Temuan Studi HASIL PENELITIAN

commit to user 74 SMP-SMA yaitu sdr. Heri, bapak Wiji P. dan sdr. Awang dan 3 informan lulusan atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yaitu sdr.Agung, bapak Amos H, sdri. Mirriam A. Dari jumlah informan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa 16,67 merupakan pemilih dengan tipe tradisional dan 83,33 merupakan tipe pemilih rasional.

C. Temuan Studi

Pada sub bab ini peneliti memaparkan hasil yang berhasil dikumpulkan peneliti pada saat penelitian. Kegiatan analisis ini mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat dan ingin dijawab serta menggunakan acuan landasan teori yang relevan dan telah di paparkan. Penelitian ini meneliti mengenai motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres. Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menemukan beberapa temuan studi. Temuan studi tersebut bermula dari terpenuhinya fungsi motivasi yang menyebutkan bahwa motivasi dalam diri seorang pemilih berfungsi untuk mendorong seseorang untuk berbuat yang dalam hal ini adalah mendorong pemilih untuk ikut memilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta. Kemudian fungsi motivasi untuk menentukan arah perbuatan, yaitu mengarahkan pemilih untuk memilih peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta yang pantas menjadi menjadi wakil rakyat. Dan yang terakhir memenuhi fungsi motivasi untuk menyeleksi perbuatan yaitu perbuatan atau tindakan apa yang harus dan perlu dilakukan pemilih sebelum mengambil keputusan untuk memilih salah satu peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta. Berdasarkan fungsi motivasi di atas, menegaskan bahwa pemilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta berusaha memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, yaitu kebutuhan fisik yang terlihat pada sebagian pemilih yang berusaha mendapatkan keuntungan selama pemilihan umum ini berlangsung, kebutuhan sosial yang ditunjukkan adanya loyalitas pemilih terhadap salah satu peserta pemilihan umum dan kebutuhan egoistik pemilih. Dengan demikian indikator-indikator pada penelitian ini bisa dikatakan telah terpenuhi. commit to user 75 Sehingga tepat sekali pendapat yang dikemukakan oleh Brenan dan Lomasky 1977 serta Fiorina 1976 yang dikutip Firmanzah 2007:105 menyatakan bahwa: Keputusan memilih selama pemilu adalah perilaku ekspresif. Perilaku ini tidak jauh berbeda dengan perilaku supporter yang memberikan dukngan pada sebuah tim sepakbola. Menurut mereka, perilaku memilih sangat dipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk memberikan dukungan dan suaranya tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi terhadap partai politik jagoannya atau memilih cenderung memilih ideologi yang sama dengan yang mereka anut dan menjauhkan diri dari ideologi yang bersebrangan dengan mereka. Pendapat di atas sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan tipe pemilih tradisional yang memiliki orientasi ideologi. Meskipun setiap klasifikasi pemilih dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tipe pemilih yaitu tipe tradisional dan tipe rasional dimana masing-masing tipe memiliki orientasi yang berbeda-beda yaitu orientasi ideologi dan policy-problem- solving. Jika tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi telah diuraikan di atas, maka pemilih yang termasuk tipe pemilih rasional dengan orientasi policy- problem solving dalam penelitian ini melakukan penilaian secara ex-post dan ex- ante. Penilaian ex-post ini dilakukan pemilih tradisional yaitu dengan menilai apa saja yang telah dilakukan sebuah partai ataupun wakil rakyat yang berkuasa untuk memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex–ante dilakukan dengan mengukur dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan seorang wakil rakyat ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan. Pada klasifkasi yang pertama yaitu klasifikasi berdasarkan usia, dimana pada klasifikasi ini dibagi menjadi tiga kelompok usia ini mnyebutkan bahwa pemilih dengan usia pemula dan produktif termasuk dalam tipe pemilih rasional, meskipun tidak semua pemilih di usia produktif pada penelitian ini tidak demikian. Sedangkan sebagian dari pemilih dengan usia lanjut termasuk dalam tipe pemilih tradisional. Untuk lebih jelasnya, berikut peneliti uraikan dalam bentuk tabel. commit to user 76 Tabel 11. Motivasi pemilih Berdasarkan Klasifikasi Usia Klasifikasi Usia Pemilih Motivasi Yang Dimiliki 17 th - 25 th Rasa ingin tahu untuk merasakan bagaimana memilih secara langsung dalam pemilihan umum Terdorong lingkungan disekitarnya untuk memilih meskipun pada saat memilih tetap berdasarkan keyakinannya sendiri Terdorong oleh kesadaran diri sendiri terhadap hak sekaligus kewajiban sebagai warga negara yang baik dalam pelaksanaan pemilihan umum Terdorong oleh keinginan untuk memilih wakil rakyat yang dianggap bisa memimpin rakyat dengan memperhatikan prestasi apa saja yang telah dicapai dan kebijakan yang telah dibuatnya serta program apa yang ditawarkan 26 th – 45 th Terdorong oleh harapan tentang kehidupan dan keseahteraan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui pemilihan umum Terdorong oleh kesadaran diri mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam mengikuti pemilihan umum sama dengan motivasi pemilih pemula Terdorong oleh pengalaman mengenal sosok salah satu peserta pemilihan umum melalui lawatan yang pernah dilakukan oleh peserta tersebut 46 th - lanjut Adanya iming-iming atau imbalan yang ditawarkan oleh tim sukses dari calon anggota DPRD yang ikut mencalonkan diri dalam pemilihan umum anggota DPRD. Keikutsertaan pemilihan umum terdorong oleh faktor penyelenggaraan pemilihan yang hanya diadakan 4 tahun sekali Terdorong oleh harapan tentang kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui pelaksanaan pemilihan umum ini sama dengan motivasi pemilih usia produktif. Kemudian pada klasifikasi kedua yaitu klasifikasi pemilih menurut jenis kelamin, menyebutkan bahwa sebagian besar pemilih perempuan berpandangan bahwa seorang perempuan tidak pantas menjadi pemimpin meskipun hanya sebatas wakil rakyat di DPRD. Hal ini kemudian membuat perempuan termasuk dalam tipe pemilih tradisional. Karena meskipun mereka memilih namun mereka lebih cenderung memperhatikan figur dan wibawa dari peserta pemilihan umum daripada visi misi ataupun program kerja yang ditawarkan. Sebaliknya sebagian commit to user 77 besar laki-laki yang menjadi informan dalam penelitian ini cenderung lebih memperhatikan visi misi serta program kerja yang ditawarkan masing-masing peserta pemilihan umu tersebut. Hal inilah yang membuat sebagian besar informan laki-laki termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy- problem-solving. Untuk lebih jelas akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini, yaitu Tabel 12. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin Klasifikasi Jenis Kelamin Motivasi Yang Dimiliki Laki-laki Terdorong dengan memperhatikan segi kepantasan peserta pemilihan umum menjadi pemimin dengan mempertimbangkan pengalaman di bidang plitik, latar belakang pendidikan dan prestasi yang telah dicapai Terdorong oleh kesadaran diri pemilih yang mempunyai hak dalam mengikuti pemilihan umum dan prestasi yang telah dicapai di bidang kemasyarakatan serta program- program yang berpihak kepada rakyat. Perempuan Terdorong oleh rasa simpatik terhadap salah satu peserta pemilihan umum yang dinilai berwibawa dan memiliki kharisma Terdorong karena adanya hubungan kekerabatan antara pemilih dengan salah satu peserta pemilihan umum. Namun hal ini berbeda dengan klasfikasi ketiga yaitu pemilih menurut status ekonomi. Status disini dapat diartikan sebagai kedudukan, Soerjono Soekanto 2002:239 mengatakan bahwa: “Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.” Sehingga dapat dikatakan bahwa status ekonomi pemilih dalam penelitian ini dapat menentukan pula kedudukannya dalam suatu kelompok sosial. Kriteria yang digunakan untuk menggolongkan pemilih ini juga dikemukakan oleh Soerjono Soekanto 2002:237-238, yaitu: “Ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan.” commit to user 78 a. Ukuran Kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mengenakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. b. Ukuran Kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar maka akan menempati lapisan atas. c. Ukuran Kehormatan Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati menempati lapisan teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan orang tua atau mereka yang pernah berjasa. d. Ukuran Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang menjadi ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar tersebut walau tidak halal. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan maka diketahui bahwa kedudukan seseorang tidak bisa lepas dari kedudukan berdasarkan jumlah penghasilannya. Jika dalam penelitian ini pemilih hanya dibagi dalam dua lapisan yaitu lapisan menengah ke atas yaitu dengan penghasilan lebih dari Rp 2.500.000 per bulan dan lapisan menengah ke bawah yaitu dengan penghasilan di bawah Rp 2.500.000 per bulan. Maka pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Soerjono Soekanto 2002:245 yaitu: Status ekonomi dapat dikategorikan menjadi : a. Status ekonomi menengah kebawah yaitu dengan penghasilan Rp.1.000.000; per bulan. commit to user 79 b. Status ekonomi menengah yaitu dengan penghasilan Rp 1.000.000; sampai dengan Rp 2.500.000; per bulan. c. Status ekonomi menengah ke atas yaitu dengan penghasilan di atas Rp 2.500.000; per bulan. Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak semua informan dengan status ekonomi menengah ke atas merupakan tipe pemilih rasional, tapi ada pula yang menjadi tipe pemilih tradisional karena sebagian dari mereka masih memperhatikan hubungan kekerabatan dengan peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta ini. Berikut ini akan dipaparkan motivasi yang dimiliki oleh pemilih yang termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu sebagai berikut : Tabel 13. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi Klasifikasi Status Ekonomi Motivasi Yang Dimiliki Status ekonomi menengah ke atas Termotivasi untuk ikut menentukan siapa yang pantas menjadi wakil rakyat melalui pemilihan umum ini Termotivasi oleh perubahan yang akan terjadi melalui pemilihan umum Terdorong untuk ikut mewujudkan demokrasi melalui pemerintahan yang adil dan bersahaja serta masyarakat yang sejahtera Termotivasi karena ada kerabat yang ikut menjadi peserta pemilhan umum sama dengan motivasi masyarakat menengah ke bawah Status menengah ke bawah Termotivasi karena ada kerabat yang ikut menjadi peserta pemilhan umum Terdorong karena rasa bangga serta keuntungan yang didapat apabila kerabatnya menjadi anggota DPRD Terdorong oleh rasa loyalitas terhadap salah satu peserta peilihan umum Kemudian pada klasifikasi terakhir yaitu klasifikasi menurut tingkat pendidikan diperoleh data bahwa semakin tinggi seseorang menempuh pendidikan belum tentu orang tersebut lebih kritis dan lebih memanfaatkan logikanya dalam commit to user 80 mengambil keputusan dibanding dengan pemilih yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah, khususnya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta. Untuk lebih jelasnya berikut motivasi yang dimiliki oleh pemilih dalam penelitian ini di tiap tingkat pendidikan. Tabel 14. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Klasifikasi Pendidikan Motivasi Yang Dimiliki SD Terdorong oleh keinginan untuk melihat bangsa Indonesia lebih baik SMP Termotivasi untuk membantu negara dalam mewujudkan demokrasi SMA Termotivasi untuk menggunakan suara secara tepat sasaran yaitu melalui pemilihan umum PT Terdorong oleh partai yang membawa peserta pemilu dalam pemilihan umum Kesadaran dalam mewujudkan demokrasi bersama dengan pemerintah melalui pemilihan umum Selain motivasi pemilih dari beberapa klasifikasi di atas, peneiti juga menemukan suatu temuan bahwa berdasarkan dari sampel yang telah diwawancarai yaitu 24 informan, 54,16 diantaranya merupakan pemilih dengan tipe rasional atau sebanyak 13 informan, sedangkan 45,83 merupakan pemilih tipe tradisional atau sebanyak 11 informan. Demikianlah temuan studi yang diperoleh peneliti pada saat menganalisis data dalam rangka menyusun hasil laporan penelitian yang berjudul “Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD Surakarta Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.” commit to user 81

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada klasifikasi usia motivasi yang dimiliki pemilih dalam pemilihan umum anggota DPRD berbeda-beda, semakin matang seseorang ternyata ikut menentukan bagaimana motivasi yang dimiliki. Matang disini tidak berarti bahwa semakin besar angka usianya akan semakin kritis. Sebaliknya di usia- usia awal menjadi pemilih ternyata menimbulkan keingintahuan yang besar khususnya mengenai pemilihan umum anggota DPRD ini. Pemilih pemula 17th-25th cenderung lebih kritis daripada pemilih yang sudah pernah mengalami pemilihan umum berulang-ulang. Oleh karena itu pemilih pemula dan pemilih dengan usia produktif 26th-45th termasuk dalam tipe pemilih rasional karena lebih berorientasi pada policy-problem-solving yang cenderung memperhatikan visi misi dan program yang ditawarkan oleh peserta pemilihan umum anggota DPRD yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya pada pemilih usia lanjut 46th-lanjut termasuk pada tipe pemilih tradisional karena sebagian besar lebih memperhatikan hubungan kekerabatan, persamaan sosial budaya dengan peserta pemilihan umum daripada program kerja yang ditawarkan. Hal itu menjelaskan bahwa tipe pemilih ini memiliki orientasi ideologi, dimana salah satu karakteristik yang menonjol pada pemilih ini adalah loyalitas tinggi pada salah satu peserta pemilihan umum yang didukungnya. Meskipun tidak semua informan pada usia lanjut termasuk pada tipe tradisional dengan orientasi ideologi. 2. Pada klasifikasi jenis kelamin ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Dari hasil analisis data menyebutkan bahwa sebagian besar informan laki-laki termasuk tipe pemilih rasional karena mereka lebih

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

0 3 76

IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Implementasi Hak Anak Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta (Studi Kasus Kota Layak Anak di Surakarta Tahun 2014).

0 3 16

IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Implementasi Hak Anak Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta (Studi Kasus Kota Layak Anak di Surakarta Tahun 2014).

0 4 9

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN Kesiapsiagaan Masyarakat Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta Terhadap Ancaman Benana Banjir.

0 2 14

KESIAPSIAGAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Dan Tingkat Pendidikan Bencana Banjir Di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 17

KESIAPSIAGAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Dan Tingkat Pendidikan Bencana Banjir Di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 10

REKRUTMEN ANGGOTA PARTAI POLITIK PDIP DAN PKS DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2012 Rekrutmen Anggota Partai Politik PDIP Dan PKS Di Kecamatan Jebres Surakarta Tahun 2012.

0 1 16

REKRUTMEN ANGGOTA PARTAI POLITIK PDIP DAN PKS DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2012 Rekrutmen Anggota Partai Politik PDIP Dan PKS Di Kecamatan Jebres Surakarta Tahun 2012.

0 1 13

Implementasi Kebijakan Partisipasi Anak dalam Pembangunan di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 0 13

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA.

0 0 1