholat lima waktu

4. memperhatikan Akhlaq

5. mengikuti kegiatan keagamaan 6.membantu memecahkan masalah 1.menyediakan fasilitas belajar dalam pelajaran PAI

2.memberikan hadiah jika nilai PAI bagus 3.memberikan fasilitas

privat untuk membantu belajar PAI

4. memberikan tempat ruang nyaman

5. memberikan pujian 6. mengontrol belajar

6

6

1,2,3,4 5,6

7,8,9,10,11, 12


(40)

3.memberi hukuman

7. memberikan waktu untuk belajar

1. ketika nilai rendah 2. teguran ketika tidak

belajar.

2 14,15

G. Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data

Dalam pengolahan data penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut :


(41)

Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan dari lapangan yang terkandung didalam angket atau koesioner, kosioner itu diolah, dan harus diedit terlebih dahulu agar dapat meningkatjan mutu data yang akan diolah dan dianalisis.

2. Skoring

Untuk menentukan sekoring dalam hasil penelitian ditetapkan bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai :

a. Alternatif jawaban (a) mempunyai bobot nilai 4 b. Alternatif jawaban (b) mempunyai bobot nilai 3 c. Alternatif jawaban (c) mempunyai bobot nilai 2 d. Alternatif jawaban (d) mempunyai bobot nilai 1 e.

3. Tabulating

Yaitu, mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpilkan ke dalam tabel yang disediakan.

Setelah pengumpulan data dilakukan maka tahap berikutnya data tersebut data tersebut dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisis yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekwensi.

P = N F

x 100% Keterangan P = Prosentase

F = Frekuensi yang dicapai prosentasenya N = Jumlah seluruh responden

Kemudian untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara motivasi orang tua (variabel x) terhadap prestasi belajar PAI (variabel y) maka dipergunakan rumus prioduct moment.


(42)

rxy = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy : Angka Korelasi ”r” product moment

N : Jumlah responden

ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y ΣX : Jumlah seluruh skor x

ΣY : Jumlah seluruh skor y

Setelah mengetahui koefisien korelasi tahap berikutnya memberikan interprestasi terhadap hasil analisa data tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut

Tabel 2

Memberikan interprestasi secara kasar atau sederhana dengan cara

mencocokan hasil penelitian dengan indek korelasi “r” product moment seperti tabel

di bawah ini:

Besarnya “r product moment (rky) Interprestasi


(43)

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu di abaikan

0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat koreasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara variabel X df variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi


(44)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah SMP MUHAMMADIYAH Cinangka

SMP Muhammadiyah Cinangka berdiri sejak tahun pelajaran 1990-1991. Pada tahun 1991-1992 dikeluarkan izin dari kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan propinsi jawa baratdengan nomor surat keputusan 130/102/kep/E.1992, tanggal 23 mei 1992 dilaksanakan akreditasi oleh Direktorat jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusan nomor 525/C/kep/1992,tanggal 22 Desember 1993 dengan status Diakui.32

Didirikannya SMP Muhammadiyah dalam rangka membantu pemerintah mengembangkan pendidikan dan merupakan program persyarikatan (Organisasi Muhammadiyah) dan juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berada diwilayah Cinangka dan sekitarnya untuk mengenyam pendidikan SMP.

B. Visi, Misi, dan strategi SMP Muhammadiyah Cinangka.

Dalam visi dan misi SMP Muhammadiyah Cinangka bahwa sikap proaktif dan antisipatif sangat diperlukan untuk menyiapkan SDM serta berbagai perangkat untuk

32


(45)

menghadapi ketatnya persaingan global antar individu, kelompok, bangsa dan Negara.

Atas dasar ini SMP Muhammadiyah membuat visi, untuk diekspresikan kepada satu tujuan dan sasaran yang dicita-citakan. Visi yang direncanakan yaitu

“Unggul dalam Iman, Ilmu, dan Amal”.

Untuk mewujudkan visi diatas ditampilkan misi dengan beberapa keunggulan yang diterapkan yaitu:

1. KeIslaman dan KeMuhammadiyahan. 2. Semangat kebangsaan dan cita-cita tanah air. 3. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 4. Menumbuh kembangkan Seni dan Olah Raga.

Sangatlah jelas, bahwa untuk visi dan misi serta tujuan yang diinginkan tidaklah semata-mata tergantung pada kurikulum atau pogram pendidikan,tapi akan ditentukan oleh berbagai faktor atau multifaktor,dimana masing-masing faktor menyumbang kontribusi yang signifakan.

C. Sarana dan Prasarana.

Sebagai syarat yang mutlak, maka SMP Muhammadiyah Cinangka menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan. Sarana dan prasarana yang ada antara lain:

1. Gedung sekolah milik sendiri.

2. Gedung sekolah terdiri dari 17 ruang yang digunakan sebagai berikut: a. 9 Ruang untuk belajar siswa.

b. 1 Ruang untuk kantor kepala sekolah dan tata usaha. c. 1 Ruang untuk kantor wakil kepala sekolah dan BK. d. 1 Ruang untuk perpustakaan.

e. 1 Ruang untuk Lab Komputer.

f. 1 Ruang untuk Lab Fisika dan Biologi. g. 1 Ruang untuk kantor guru.


(46)

i. 10 Buah WC/ TOILET.

3. Sarana Olah raga yang terdiri dari:

a. Lapangan Bola Basket, bulutangkis dan bola volly 4. Masjid.

5. Kantin Sekolah.33

Tabel 3

Daftar Nama-Nama Dewan Guru SMP MUHAMMADIYAH Cinangka

No NAMA JABATAN PENDIDIKAN STUDY

1 Abd. Qodir S.Pd Kepsek S1 B.Inggris

2 Marwadih SH Wakasek S1 IPS

3 HM. Daiman Humas S1 Agama

4 Sukriyadi. BA Guru D3 Al-Qur’an

5 A.Zarkasih SH Guru S1 IPS/PKN

6 H. M Nahari, S.Pd Guru S1 KMM

7 Namud A Guru S1 B. Indonesia

8 Rahmat, BA Guru S1 Matematika

9 Mutiri, S.Ag Guru S1 PAI

10 Amir Mahmud, S.Pd Guru S1 PKN

11 Nurdin, BA Guru S1 IPA

12 Sudirman, S.Pd Guru S1 Olah Raga

13 Dody Mudayis, S.Pd Guru S1 PSdB

14 Wardih HB Guru S1 PENJAS

15 Suhana Guru S1 IPA

16 Mahmud, SE Guru S1 Matematika

17 Rohmani Guru D3 B.ARAB

18 Yati, S.Pd Guru S1 B. Indonesia

33


(47)

19 Dini Amalia,S.Pd Guru S1 B.SUNDA

20 Siti Rahmah, S.Ag Guru S1 AGAMA

21 Suaib, S.Pd Guru S1 PSdB

22 Sopyan Hadi, S.Pd Guru S1 B.Indonesia 23 Edi Zulkarnain, S.Pd Guru S1 Matematika

24 Tasmiyah Guru D3 Tata Boga

25 A. Fahrudin, S.Kom Guru S1 Computer

26 Supri Helmi, A.Md Guru D3 B.Inggris

27 Syaiful, S.Kom Guru S1 PLH

28 Winda Wati, S.Pd Guru S1 B.inggris

29 Adi Damanhuri Guru D3 Matematika

30 Dinar Suhartini Guru S1 IPA

31 Abu Hayat Guru S1 PSdB/Elektro

32 Indah Maharani,S.Pd Guru S1 B.Indonesia

33 Robby Maula, S.Pd Guru S1 IPS


(48)

Kegiatan Intrakurikuler atau belajar mengajar SMP MUHAMMADIYAH Cinangka dimulai pada pukul 07.00 –12.30 WIB. Sedangkan pada hari Jum’at dimulai pada pukul 07.00 – 11.00 WIB

E.Kegiatan Ekstrakurikuler

Adapun kegiatan ekstrakurikuler SMP MUHAMMADIYAH Cinangka adalah Paskibra, PMR, Pramuka, Volly Ball, Futsal. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan siswa dapat mengasah bakat yang dimiliki.

F. Deskripsi Data

Data tentang hubungan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMP MUHAMMADIYAH Cinangka . Penulis memperoleh data melalui penyebaran angket kepada 60 responden yang terdiri dari 15 pertanyaan. Di bawah ini adalah hasil tanggapan responden yang penulis terima dan diolah dalam bentuk tabulasi sebagai berikut:


(49)

Orang tua memberikan dorongan atau semangat belajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 1 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

57 2 1 -

95 % 3 % 2 % -

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menyimpulkan bahwa 60 responden member jawaban yang positif yang menggambarkan orang tua mereka member dorongan atau semangat belajar. Ini berarti orang tua menyadari betapa motivasi perlu diberikan kepada anak untuk belajar sehingga dapat memperoleh simpati yang baik.


(50)

Orang tua memberikan tuntunan dalam belajar agama Islam No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

2 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

38 13 8 1 63 % 23 % 13 % 2 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menyimpulkan bahwa siswa SMP MUHAMMADIYAH Cinangka mayoritas slalu dan sering mendapatkan tuntunandari orang tuanya dalam hal keagamaan yaitu sebanyak 38 orang (63%) dan 13 orang (23%), kadang-kadang 8 orang (13%), dan 1 orang (2%) tidak pernah mendapatkan tuntuna keagamaan.

Tabel 6

Orang tua yang menyuruh anaknya melaksanakn shalat lima waktu No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

3 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

51 7 1 1 85 % 11 % 2 % 2 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas orang tua selalu menyuruh anaknya untuk melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu (51%) dan sering (7%), sedangkan siswa yang menyatakan kadang-kadang (1%) dan tidak pernah (1 %).


(51)

Tabel 7

Orang tua yang memperhatikan akhlak anaknya

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 4 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

37 11 9 3

62 % 18 % 15 % 5 %

Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel di atas menyimpulkan bahwa masih ada orang tua yang tidak pernah memperhatikan akhlaknya sebanyak (5%) yang menjawab kadang-kadang (15%), yang menjawab sering (18%) dan yang menjawab selalu ( 62%).

Tabel 8

Orang tua yang menyuruh kegiatan keagamaan

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 5 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

45 9 3 3

75 % 17 % 5 % 5 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa orang tua yang selalu menyuruh anaknya untuk mengikuti kegiatan keagamaan 45 orang (75%) yang menjawab selalu,dan sering 9 orang (17%), sedangkan siswa yang menyatakan kadang-kadang 3 orang (5%) dan tidak pernah 3 orang (5 %).


(52)

Tabel 9

Orang tua yang membantu memecahkan kesulitan anaknya dalam mengikuti pendidikan agama Islam

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 6 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

12 37 10 1 42,42% 30,30% 21,22% 6,07%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada orang tua yang tidak membantu memecahkan kesulitan anaknya dalam mengikuti pelajaran agama Islam sebanyak 1 orang (2%) yang menjawab kadang-kadang 10 orang (17%), sedangkan siswa yang menjawab sering 37 orang (61%) dan yang selalu 12 orang( 20%).

Tabel 10

Orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar pada pelajaran agama Islam No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

7 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

29 21 5 5 49 % 35 % 8 % 8 %

Jumlah 60 100%

tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada siswa yang merasa tidak pernah disediakan fasilitas oleh orang tuanya, khususnya dalam hal keagamaan, yaitu 5 orang


(53)

(8%) sedangkan yang lainnya yaitu 29 orang (49%) menjawab selalu, 21 orang (35%) menjawab sering dan 5 0rang (8%) kadang-kadang.

Tabel 11

Orang tua memberi hadiah jika nilai pelajaran agama Islam bagus No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

8 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

24 12 18 6 40 % 20 % 30 % 10 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 reponden yang menjawab selalu 24 orang (40%). Ini memberi gambaran bahwa orang tua memberi penghargaan terhadap prestasi yang mereka peroleh dalam memberi hadiah bila mereka naik kelas sebagai pendorong untuk terus rajin belajar. Dan yang menjawab sering 12 orang (20%) kadang-kadang 18 orang (30%) dan tidak pernah 6 orang ( 10 %).

Tabel 12

Orang tua memberi bimbingan atau mendatangkan guru privat No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

9 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

16 3 3 38 26 % 4 % 4 % 66 %


(54)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kesibukan orang tua adalah factor dalam mengingat kesibukan serta terbatasnya waktu orang ua mereka.Yang menjawab tidak pernah 38 orang (66%),selalu 16 orang (26%), sering 3 orang (4%) dan kadang-kadang 3 orang ( 4 %).

Tabel 13

Orang tua yang memberikan sarana belajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 10 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

45 13 1 1

75 % 21 % 2 % 2 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang selalu disediakan sarana belajar oleh orang tuanya sebanyak 45 orang (75%), yang menjawab sering 13 orang (21%), kadang-kadang 1 orang (2%) dan tidak pernah disediakan saranaoleh orang tuanya 1 orang (2 %).


(55)

Tabel 14

Orang tua yang memberikan pujian yang menunjang prestasi belajar No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

11 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

36 12 6 6

60 % 20 % 10 % 10 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 60 reponden memberi jawaban 36 orang (60%) yang selalu diberi pujian oleh orang tua,dan yang menjawab sering 12 orang (20%), kadang-kadang 6 orang (10%), dan tidak pernah 6 orang (10 %).

Tabel 15

Orang tua menemani ketika belajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 12 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

21 9 3 27

35 % 15 % 5 % 45 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menyimpulkan 21 orang (35%) orang tua yang selalu menemani anaknya ketika waktu belajar, 9 orang (15%) yang


(56)

menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang 3 orang (5%), dan tidak pernah 27 orang ( 45%).

Tabel 16

Orang tua memberikan waktu khusus untuk belajar agama Islam No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P)

13 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

21 9 3 27

35 % 15 % 5 % 45 %

Jumlah 60 100%

Pemberian waktu khusus untuk belajar agama Islam adalah penting, mengingat bahwa pelajaran agama Islam adalah sebuah pendidikan yang dapat membentuk kepribadian siswa. Dalam hal ini orang tua yang selalu memberikan waktu khusus yaitu 21 orang (35%), sering 9 orang (15%), kadang-kadang 3 orang (5%), dan tidak pernah 27 orang (45 %).


(57)

Tabel 17

Orang tua yang menghukum jika nilai pelajaran agama Islam tidak bagus

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 14 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

36 12 6 6

60 % 20 % 10 % 10 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukan 36 orang (60%) selalu memberikan hukuman kepada anaknya jika nilai pelajaran agamaIslam tidak bagus, sering sebanyak 12 orang (20%), kadang-kadang 6 orang (10%), dan tidak pernah 6 orang (10 %).


(58)

Tabel 18

Orang tua menegur jika tidak belajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Presentasi (P) 15 a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

45 15 - -

75 % 25 %

- -

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 60 responden 45 (75%) siswa menjawab selalu, dan 15 orang (25%) yang menjawa sering. Ini sebagian besar orang tua menegur bila anak mereka tidak belajar. Hal tersebut menunjukan kepedulian orang tua terhadap anak agar rajin belajar.


(59)

G. Pengolahan Data

Tabel ini merupakan jawaban atas ada atau tidaknya hubungan antara variable X dan variable Y. untuk lebih jelasnya lihat table berikut:

Tabel 19

Perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar PAI siswa SMP Muhammadiyah Cinangka.

Subyek X Y X2 Y2 XY

1 48 80 2304 6400 3840

2 48 75 2304 5625 3600

3 48 82 2304 6724 3936

4 48 82 2304 6724 3936

5 48 70 2304 4900 3360

6 47 71 2209 5401 3337

7 51 78 2601 6041 3978

8 55 74 2601 5476 3774

9 51 82 2601 6724 4182

10 50 85 2500 7225 4250

11 47 75 2209 5625 3525

12 49 79 2401 6241 3871

13 48 69 2304 4761 3312

14 48 89 2116 7921 4272

15 47 77 2304 5929 3619

16 47 72 2304 5184 3384

17 50 80 2500 6400 4000

18 48 68 2302 4624 3264

19 49 79 2401 6241 3871

20 50 80 2500 6400 4000

21 50 71 2500 5041 3550

22 47 70 2209 4900 3290

23 47 72 2209 5184 3384

24 48 75 2304 5625 3600

25 46 73 2116 5329 3358


(60)

27 47 76 2209 5776 3572

28 49 79 2401 6241 3871

29 50 88 2500 7744 4400

30 48 77 2304 5929 3696

31 51 91 2601 8281 4641

32 51 90 2601 8100 4590

33 49 89 2401 7921 4361

34 50 89 2500 7921 4450

35 50 88 2500 7744 4400

36 54 92 2916 8464 4968

37 52 89 2704 7921 4628

38 49 72 2401 5184 3528

39 50 87 2500 7569 4350

40 48 72 2304 5184 3456

41 49 84 2401 7056 4116

42 48 82 2304 6724 3936

43 46 79 2116 6241 3634

44 46 78 2116 6084 3588

45 48 88 2304 7744 4224

46 45 72 2025 5184 3240

47 50 90 2500 8100 4500

48 47 85 2209 7225 3995

49 47 86 2209 7396 4042

50 51 82 2601 6724 4182

51 44 62 1936 3844 2728

52 49 83 2401 6889 4067

53 45 65 2025 4225 2925

54 49 88 2401 7744 8312

55 44 61 1936 3721 2684

56 47 80 2209 6400 3760

57 44 65 1936 4225 2860

58 45 66 2025 4356 2970

59 44 64 1936 4096 2816

60 43 64 1849 4096 2752

∑N=60 ∑X=28

88

∑Y=4689 ∑X2=1394 80 ∑Y2 = 370465 ∑XY=22600 1


(61)

Selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment untuk mengetahui tingkat korelasi antara motivasi orang tua (X) terhadap prestasi belajar PAI (Y). hal ini digunakan dengan rumus :

  

 

X ][

N Y

 

Y ]

-X [ X -XY N xy 2 2 2 2 r

  N Y = 2 2 (4689) -60.370465 ( (2888) -) (60.139480 (4689) (2888) -) 60.(226001 = 21986721) -(22227900 8340544) -(8368800 13541832 -13560060 = ) 241179 ).( 28256 ( 18228 = 6814753824 18228 = 825515222 18228 = 0,24


(62)

H. Analisa Data

Berdasarkan perhitungan di atas selanjutnya diadakan interpretasi data, dan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti, terdapat dua cara untuk menginterpretasikannya, yaitu:

1. Memberikan Interpretasi Sederhana

Perhitungan di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi antara motivas orang tua terhadap prestasi belajar PAI sebesar 0,24 hal ini berarti korelasi yang ada

adalah korelasi fositif. Setelah dicocokkan dengan angka interpretasi korelasi “r”

product moment ternyata berada pada 0,200 – 0,400 oleh karena itu antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi lemah dan rendah.

2. Interpretasi dengan menggunakan table nilai “df” dengan terlebih dahulu menggunakan rumus:

df = degree of freedom N = Number of cases

nr = banyaknya variable yang kita korelasikan

df = N- nr = 60 - 2 = 58

Selanjutnya cocokkan dengan table nilai “r” Progduct Moment pada taraf signifikan 1% maupun 5%. Setelah dicocokkan, ternyata df sebesar 58, pada taraf

signifikan 5% diperoleh “r“ tabel sebesar 0,25, sedangkan pada taraf signifikan 1%

diperoleh “r” table 0,325.

Seperti yang telah diketahui, ternyata rxy pada taraf signifikan 5% lebih kecil dari pada table (0,24 < 0,25) oleh karena itu hipotesis alternatif ditolak dan hipotesi nol diterima. Hal ini menunjukan bahwa taraf signifikan 5% tidak terdapat korelasi signifikan antara motivasi orang tua (X) terhadap prestasi belajar PAI (Y).


(1)

MUHAMMADIYAH 29 Cinangka berada pada kategori lemah atau rendah. Ini dikarenakan orang tua kurang member motivasi atau dorongan terhadap anaknya dalam proses belajar, kurangnya perhatian terhadap anak dikarenakan orang tuanya sibuk terhadap pekerjaan, orang tua tidak pernah mengontrol kegiatan belajarnya, kemudian tidak mengontrol pergaulan anak sehingga sifat mereka menjadi nakal, ini semua merupakan salah satu faktor rendahnya motivasi orang tua terhadap belajar anak sehingga prestasi belajarn mereka menurun. Walaupun hasilnya rendah, motivasi orang tua tetap mempunyai peranan terhadap prestasi belajar siswa. Selain prestasi orang tua tersebut memang masih banyak factor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu orang tua harus selalu memberikan motivasi kepada putra-putrinya agar mereka mendapat prestasi yang baik. Motivasi, perhatian dan kasih sayang sangatlah perlu dilakukan supaya mereka merasa diperhatikan. Dengan demikian anak akan termotivasi untuk menunjukan prestasi mereka dengan belajar lebih giat lagi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan menganalisa data masalah yang dihadapi tentang pengaruh motivasi orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMP Muhammadiyah Cinangka, penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Orang tua adalah pendidik yang pertama bagi anak. Motivasi orang tua sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran agama Islam. Orang tua dapat mengetahui secara langsung apa yang menjadi hambatan putra-putrinya. Sehingga orang tua dapat membantu mencari solusinya dan member arahan serta motivasi, disamping itu pengawasan yang diberikan orang tua ketika putra putrid mereka sedang belajar memungkinkan mereka untuk lebih banyak berkomunikasi sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Terbukti dengan adanya jawaban responden pengawasan orang tua cukup bagus.

2. Motivasi sangatlah berperan dalam membangkitkan gairah siswa untuk mempelajari agama Islam. Adapun hal-hal yang menjadi motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 29 Cinangka adalah :


(3)

prestasinya kurang baik. d. Menberikan pasilitas belajar.

e. Memberikan ekstrakulikuler untuk mempelajari agama Islam.

3. Dalam permasalahan ini bahwa motivasi orang tua tidak berhubungan terhadap prestasi belajar siswa, karena masih banyak orang tua yang tidak memperhatikan belajar anaknya, dan kurangnya tanggapan yang serius dari anak atas motivasi orang tua yang telah diberikan kepadanya.

B. Saran- saran

1. Pihak sekolah dan guru hendaknya memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam belajar. Motivasi yang dilakukan berulang-ulang agar mendorong siswa untuk berprestasi dalam belajar.

2. Hendaknya ada jalinan kerja sama antara guru, orang tua dan siswa dalam melekukan kegiatan motivasi belajar, sehingga tercapai tujuan yang efektif dan akan memudahkan siswa dalam memperoleh prestasi yang lebih bagus.

3. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan lagi karakter anak. Orang tua harus mampu membimbing dan memberikan motivasi kepada anak, karena tanpa bimbingan dan motivasi maka prestasi belajar anak akan sulit dicapai. Selain itu orang tua juga harus memperhatikan dan mengawasi pergaulan anak, karena dari pergaulan yang negative anak akan terjerumus dalam hal yang tidak baik.

4. Siswa itu sendiri diharapkan dapat belajar sebaik mungkin, karena keberhasilan dan masa depan kalian sendiri yang menentukan. Dengan giat belajar dan kerja keras maka prestasi dan cita-cita akan tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dan Supriono, Widodo. “Psikologi Belajar”, Jakarta: Rineke Cipta, 1991, Cet. Ke 1

Arifin, H.M “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: Bina Aksara, 1987, Cet. Ke 1 --- “Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum”, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Cet. Ke 3

--- “Ilmu Pengetahuan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, Cet. Ke 3 Arikunto, Suharismi, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Ali, Hasniyati Gani, “Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta: Quantum Teaching, 2008, Cet. Ke 1

Arief, Armai, “Reformulasi Pendidikan Islam”, Jakarta: CRS Press, 2005, Cet. Ke 1

Az-Za’balawi, Muhammad Sayid, “Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu

Jiwa,” Jakarta: Gema Insani Press, 2007, Cet. Ke 1

Azhari, Akyas, “Psikologi Umum dan Perkembangan”, Jakarta: Penerbit Teraju, 2004, Cet. Ke 1


(5)

1980

Hasbullah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Iska, Zikri Neni, “Pengantar Psikologi Umum”, Jakarta: Kizi Brother’s, 2011

Langgulung, Hasan, “Filsafah Pendidikan Islam”, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. Ke 1

Majid, Abdul, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi”, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. Ke 1

Nasir, Salihun, H, “Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema

Remaja”, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. Ke 2

Riduwan, M, “Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula” Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. Ke 6

Sudjana, Nana, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. Ke 3

Suralaga, Fadilah, “Psikologi Pendidikan dalam Persfektif Islam”, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke 1

Suryabrata, Sumardi, “Psikologi Pendidikan Islam” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, Cet. Ke 5

Uno, Hamzah,B, “Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis diBidang Pendidikan”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, Cet. Ke 3


(6)

Usman, Moh. Uzer “Menjadi Guru Profesional”, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005

Yamin, Martinis, “Profesionalisasi Guru & Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Jakarta: Persada Press, 2006, Cet. Ke 1

Yusuf, Khoirul Fuad, “Kajian peraturan dan Perundang-Undangan Pendidikan