Manajemen Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (Pdu-Mui) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan Ulama Muda

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh : Sumiyati NIM : 108053000023

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILAMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

JAKARTA 2013 M/ 1434 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Manajemen Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat dalam Menciptakan Ulama Muda.

ABSTRAK

Islam saat ini sedang dihadapi oleh masalah umat yang begitu kompleks, maka peran seorang ulama sangat dibutuhkan dalam hal ini. Akan tetapi figur seorang ulama yang bagai manakah yang dapat mengatasi hal ini! MUI sebagai organisasi Islam yang merupakan wadah berkumpulknya ulama cukup memberi perhatian dalam hal ini. Terbukti dengan membentuk program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (MUI) yang dilakukan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta. Program ini cukup penting bagi kegiatan dakwah yang berlangsung di Jakarta, terutama bila dilihat dari kondisi masyarakat Ibu Kota Jakarta. Di mana program ini bertujuan untuk menciptakan generasi ulama muda.

Bila dilihat dari pentingnya pelatihan ini, maka manajemen merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itulah, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui penerapan fungsi manajemen yang dilakukan PDU dalam menciptaklan ulama serta untuk mengetahui keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lainnyda dalam menciptakan ulama muda.

Metodelogi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. dalam pengumpulan data, teknik yang penulis gunakan adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara.

Program pelatihan ini merupakan program yang melatih generasi muda yang berminat dan memiliki pengetahuan keagamaan, untuk kemudian di latih sebagai penerus ulama yang ada sekarang, dengan tidak dikenakan biaya sama sekali. Pada program ini para peserta di berikan pengetahuan keagamaan yang meliputi pengetahuan Al-Qur’an, Hadits, sejarah, Fiqih, dan ilmu-ilmu lain yang akan mendukung dari tujuan yang diharapakan pihak penyelenggara. Pelatihan ini lebih menekankan metode kuliah. Di mana peserta pelatihan ini dikenal dengan mahasiswa sedangkan pelatihnya dikenal dengan dosen. Karena pelatihan ini memakai metode kuliah, maka mahasiswanya lebih banyak berada di ruang kelas.


(6)

ii

Terukur rasa syukur kupersembahkan kepada Allah AWT, karena telah melimpahkanrezeki dan nikmat yang berlimpah ruang kepada penulis. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, sera orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman, karena beliaulah yang senantiasa menjadi suri auladan bagi umatnya agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Tidak lupa penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin, tanpa bantuan dan dukungan tersebut sulit rasannya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebasar-besarnya kepada :

1. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Pembantu Dekan bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, bapakDrs. H. Mahmud Jalal, MA, dan bapak Drs. Study Rizal LK, MA

3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan bapak H. Mulkanasir, BA. Spd. MM selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah, karena telah mengizinkan penulis untuk menggunakan


(7)

iii

4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah begitu bannya memberikan begitu banyak wawasan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Muhammad dan Ibunda Asiyah serta semua keluarga. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

7. Seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-bukunya sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh staff Badan Pelaksana PDU (M. Naufal Al-Haq. SPd.i) yang telah

banyak membantu penulis dan telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan pebelitian serta terimakasih atas masukan yang berarti bagi penulis. 9. Sahabat-sahabatku Eni Yurtianah, Nur Hikmah, dan Astrianih yang selalu

menemani suka duka selama menempuh mendidikan di UIN ini.

10.Teman-temanku jurusan MD (A dan B) yang selama ini telah bersama-sama menempuh pendidikan selama hampir 4 tahun (kenangan itu akan selalu ada).


(8)

iv

mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca yang baik. Aamiin.

Jakarta, 28 Oktober 2012


(9)

v

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodelogi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

Bab II. Landasan Teoritis A. Manajemen Pelatihan 1. Pengertian Manajemen Pelatihan ... 11

2. Unsur-unsur Manajemen Pelatihan ... 14

3. Langakah-langkah Manajemen Pelatihan ... 23

B. Pendidikan Dasar Ulama (PDU) 1. Pendidikan ... 26

2. Ulama ... 30

3. Gambaran Umum Pendidikan Dasar Ulama (PDU)... 34 Bab III. Gambaran Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI)


(10)

vi

C. Peran Majlis Ulama Indonesia ... 49

D. Susunan Pengurus Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat ... 52

Bab IV. Temuan Lapangan dan Analisisa Manajemen Pelatiahan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat dalam Menciptakan Ulama Muda A. Temuan Lapangan dan Analisa Penerapan Fungsi Manajemen Terhadap pelakanaan Program Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan Ulama Muda ... 54

1. Perencanaan (Planning) ... 55

2. Pengorganisasian (Organizing) ... 60

3. Penggerakan (Actuatung) ... 65

4. Pengawasan (Controlling) ... 73

B. Temuan Lapangan dan Analisis Unsur Manajemen Pelatihan yang Memiliki Keterkaitan dalam Proses Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan Ulama Muda ... 79

Bab V. Penutup A. Kesimpulan ... 82


(11)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang sempurna, karena di dalam Islam memuat berbagai macam persoalan kehidupan yang dialami manusia. Islam juga memberi petunjuk bagi kehidupan manusia dan semua persoalan yang dialami oleh manusia, karena Islam adalah agama yang berdasarkan ilmu, baik ilmu yang berkaitan dengan dunia maupun ilmu yang berkaitan dengan akhirat, di mana ilmu itu sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia.

Bahkan pada wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sangat jelas menggambarkan bahwa Islam merupakan agama ilmu, yang senan tiasa belajar dan membaca. Wahyu tersebut adalah suarat Al-Alaq ayat 1-5, yaitu:

                                  

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.


(13)

Selain tercermin dari ayat tersebut, bukti kalau Islam merupakan agama Ilmu juga terlihat pada sikap Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada era-Madinah yang merupakan proses awal berdirinya kelembagaan pendidikan Masjid, terutama setelah Rasulullah mendirikan Masjid Quba.1

Dari kenyataan di atas semakin menegaskan bahwa Islam sangat menaruh perhatian terhadap Ilmu. Oleh karena itulah sebagai penerus agama Islam kita dituntut untuk terus belajar, baik untuk mempelajari ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum yang saat ini lebih didominasi oleh bangsa Barat.

Bila dilihat dari sisi agama Islam, kita sebagai umat Islam mengemban tugas sebagai penyampai risalah Rasulullah SAW kepada generasi berikutnya dan tidak mungkin kita menyampaikan risallah Rasulullah tanpa bekal ilmu.

Terlebih lagi bila dilihat dari tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi mereka yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta. Di mana menurut informasi yang diperolah dari berbagai mass media dapat diketahui bahwa masyarakat Jakarta saat ini dihadapkan pada berbagai masalah yang cukup berat, seperti : adanya konflik sosial antara suku dan kelompok, tawuran antara pelajar, penjarahan, pembunuhan, penggunaan obat-obat terlarang (Narkotika),

1

Samsul Nizar, sejarah dan pergolakan pemikiran pendidikan Islam, (Jakarta:Quantum Teaching, 2005), h. 13.


(14)

pelanggaran tata tertib lalu lintas serta berbagai pelanggaran hak-hak asasi manusia lainnya.2

Walupun dalam agama Islam setiap umatnya dianjurkan untuk menyampaikan ilmu (risalah Rasulullah), akan tetapi ada orang-orang yang lebih khusus dan fokus dalam menyampaikan risalah ini yang dikenal dengan Ulama, Ustad atau Kiyai.

Bila dilihat dari kondisi yang terjadi tersebut, untuk menghasilkan pendidikan (penyampaian ilmu) yang baik khususnya yang berkaitan dengan agama Islam, maka dibutuhkan strategi pembinaan kualitas bagi para calon penyampai agama Allah SWT (ulama muda) atau pun bagi ulama yang sudah terbilang berpengalaman. Di mana pembinaan ini berfungsi sebagai bekal dalam menyampaikan ilmu (risalah Rasulullah), pembinaan ini bisa melalui 2 jalur pendidikan. Pertama, melalui jalur pendidikan formal. Di mana mereka harus diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikan pada perguruan tinggi yang secara khusus mencetak para mubaligh/ulama. Kedua, melalui jalur pelatihan secara terperogram sebagaimana yang dilakukan oleh Koordinator

Da’wah Islam (KODI) DKI Jakarta selama ini.3

Strategi ini pulalah yang dilakukan oleh MUI sebagai organisasi Islam yang berada di Indonesia. Strategi yang dilakukan MUI adalah dengan membentuk sebuah program pelatihan bagi calon-calon ulama yang dianggap layak untuk mengikuti program pelatihan ini dengan memenuhi syarat-syarat

2

Abuddin Nata, manajemen pendidikan, (Jakarta : PRENADA MEDIA, 2003), h. 148. 3


(15)

yang telah ditetapkan. Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan ulama muda yang berkualitas. Salah satu syarat untuk mengikuti pelatihan ini ialah : calon peserta harus berijazah minimal madrasah Aliyah/sederajat dan bermukim di Jakarta. Program pelatihan ini dikenal dengan PDU (Pendidikan Dasar Ulama) yang dibentuk oleh MUI khususnya MUI Propinsi DKI Jakarta.

Program pelatihan PDU ini mempelajari materi-materi ke Islaman ditambah dengan praktek, yang meliputi : pelatihan berpidato atau ceramah, pelatihan pengurusan jenazah dan lain-lain.

Pelatihan ini diadakan oleh MUI Provinsi DKI Jakarta yang berada di setiap Kota Administrasi, yaitu : Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Jika dilihat dari nama program pelatihan ini, maka tenaga pelatih yang direkrut dalam program ini merupakan pelatih yang terbilang kompeten khususnya dibidang pengetahuan agama Islam.

Pelatihan ini merupakan program MUI yang kedudukannya sudah tidak diragukan lagi khususnya bagi bangsa Indonesia, akan tetapi bukan berarti dalam pelaksannya program pelatihan ini tidak memiliki kekurangan. Hal ini, dapat dilihat pada pelaksanaan manajemen yang dilakukan PDU ini yang meliputi: 1) Sosialisasi yang dilakukan masih dirasa kurang, karena pada kenyataannya kegiatan ini hanya diketahui oleh segelintir orang saja yang mengakibatkan respon masyarakat yang timbul pun sedikit, 2) Kurang tegasnya pelaturan yang diberlakukan, sehingga berkurang pula tingkat kedisiplinan peserta dalam mengkuti pelatihan ini, 3) dari segi materi yang diterapkan pun


(16)

masih dirasa kurang, di mana materi yang disampaikan hanya seputar agama saja tanpa ada materi pendukung seperti teknologi.

Dari masalah-masalah yang dihadapi tersebut maka diperlukan sebuah manajemen yang baik. Terutama bila dilihat dari pentingnya pelatihan ini bagi dunia Islam agar benar-benar dapat menciptakan Ulama-ulama yang berkualitas, Karena tanpa adanya manajemen yang baik maka pelatihan ini kemungkinan tidak berarti apa-apa.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih gamblang mengenai manajemen pelatihan

Pendidikan Dasar Ulama yang kemudian penulis beri judul “Manajemen

Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat dalam Menciptakan Ulama Muda”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Memperhatikan luasnya masalah yang diuraikan maka penulis pemfokuskan dan membatasi pada masalah manajemen, yaitu POAC yang dilakukan pada program ini, serta untuk mengetahui keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lain dalam menciptakan ulama muda yang selama ini berlangsung dalam proses pelaksanaan program PDU. Untuk lebih membatasi masalah yang akan penulis lakukan, maka penulis hannya melakukan penelitian pada angkatan ke lima.


(17)

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana penerapan fungsi manajemen (POAC) yang dilakukan oleh PDU Kota Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda?

b. Apakah ada keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lain dalam menciptakan ulama muda?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitin 1. Tujuan penelitian

a. Mendeskripsikan praktek fungsi manajemen dalam aktivitas PDU Kota Administrasi Jakarta Barat.

b. Mendeskripsikan pelatihan apa saja yang dilakukan PDU Kota Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.

c. Untuk mengetahui keterkaitan antara unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lain dalam menciptakan ulama muda

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sumbangan sebagai bahan untuk memperkaya khasanah keilmuan.

b. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perbaikan berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini.

D. Tinjauan Pustaka

1. Mamanajemen Pelatihan Dakwah pada Pondok Pesantren AL-Hikmah Curug Tangerang. Penulis Susilawati thn 2007. Skripsi ini membahas


(18)

mengenai manajemen yang dilakukan pada pondok pesantren AL-Hikmah, di mana manajemen yang dibahas pada skripsi ini mengenai fungsi manajemen ( POAC) dan faktor pendukung serta penghambat yang dialami oleh pondok pesantren ini.

2. Implementasi Unsur-Unsur dan Fungsi Manajemen pada Pondok Pesantren AL-Hamidia Sawangan Depok penulis Muhammad Ridwan thn 2009. Skripsi ini membahas tentang unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 6M yaitu : man (manusia), money (uang), matrial (Bahan), machines (mesin), methods (metode), dan market (pasar). Serta rungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari : POAC (planning), organizing, actuating, controlling. Yang diterapkan oleh pondok pesantren AL-Hamidia Sawangan Depok dalam kegiatannya.

3. Aktivitas Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Jakarta Barat dalam Memdidik Ulama. Penulis Slamet Khumaedi (KPI ). Skripsi ini membahas mengenai aktivitas PDU dalam mendidik calon ulama, di mana penulis membahas mengenai segala aktivitas yang dilakukan PDU yang meliputi: kegiatan formal dan informal yang dilakukan oleh pengurus PDU. Serta out put yang diharapkan.

E. Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field Research) di mana peneliti langsung terjun


(19)

kelapangan (objek penelitian) untuk langsung mengamati. Dalam hal ini mengenai manajemen pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif : yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4 Dalam hal ini yang penulis teliti adalah manajemen pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administras Jakarta Barat dalam menciptakan ulama muda.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor MUI Jakarta Barat yang berada di gedung Walikota Administrasi Jakarta Barat Jln. Raya Kembangan No. 2. Sedangkan waktu penelitian berkisar antara bulan Mei-Oktober.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, meliputi:

a. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang dibutuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang ada. b. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung yang peneliti

lakuakan pada pelaksanaan manajemen PDU Jakarta Barat untuk

4

Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2007), cet. Ke-33, h. 4.


(20)

memperoleh gambaran yang jelas mengenai manajemen yang dilakukan oleh PDU ini.

c. Wawancara yang penulis lakukan secara langsung dengan pihak pelaksana PDU.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperoleh semua terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan analisis data melalui pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, untuk kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini maka penulis akan memberikan penjelasan dan gambaran kedalam beberapa bab, yaitu:

Bab I : Dalam bab I ini penulis menggambarkan beberapa hal yang meliputi : latar belakang yang menjadi awal pemikiran dalam mengambil judul skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis: dalam bab II ini penulis akan memaparkan teori tentang manajemen pelatihan dan ruang lingkup Pendidikan Dasar Ulama.

A. Bab III : Gambaran umum Majlis Ulama Indonesia (MUI): pada bab

III ini penulis akan memaparkan gambaran umum Majlis Ulama Indonesia kedalam beberapa aspek yang terdiri dari : sekilas sejarah


(21)

berdirinya, visi – misi, peran MUI, da struktur kepengurusan Majlis Ulama Indonesia Jakarta Barat..

Bab IV : Hasil penelitian: pada bab ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data mengenai fungsi manajemen terhadap program pelatihan yang diterapkan Pendidikan Dasar Ulama dalam menciptakan ulama muda dan keterkaitan unsur manajemen pelatihan yang satu dengan yang lainnya dalam menciptakan ulama muda.

Bab V : Penutup: dalam bab V ini adalah akhir yang meliputi kesimpulan dan saran bagi badan penyelenggara PDU Kota Administrasi Jakarta Barat. Daftar Pustaka


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Pelatihan

1. Pengertian Manajemen Pelatihan

Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim yang berarti suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.1

Sedangkan secara istilah banyak sekali pendapat para ahli yang mengartikan istilah manajemen. Diantaranya sebagai berikut :

a. Menurut George R. Terry, manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas perencanaa, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.2

1

M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, manajemen Dakwah, cet. 2, ( Jakarta : kencana prenada Medi Group, 2009), h. 9.

2

Soewarno Handayaningrat, Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen, (Jakarta: Guning Agung), h. 20.


(23)

b. Menurut Robert Kreitner, manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.3

c. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.4

Sedangkan pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pakerjannya sekarang.5 Sedangkan dalam sumber lain, mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematik perubahan perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional.6

Dari pengertian manajemen dan pelatihan di atas, dapat penulisa kimpulkan bahwa : Manajemen pelatihan adalah suatu proses kerja yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai dengan merubah prilaku pegawai dalam satu arah untuk dapat meningkatkan pekerjannya yang melibatkan sumberdaya manusia maupun sumber-sumber lain dengan proses

3

Zaini Muahtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, cet. 2, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), h. 36.

4

Malayu S.P. Hasibuan, manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001), h. 2.

5

Mutiara S. Pangabean, manajemen sumber daya manusia, cet. 2, (Bogor: Ghalia Indonnesia, 2004), h. 41.

6

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, manajemen sumber daya manusia (konsep, teori dan pengembangan dalam konteks organisasi publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 219.


(24)

kerja yang meliputi : perancanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasional.

Dalam setiap manajemen memiliki fungsi yang harus dilalui agar proses manajemen dapat berjalan dengan baik begitu pula dengan manajemen pelatihan. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa fungsi manajemen berdasarkan pendapat beberapa ahli, sebagai berikut :7

a. Menurut Dr. S.P Siagian, M.P.A fungsi-fungsi manajemen ada 5 macam yaitu : 1) Planning, 2) Organizing, 3) Motivating, 4) Controlling, dan 5) Evaluating.

b. Menurut William Sringel, fungsi-fungsi manajemen ada 3, yaitu : 1) Planning, 2) Organizing, dan 3) Controlling. William Sringel tidak menggunakan istilah actuating atau aktivitas karena dianggap sudah inklusif di dalam organizing. maksudnya organizing sudah mencakup actuating, yaitu ketika sang manajer menggerakkan sumber daya organisasi berarti ia telah melakukan kegiatan atau aktivitas organisasi. c. Menurut Henri Fayol, fungsi-fungsi manajemen ada 5 yang disebut

dengan POC3, yaitu : 1) Planning, 2) Organizing, 3) Commanding, 4) Cordinating, dan 5) Controlling.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa paling tidak ada empat macam fungsi manajemen, yang lebih dikenal dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Di mana ke-4

7

Mufham Al-Amin, manajemen Pengawasan : Refreksi dan Kesaksian Seorang Auditor, (Tanggrang, 2006), h. 39-40.


(25)

fungsi manajemen tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry seperti : 8

a. Perencanaan (Planning) : adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungn dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapai hasil yang dikehendakinya. b. Pengorganisasian (Organizing): menentukan, mengelompokkan dan

pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas tersebut. c. Penggerakan (Actuating) : usaha agar semua anggota kelompok suka

melaksanakan tercapainnya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada perencanaan dan usaha pengorganisasianya.

d. Pengawasan (Controlling) : proses penentuan yang harus diselesaikan yaitu pelaksanaan dan penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana.

2. Unsur-Unsur Manajemen Pelatihan

Berdasarkan pendapat Drs. H. Ibrahim Lubis, unsur-unsur manajemenada enam yang dapat pula dikatakan bahwa ke enam unsur ini

8

Soewarno Handayaningrat, Pengantar study Ilmu Administrasi dan Managemen, h. 25-26.


(26)

merupakan gabungan dari unsur-unsur majemen yang di kemukakan oleh M. Manulang dan George R. Terry. Keenam unsur tersebut meliputi : 1) Men (orang), 2) Material (bahan), 3) Machines (mesin), 4) Methods (metode), 5) Money (uang), dan 6) Markets (pasar)9.

Bila diaplikasikan dalam unsur-unsur manajemen pelatihan meliputi : a. Men (pelatih)

Men adalah tenaga (orang) yang terlibat dalam sebuah kegiatan. Dalam manajemen pelatihan, Men dapat diaplikasikan pada pelatih, karena pelatih merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini. Di mana Pelatih memegang peran yang cukup penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih yang ahli, dan berkualifikasi profesional. Berikut ini beberapa syarat seorang penatar atau pelatih yang baik, sebagai berikut :10

1) Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Ia harus dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar peserta mampu untuk bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinnya.

2) Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan.

9

Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, cet. 3, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 110-111. 10

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia, cet. 10, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 74-75.


(27)

Jadi suarannya jelas, tulisannya baik, dan kata-katannya mudah dipahami peserta.

3) Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.

4) Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang sosial agar terjamin kepercayaan dari para peserta. Ia harus suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta dapat menghargai pendapat orang lain.

5) Technical Competent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil keputusan.

Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakkan/keibuan, keterbukaan, tidak pendendam, serta mampu memberikan penilaian yang objektif.

b. Material (Bahan Pelatihan)

Bahan pelatihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan dapat ditulis dalam bentuk buku paket yang berisi materi pelatihan dengan memperhatikan faktor-faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan.11

11

Oemar Hamalik, manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu,( jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet 4, h. 36.


(28)

c. Machines

Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi ataupun kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat yang di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll.

d. Methods (Metode)

Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode manajemen pelatihan meliputi :12

1) Belajar sambil bekerja (learning on the job).

2) Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan). 3) Kuliah (lectures).

4) Pemecahan masalah (problem solving). 5) Bacan-bacan khusus yang direncanakan. 6) Kursus studi (studi course).

7) Konferensi dan seminar.

8) Pengajaran dengan mesin (teaching machine).Kepanitiaan (committee).

9) Pertemuan-pertemuan khusus. 10)Rotasi jabatan.

11)Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll.

12


(29)

Sedangkan metode manajemen pelatihan berdasarkan jenis metode yang diberikan meliputi :

1) Metode On the job training (latihan sambil bekerja)

Hampir 90% pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan diperoleh melalui motode on the job training. Prosedur motode ini berupa informal, observasi sederhana, dan mudah serta praktis. Pegawai mempelajari pekerjaannya dengan mengamati pekerja yang lebih senior yang sedang bekerja, dan kemudian mengobservasi prilakunya.13

Metode on the job training merupakan upaya melatih karyawan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya. Oleh karenannya, pelatih pada metode ini merupakan pegawai dalam yang dianggap mempunyai kemampuan yang bidang tersebut.

Metode on the job training meliputi program magang, rotasi pekerjaan, dan understudy atau coacing.14

a) Program Magang : Program magang menggabungkan pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan dengan instruksi yang didapatkan dari ruang kelas. Seorang karyawan baru

13

Anwar Prabu Mangkunegara, perencanaan dan pengembangan SUMBER DAYA MANUSIA,( Bandung : PT Rafika Aditama, 2006), h. 62.

14


(30)

ditugaskan pada karyawan yang ada saat itu selama jangka waktu yang ditentukan.

b) Rotasi Pekerjaan : metode ini mengharuskan karyawan berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain dalam jangka waktu yang direncanakan.

c) Understudy atau Coaching : Understudy atau coaching yaitu teknik pelatihan yang dilakukan dengan praktik langsung dengan orang yang sudah berpengalaman atau atasan yang dilatih.

2) Metode Off the job training

Metode ini merupakan metode pelatihan yang dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja. metode off the job training meliputi :

a) Bimbingan berencana (programmed instruction) : Metode bimbingan berencana terdiri dari serangkaian langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Metode bimbingan berencana meliputi langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu melalui prosedur yang berhubungan dengan penguasaan keterampilan khusus atau pengetahuan umum. Bimbingan berencana dapat dilakukan dengan menggunakan buku dan mesin petunjuk pengajaran (teaching machine).


(31)

b) Metode konfrensi : Konfrensi merupakan suatu pertemuan formal tempat terjadinnya diskusi atau konsultasi tentang suatu yang penting. konfrensi menekankan adanya diskusi kelompok kecil, materi pembelajaran yang terorganisasi dan melibatkan peserta aktif.

c) Metode kuliah : Kuliah merupakan suatu ceramah yang disampaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Keuntungan metode kuliah adalah dapat digunakan untuk kelompok besar sehingga biaya peserta menjadi rendah dan dapat disajikan banyak bahan dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan kelemahannya adalah, peserta lebih bersikap pasif, komunikasi hanya satu arah, sehingga tidak ada umpan balik dari peserta. Oleh karena itu, metode kuliah harus dikombinasikan dengan metode-metode lainnya seperti diskusi dan tanya jawab.

d) Studi kasus : Studi kasus adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara hipotesis. Pada merode studi kasus, peserta diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan merekondasi pemecahan masalah-masalahnya.15

e) Vestibule training : Training ini dilakukan dalam suatu ruangan khusus terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan

15


(32)

pada pekerjaan sebenarnya. Contohnya, seorang calon astronot yang mensimulasikan kondisi penerbangan di NASA.

f) Management games : Petatar dibagi dalam kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok-kelompok bersaing dalam simulasi pasar. Contoh : masing-masing kelompok tersebut ditugaskan mengambil keputusan yang tepat dan cepat tentang harga pokok produksi, jumlah barang, dan harga pemasaran.

g) Seminar : Metode seminar ini bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta untuk menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang lain (pembawa makalah). Peserta dilatih agar dapat mempersepsi dan mengevaluasi serta memberikan saran-saran, meneriman atau menolak pendapat atau usul-usul orang lain.

h) Permainan peran (role playing) : Petatar memainkan peran tertentu di mana diberikan suatu permasalahan dan bagaimana seandainya petatar tersebut menangani permasalahan yang ada. Teknik ini dapat digunakan untuk mengubah sikap petatar. Seperti misalnya menjadi lebih toleran terhadap perbedaan individual dan juga dapat


(33)

digunakan untuk mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain (antarpribadi).16

e. Money

Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu pula dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang pastinya lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan, dan alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang diinginkan.

f. Market (Peserta)

Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang dalam sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program pelatihan harus sesuai dengan market (peserta), dengan mempertimbangkan :17

1) Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian.

2) Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3) Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.

4) Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. 5) Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

16

Mutiara S. Pangabean, manajemen sumber daya manusia, h. 49. 17


(34)

6) Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui melalui tes seleksi.

3. Langkah-langkah Manajemen pelatihanan

Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap-tahap manajemen pelatihann terdiri atas : 18

a. Analisis Kebutuhan

Dalam menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan tujuan dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.

2) Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang.

3) Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan ketidak puasan terhadap kompensasi.

18


(35)

b. Rancangan Instruksional

Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus disiapkan yang meliputi :

1) Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan program.

2) Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan. c. Validasi

Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa program ini dapat berhasil.

d. Implementasi

Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap pelatihan), tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi pelatihan, dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap hasil pelatihan.


(36)

e. Evaluasi

Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Donald

L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana pelatihan dapat dievaluasi, meliputi :19

1) Reaksi : Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner kepada mereka.

2) Pembelajaran : Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk membandingkan hasilnya.

3) Prilaku : Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : (1) mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan (2) mengamati kinerja pada pekerjaan.

4) Hasil : Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas,

19

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Managemen : Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Salemba Empat, 2006), h. 330-331.


(37)

waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan setalah pelatihan.

B. Pendidikan Dasar Ulama (PDU) 1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuaatan, (hal, cara, dan sebagainya) mendidik.20

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membimbing keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.21

Sedangkan secara istilah Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pemilik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik terhadap

20

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Hakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 4. 21

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindi Persada, 2006), h. 1.


(38)

terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan pengertian ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu, (1) usaha (kegiatan ) yang bersifat bimbingan, pimpinan, dan pertolongan yang dilakukan secara sadar. (2) ada pendidik, pembimbing atau penolong, 3) ada yang didik atau si terdidik, 4) adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan 5) dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.22

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan seseorang atau kelompok di mana hal tersebut dilakukan secara sadar untuk mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.

Sedangkan dalam konteks agama Islam, kata pendidikan mengacu kepada tiga kata yaitu al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang populer digunakan dalam praktek pendidikan adalah al-tarbiyah.23

Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa pendapat yang dikemukan oleh beberapa ahli. Di mana para ahli pendidikan Islam ini telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam, diantaranya adalah :

22

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h. 9 23

Al-Rasyidin, dan Samsul Nizar, filsafat Pendidikan Islam : pendekatan historis, teoritis dan praktis,( Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 25.


(39)

1) Al- Syaibaniy : Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.24

2) Muhammad Fadhil al-Jamaly : Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.25

3) Sedangkan dalam buku karangan Zakiah Darajat : Mendefinisikan pendidikan Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinnya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran Islam itu suatu pandangan hidup demi keselamatan hidup dunia dan akhirat kelak.26

Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang secara sadar dari pengajar kepada si terdidik untuk mengubah tingkah laku individu yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan mulia.

24

Ibid., h. 31. 25

Ibid., h. 31. 26

Slamet khumaedi, aktivitas pendidikan dasar ulama (PDU-MUI) jakarta barat dalam mendidik ulama, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 13.


(40)

Mengacu pada pembahasan yang penulis inginkan, bahwa pendidikan di sini adalah pendidikan Islam yang nantinya bertujuan untuk menjadikan seorang Ulama (ahli dalam agama Islam).

b. Dasar Pendidikan Islam

Bila dilihat dari aktifitas dalam proses memimbing kepribadian muslim, maka dasar dari pendidikan Islam ini adalah Al-Qur’an dan Hadits. Penetapkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam dikarenakan kebenaran yang didapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya, sebagai mana firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 2, yang berbunyi:











 

Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Demikian pula dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua dari pendidikan Islam. Secara umum, hadits dipahami sebagai segala sesuatu


(41)

yang didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.27

c. Tujuan pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam terbagi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Menurut Ali Khalil Abu al-Aynain, mendefinisikan tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk pribadi yang beribadah kepada Allah. Sifat dari tujuan umum ini tetap, berlaku disepanjang tempat, waktu dan keadaan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan geografis, ekonomi, dan lain-lain yang ada di tempat itu. Tujuan khusus ini dapat dirumuskan berdasarkan ijtihad para ahli ditempat itu.28

2. Ulama

a. Pengertian Ulama

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para mufasir salaf mengenai Ulama, yaitu:29

1) Hasan Basri : Ulama adalah orang yang takut kepada Allah, suka kepada setiap sesuatu yang disukai Allah, dan menolak segala sesuatu yang dimurkai-Nya.

27

Al-Rasyidin, dan Samsul Nizar, filsafat Pendidikan Islam :pendekatan historis, teoritis dan praktis, h. 34-35.

28

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h. 108. 29

Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 45-46.


(42)

2) Sayyid Qutub : Ulama adalah orang yang senantiasa berfikir keritis akan kitab Al-Qur’an (yang mendalam maknannya) sehingga mereka akan ma’rifat secara hakiki kepada Allah. Mereka ma’rifat karena memperhatikan tanda bukti ciptan-Nya. Mereka yang merasakan kemaha besaran-Nya melalui segala ciptan-Nya.

3) Syekh Nawawi Al-Bantani : Ulama adalah orang-orang yang menguasai segala hukum syara untuk menetapkan sahnya agama, baik sahnya i’itikad maupun amal syariat lainnya

Dalam kitab suci Al-Qur’an kata ulama dinyatakan di dalam potongan surat al-Fathir ayat 28, yang berbunyi:”













Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba hamba-Nya, hanyalah ulama”.

Sedangkan dalam buku fikih kemenangan dan kejayaan ulama adalah orang-orang yang Allah jadikan sebagai pilar manusia untuk bersandar dalam urusan fikih, ilmu, dan masalah-masalah agama dan dunia. Mereka adalah fikih-fikih Islam, di mana fatwa sanantiasa berada dilisan


(43)

mereka karena merekalah yang mengambil kesimpulan hukum dan sangat peduli dalam menentukan kaidah-kaidah halal dan haram30.

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa ulama adalah orang yang takut kepada Allah dengan senantiasa berfikir keritis akan kibab Al-Qur’an serta orang yang menguasai segala hukum syara untuk menetapkan sahnya agama, baik sahnya i’itikad maupun amal syariat lainnya sehingga kepada ulamalah umat bersandar dalam urusan fiqih dan masalah-masalah mengenai agama lainnya.

b. Macam-Macam Ulama

Menurut Imam Ghazali Ulama terdiri dari 2 macam, yaitu : ulama dunia dan ulama akhirat. Dengan rinci ia mengemukakan tanda-tanda ulama akhirat, adalah : 31

1) Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia.

2) Prilakunya sejalan dengan ucapannya, tidak menyuru orang untuk berbuat kebaikan sebelum ia mengamalkannya.

3) Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senentiasa mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.

30

Ali Muhammad Ash-Shalabi, fikih Kemenangan dan Kejayaan : meretas jalan kebangkitan umat Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 314.

31


(44)

4) Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan menunaikan berbagai ibadah.

5) Menjauhi godaan penguasa jahat yang didasarkan berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinnya “sejahat-jahatnya ulama adalah yang mendatangai penguasa dan sebaik penguasa adalah yang mendatangi ulama” (HR. Ibnu Majah).

6) Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

7) Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

c. Keriteria Ulama

Dari tanda-tanda ulama akhirat yang dikemukakan oleh Imam Ghozali dan pada pengertain-pengertain yang dikemukakan dapat terlihat kriteria ideal seorang ulama, maka berikut ini akan penulis paparkan beberapa kriteria ulama berdasarkan pengertian-pengertia ulama, yang meliputi : 32

1) Menguasai ilmu agama Islam dan sanggup membimbing umat dengan memberikan bekal ilmu-ilmu ke Islaman yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.

2) Ikahlas melaksanakan ajaran Islam.

3) Mampu menghidupkan sunnah Rasul dan mengembangkan Islam secara kaffah.

32


(45)

4) Berakhlak luhur, berfikir kritis, aktif menolong masyarakat, melakukan perbuatan positif, bertangguang jawab, dan istiqomah. 5) Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, hidup sederhana,

amanah, tawadhu’, kasih sayang terhadap sesama, dan tawakal kepada Allah SWT.

6) Mengetahui dan peka terhadap situasi zaman serta mampu menjawab setiap persoalan untuk kepentingan Islam dan umatnya. 7) Berwawasan luas dan dapat Menerima pendapat orang lain yang

tidak bertentangan dengan Islam. d. Kewajiban Ulama

Berikut ini adalah kewajiban ulama yang perlu dikembangkan secara berkesinambungan, sebagai berikut : 33

1) Menegakkan dakwah dan membentuk kader Ulama. 2) Mengkaji dan mengembangkan Islam.

3) Melindungi Islam dan Umatnya.

C. Gambaran umum Pendidikan Dasar Ulama (PDU)

Dari pengertian Pendidikan dan Ulama di atas dapat penulus simpulkan bahwa, Pendidikan Dasar Ulama adalah suatu program pendidikan atau pelatihan dasar (awal) yang mengajarkan para pesertannya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

33


(46)

keulamaan, yang melatih untuk selalu takut dan taat kepada Allah dan senantiasa untuk membimbing umat agar senantiasa sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

1. Sejarah Singkat Pendidikan Dasar Ulama

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka diperlukanlah sebuah wadah yang dapat mengayomi dan mewakili umat Islam Indonesia dalam berbagai hal. Salah satu wadah Islam yang cukup berperan dalam negara Indonesia adalah MUI (Majelis Ulama Indonesia), organisasi ini berkedudukan di Ibukota Negara Repubrik Indonesia. Organisasi ini merupakan organisasi yang dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para ulama, zuama, dan cendikiawan muslim khususnya dalam membicarakan dan memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan Islam.

Organisasi yang terbentuk pada tanggal 17 Rajab 1375 H yang bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 M ini merupakan suatu wadah yang berfungsi :34

a. Sebagai wadah musyawarah para ulama, zuama, dan cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan kehidupan yang Islami.

b. Sebagai wadah silaturahmi para ulama, zuama, dan cendekiawan muslim untuk mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam dan menggalang ukhuwah Islamiyah.

34

Majelis Ulama Indonesia (MUI), pedoman penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia, Jakarta : MUI Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), 2007, h. 26.


(47)

c. Sebagai wadah yang mewakili umat Islam dalam hubungan dan konsultasi antar umat beragama.

d. Sebagai pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta maupun tidak diminta.

Sebagai organisasi yang cukup penting bagi umat Islam Indonesia, MUI sadar bahwa perlu dilakukan kaderrisasi bagi calon ulama yang nantinya akan membimbing umat Islam dan meneruskan tujuan yang telah ditetapkan MUI, terlebih lagi bila dilihat pada kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka suku, bangsa, dan agama. Atas dasar itulah, maka pada tahun 1991 MUI membuat program yang bertujuan untuk pelatihan para generasi muda Islam yang berbakat dan berminat, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam yang kemudian dilatih untuk menjadi ulama muda. Program pelatihan yang dibentuk MUI ini diberi nama dengan PDU (Pendidikan Dirasah Ulya) dan PKU (Pendidikan Kader Ulama) untuk jenjang selanjutnya.

Selain untuk mencari dan menciptakan kader ulama muda, sebenarnya ada beberapa alasan yang mendasari terbentuknaya kedua program ini, yaitu : pertama, PDU dan PKU terbentuk untuk mengatasi masalah kelangkaan ulama, kedua : bila dilihat dari kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, di mana para lulusan SMA/sederajat sukar untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Padahal pendidikan merupakan hal yang cukup penting bagi kelangsungan umat manusia, ketiga : untuk memfasilitasi generasi muda Islam, baik pria maupun wanita yang berbakat dan berminat dalam ilmu-ilmu agama


(48)

Islam, sehingga untuk masuk kedalam program pelatihan yang didirikan MUI ini tidak ada unsur paksaan.35

PDU (Pendidikan Dirasah Ulya) terbentuk pada tahun 2003. Program pelatihan ini terbentuk berdasarkan amanat musyawarah Daerah Majlis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi DKI Jakarta. Pada Musyawarah yang berlangsung pada tahun 1991 ini mengamanatkan agar Pendidikan Dirasah Ulya (PDU) dihidupkan kembali sebagai upaya MUI dalam mengatasi kelangkaan ulama. Hal ini dikarenakan pada tahun 1991 pernah sempat ada Pendidikan Dirasah Ulya yang hanya berlangsung ditingkat Provinsi, akan tetapi dikarenakan suatu hal maka Pendidikan Dirasah Ulya ini berubah menjadi PKU (Pendidikan Kader Ulama) yang masih berlangsung hingga saat ini. Lulusan PKU inilah yang nantinya dijadikan sebagai pendukung maupun pelaksana pada program PDU.36

Karena hal tersebutlah maka pada tahun 2003 berdasarkan SK MUI Propinsi DKI Jakarta nomor : 178/SK/MUI-DKI/IV/2003 MUI Propinsi DKI Jakarta membuka kembali Pendidikan Dirasah Ulya (PDU) dilima wilayah Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta, dengan pertimbangan : 37

a. PDU sebagai program pendidikan yang memberikan dasar-dasar pengetahuan keulamaan.

35

Wawancara pribadi dengan Naufal Al-Haq S.Pd.I, Jakarta, 8 Juni 2012. 36

Ibid. 37

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), (Jakarta : MUI DKI Jakarta 2006), h. 1.


(49)

b. PDU sebagai jenjang pendidikan yang membekali kompetensi keulamaan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu Pendidikan Kader Ulama (PKU).

Atas dasar tersebut di atas, maka setiap lulusan PDU diharapkan untuk dapat melanjutkan keprogram yang lebih tinggi lagi yaitu Pendidikan Kader Ulama (PKU), PKU merupakan program pelatihan MUI Provinsi DKI Jakarta dalam menciptakan ulama muda yang pelaksanaannya hanya ada ditingkat Provinsi.

Pendidikan Dirasah Ulya merupakan sebuah program pelatihan yang diselenggarakan oleh MUI tingkat Provinsi DKI Jakarta yang bekerja sama dengan MUI tingkat Kota Administrasi yang berada di 5 wilayah Kota Administrasi, yaitu : Kota Administrasi Jakarta Barat, Kota Administrasi Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta Timur, dan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Pada tahun 2006 berdasarkan SK MUI nomor 015/SK/MUI-DKI/XI/2006, penggunaan mana Pendidikan Dirasah Ulya, (PDU) diubah menjadi Pendidikan Dasar Ulama (PDU), hal ini dikarenakan istilah Pendidikan Dirasah Ulya di negara-negara Islam digunakan untuk pendidikan Strata 2 (S2). Program palatihan PDU yang dalam bentuk pendidikan ini diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum tersendiri yang disusun atas dasar masukan Ulama, Dosen/pengajar PDU, pakar Pendidikan, Lingkungan sekitar (aspirasi umat), perkembangan Iptek, dan kemampuan belajar peserta.


(50)

Kurikulum ini nantinya akan dievaluasi secara berkala setiap tiga tahun sekali.38

Sistem pembelajaran yang digunakan lembaga pelatihan Pendidikan Dasar Ulama ini menggunakan sistem SKS (Siatem Kredit Semester). SKS merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan di mana keseluruhan beban studi peserta, beban kerja tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan pendidikan dihitung dalam suatu satuan yang disebut semester.39 Karena hal ini dan beberapa hal lainlah, sering membuat salah persepsi terhadap peserta PDU, di mana mereka menganggap bahwa PDU ini merupakan lembaga pendidikan formal yang lulusannya setara dengan D2. Sementara bila dilihat dari hal-hal yang terdapat pada lembaga atau instansi pendidikan formal, tidak dimiliki oleh program pelatihan bentukan MUI Propinsi DKI Jakarta ini. Seperti : tidak memiliki pengakuan dari instansi pendidikan (akreditasi), memiliki kurikulum tersendiri, dll.

Program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama ini diselenggarakan selama 2 tahun dan dibagi kedalam 4 semester yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan selama seminggu, di mana pertemuan ini terjadi pada hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu yang dilakukan pada pukul 13.30.

Hingga saat ini program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama telah berdiri selama kurang lebih 9 tahun dan telah menghasilkan 4 angkatan. Pada tiap angkatannya program pelatihan ini hanya menerima kurang lebih 50

38

Wawancara pribadi dengan, M. Naufal Al-Haq S.Pd.I. 39

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), h. 14-15.


(51)

peserta yang terdiri dari peserta pria dan peserta wanita, dengan sayarat telah menempuh pendidikan MA/sederajat, memiliki wawasan keagamaan yang memadai, lulus tes seleksi masuk yang telah ditentukan oleh Badan Pelaksana pelatihan Pendidikan Dasar Ulama, dll. Dari 50 peserta yang diterima, 40 peserta tersebut merupakan peserta tetap dan 10 peserta lainnya merupakan peserta cadangan.

Untuk mengikuti program ini setiap calon peserta harus memenuhi kriteria yang telah di tetapkan oleh Badan Penyelengara PDU, yang meliputi :

a. Penduduk Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya dan berusia antara 18-30 tahun.

b. Berijazah Madrasah Aliyah/sederajat (minimal). c. Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. d. Memiliki wawasan keagamaan Islam yang memadai. e. Mendaftar dan lulus seleksi masuk

f. Diutamakan aktivis keagamaan dilingkungannya. 2. Visi-Misi danTujuan Pendidikan Dasar Ulama

a. Visi-Misi Pendidikan Dasar Ulama

Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah organisasi, karena Visi-Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi, karena tanpa Visi-Misi, sebuah organisasi akan tidak memiliki dasar tujuan jangka panjang yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Pendidikan Dasar Ulama merupakan sebuah program pelatihan yang dibentuk oleh MUI, sehingga dalam Visi-Misinya,


(52)

Pendidikan Dasar Ulama ini mengacu pada Visi-Misi MUI, yang meliputi : 40

Visi : Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum Muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manaifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan

lil’alamin).

Misi : a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariat Islamiyah;

b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar dalam mengembankan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;

c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

40


(53)

b. Tujuan Pendidikan Dasar Ulama

Tujuan umum Pendidikan Dasar Ulama adalah untuk memfasilitasi generasi muda Islam yang berbakat dan berminat untuk menjadi kader ulama muda yang memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan berakhlakul karimah, serta tanggap terhadap perkembangan masyarakat Ibu Kota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya41.

Secara khusus tujuan diselenggarakannya Pendidikan Dasar Ulama (PDU) sebagai berikut :42

1) Terwujudnya ulama muda yang menguasai ilmu agama Islam. 2) Terwujudnya ulama muda yang memahami dan tanggap terhadap

masalah umat dan perkembangan masyarakat, negara, dan bangsa sebagai latar wawasan kepemimpinan.

3) Terwujudnya ulama yang berakhlakul karimah, tafaquhfiddin, dan aqomatuddin sebagai latar wawasan perjungan.

3. Tenaga Pengajar atau Dosen

Tenaga pengajar yang melatih pada program ini merupakan tenaga-tenaga pengajar dapat dibilang kompeten dalam bidang agama, bahkan hampir keseluruhan dari pengajar tersebut merupakan ulama yang sudah terbilang berpengalaman, seperti :43

1. KH. Alawi Moh. Zen MA

41 Ibid. 42

Majlis Ulama Indonesia (MUI), Buku pedoman Pendidikan Dasar Ulama (PDU), h. 1. 43


(54)

2. KH. Ahmad Syarifuddin MA 3. Drs. KH. Sulaiman Rais M.Ag 4. Drs. H. M.A Salim Thohir

5. Drs. KH. Mahfud Asirun An-Nadawy 6. H. Sabeni Hamid Al-Duri S.Pd.I 7. Kuserin Tajeri SH.I

8. Drs. KH. Rusli Sidiq 9. M. Naufal Al-Haq S.Pd.I


(55)

4. Struktur Kepengurusan Pendidikan Dasar Ulama (PDU) Kota Administrasi Jakarta Barat

Berikut ini akan penulis gambarkan struktur kepengurusan PDU Kota Administrasi Jakarta Barat, sebagai berikut :

PB PDU Prov DKI Jakarta

 KH. Alawi M. Zen M.A

 Drs. KH. Sulaiman Rais MA.g

 Dr. HC. MGS. H. Idrus Ali

Ketua BP PDU Jakarta Barat

Drs. H. A. Salim Thohir

Komite Pendidikan

Bid. Administrasi dan Keuangan

M. Naufal Al-Haq SP.DI

Dosen Bid. Kemahasiswaan

H. Ahmad Sofyan SA.g

Bid. Akademik

Drs. H. Hasan Asyari M.Pd


(56)

BAB III

Gambaran Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI)

A. Sejarah Singkat Majlis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal 17 Rajab 1395 H yang bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 M di Jakarta.

Terbentuknya MUI sebagai hasil dari musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air yang keseluruhannya berjumlah 53 orang, antara lain meliputi: 26 orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu : NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI, serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Dari musyawarah tersebut, maka disepakati untuk membentuk wadah sebagai tempat bermusyawarahnya para Ulama, Zuama, dan Cendekiawan Muslim yang tertuang dalam “ PIAGAM BERDIRINYA MUI” yang di tandatangani seluruh peserta musyawarah yang kemudian di sebut Musyawarah Nasional Ulama.1

1

http://www.mui.or.id, diakses pada 6 Januari 2013.


(57)

Berdirinya MUI di dasarkan karena kesadaran ulama Indonesia sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi. Sehingga mereka merasa terpanggil untuk berperan aktif membangun masyarakan melalui wadah MUI. Di sisi lain kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Selain itu, bila dilihat dari kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam hal keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.

Karena beberapa hal tersebut memungkinkan umat Islam untuk terjebak dalam egoisme kelompok yang berlebihan. Karena hal tersebutlah kehadiran MUI cukup dirsakan manfatnya bagi masyarakat. Di mana MUI sebagai pewaris tugas para Nabi mencoba membimbing umat Islam dalam menghadapi keadaan yang dihadapi masyarakat.

Adapun Tujuan Majlis Ulama Indonesia adalah Majlis Ulama Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat yang berkualiatas (khaira ummah), dan negara yang aman, damai, adil, dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhai Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).


(58)

Untuk mencapai tujuannya, MUI melaksanakan usaha-usaha, yang meliputi :2

a. Memberikan bimbingandan tuntunan kepada umat Islam agar tercipta kondisi kehidupan beragama yang bisa menjadi landasan yang kuat dan bisa mendorong terwujudnya masyarakat yang berkualitas.

b. Merumuskan kebijakan penyelenggaraan dakwah Islam, amar ma;ruf nahi munkar untuk memacu terwujudnya kehidupan beragama dan bermasyarakat yang di ridhoi Allah SWT.

c. Memberikan peringatan, nasehat, dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada masyarakat dan pemerintah dengan bijak dan menyejukkan.

d. Merumuskan pola hubungan keumatan yang memungkinkan terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa. e. Menjadi penghubunga antara ulama dan umara (pemerintah) dan

penterjemah timbal balik antara pemerintah dan umat guna mencapai masyarakat berkualiatas yang di ridhai Allah SWT.

f. Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam, dan cendikiawan muslim, serta menciptakan program-program bersama untuk kepentingan umat.

g. Dan usaha/kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.

2

Majelis Ulama Indonesia (MUI), pedoman penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia, Jakarta : MUI Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), 2007, h. 27-28.


(59)

Dari terbentuknya hingga saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, yaitu:

a. Prof. Dr. Hamka (1977-1981) b. KH. Syukri Ghozali (1981-1983) c. KH. Hasan Basri (1983-1990) d. Prof. KH. Ali Yafie (1990-2000)

e. KH. M. Sahal Mahfudz (2000-sekarang)

B. Visi-Misi Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah organisasi, karena Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi, karena tanpa Visi-Misi, sebuah organisasi akan tidak memiliki dasar tujuan jangka panjang yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Pendidikan Dasar Ulama merupakan sebuah program pelatihan yang dibentuk oleh MUI, sehingga dalam Misinya, Pendidikan Dasar Ulama ini mengacu pada Visi-Misi MUI, yang meliputi : 3

Visi : Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan

3


(60)

kaum Muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manaifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin).

Misi : a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariat Islamiyah;

b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar dalam mengembankan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;

c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Peran Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Berdasarkan jati diri ulama sebagai warasatu al-anbiyaa maka Majlis Ulama Indonesia mempunyai peran sebagai berikut :4

4


(61)

1. Sebagai ahli waris tugas para Nabi (Warasatu al-anbiya)

Sebagai ahliwaris tugas para Nabi, MUI menjalankan fungsi kenabiyan, yakni dengan memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan sesuai dengan ajaran Islam, walaupun dengan konsekuensi akan menerima kritik , tekanan, dan ancaman karena perjuangannya bertentangan dengan sebagian tradisi, dan budaya.

2. Sebagai pemberi fatwa (Mufti)

MUI berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat Islam, baik diminta maupun tidak diminta. Sebagai lembaga pemberi fatwa MUI mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi umat Islam Indonesia yang sangat beragam aliran, paham, dan pemikiran serta organisasi keagamaannya.

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ra’iy wa khadim al ummah) MUI sebagai pelayan umat, yaitu melayani umat dan bangsa dalam memanuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan mereka.

4. Sebagai penegak amar makruf dan nahyi munkar

MUI berperan sebagai penegak amar makruf nahi munkar yaitu dengan menegaskan kebenaran sebagai pembenaran dan kebatilan sebagai kebatilan dengan penuh hikmah dan istiqomah. Dengan demikian, MUI juga merupakan wadah penghidmatan bagi perjuangan dakwah yang senantiasa berusaha merubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan


(62)

bangsa dari kondosi yang tidak sejalan dengan ajaran Islam menjadi masyarakat dan bangsa yang berkualitas.

5. Sebagai pelopor gerakan pembaruan (al-Tajdid) 6. Sebagai pelopor gerakan islah

MUI berperan sebagai juru damai terhadap perbedaan yang terjadi di kalangan masyarakat. Apabila terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam maka MUI dapat menempuh jalan al-jam’u wat taufiq (kompromi dan persesuaian) dan tarjih (mencari hukum yang kebih kuat). Dengan demikian diharapkan tetap terperihara semangat persaudaraan (ukhuwah) dikalangan umat Islam Indonesia.


(63)

D. Susunan Pengurus Majlis Ulama Indonesia Kota Administrasi Jakarta Barat

PENASEHAT*

KETUA UMUM KH. Alawi Mohammad Zen MA Bendahara Umum

Dr. MGS. H. Darus Ali

Seketaris Umum KH. Sulaiman Rais. M.AG

Kom. Kajian Drs. Munahir Muchtar HS Kom. Ukhwah

Drs. KH. Rusli Sidiq

Kom. Pendidikan Drs.H. M. A Salim Thohir

Kom. Dakwah KH. Baiya Isa. BSc

Kom. Fatwa KH. A. Mahmud. MA

Kom. Pemberdayaan Perempuan Dra. HJ. Hakimah Amirullah ANGGOTA

Kom. Ekonomi Drs. H. Iskandar Achyar H.Si


(64)

Ket :

Penasehat : - Wali kota Jakarta Barat - KH. Mahfudz Asirun - KA. KAN. Menag Jakarta Barat - Harun Munir. S. SOS

- Seket Kota Jakarta Barat -KH. Noer Muh. Iskandar SQ - Drs. H. A. Suady - KH. Suhaimi


(65)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA MANAJEMEN PELATIHAN PENDIDIKAN DASAR ULAMA (PDU-MUI) KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT DALAM MENCIPTAKAN ULAMA MUDA

A. Temuan Lapangan dan Analisa Penerapan Fungsi Manajemen yang Dilakukan dalam Program Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI) Kota Administrasi Jakarta Barat Dalam Menciptakan Ulama Muda.

Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan mengenai gambaran umum Majlis Ulama Indonesia (MUI), baik dari sejarah, tujuan, visi-misi, sampai struktur kepengurusan Pendidikan Dasar Ulama (PDU).

Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, perlu adanya upaya pelatihan yang terarah dan terpadu. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah manajemen yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Pendidikan Dasar Ulama pada para mahasiswanya. Di mana manajemen inilah yang akan mengatur seluruh proses kegiatan pelatihan, dari mulai perencanaan sampai dengan pengontrollan dan evaluasi.

Pelatihan Pendidikan Dasar Ulama merupakan program MUI Provinsi DKI Jakarta yang berada di 5 Kota Administrasi, yaitu : Kota Administrasi Jakarta Barat, Kota Administrasi Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta Timur, Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Program ini bertujuan untuk mendidik calon ulama yang nantinya akan


(66)

terjun dalam membimbing umat Islam, sehingga materi yang diberikan kepada para mahasiswanya merupakan materi-materi yang nantinya akan sangat diperlukan bagi para mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa yang benar-benar ingin menjadi calon ulama yang akan berhadapan langsung dengan kondisi dakwah yang sebenarnya dalam lingkungan masyarakat.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibuatlah program-program pelatihan yang diharapkan bisa menjadi bekal bagi para mahasiswa. Untuk merealisasikan program-program pelatihan PDU, maka perlu diterapkan manajemen yang baik. Di mana dalam manajemen terdapat fungsi manajemen yang menurut pendapat George R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan awal dari setiap kegiatan, karena perencanaan adalah proses peramalan di masa yang akan datang.

Dalam dalam merencanakan sebuah kegiatan ada beberapa hal yang harus dilakukan, seperti :

a. Establishis objectives (penetapan tujuan)

Dalam rangka meramalkan seorang manajer harus menentukan dengan tegas hasil akhir yang diinginkan. Disinilah pentingnya tujuan, di mana tujuan merupakan gambaran mengenai hal-hal yang ingin dicapai. Menetapkan tujuan ini merupakan tugas perencana. Penetapan tujuan (Establishis objectives) yang


(67)

diinginkan harus dirumuskan dengan sejelas-jelasnya, agar dapat dipahami oleh orang lain. Adapun tujuan dari Pendidikan Dasar Ulama (PDU) adalah untuk memfasilitasi generasi muda Islam yang berbakat dan berminat untuk menjadi kader ulama muda yang memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan berakhlakul karimah, serta tanggap terhadap perkembangan masyarakat Ibu Kota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya1.

Tujuan ini diambil untuk memberi kesempatan bagi generasi muda yang berbakat dan tidak mampu untuk mengambangkan bakat yang dimilikinya, sehingga dengan adanya program ini generasi muda tersebut dapat lebih mengmbangkan bakat yang dimilikinnya, dengan dibimbing oleh dosen yang cukup berpengalaman. Sehingga generasi muda ini nantinya akan dibentuk untuk menjadi ulama muda yang berkualitas.

Oleh karena itu, sasaran program ini ialah generasi muda yang memiliki wawasan ke Islaman yang cukup dan sudah dinyatakan lulus untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/sederajat). Sedangkan untuk dosen yang dilibatkan merupakan dosen-dosen yang cukup berpengalaman dalam bidangnya masing-masing (khususnya agama Islam).

1


(68)

b. Programming (pemrograman)

Dalam sebuah program perencanaan harus menetapkan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Adapun program pelatihan Pendidikan Dasar Ulama meliputi : program pembelajaran yang berupa materi-materi tertulis yang berkaitan dengan agama Islam, praktek ibadah, Rihlah Ilmiyah dan study general.

Sedangkan untuk menentukan dosen yang nantinya akan mengisi program-program ini dilakukan berdasarkah pendidikan dan keahliannya dibidang ilmu agama pada khususnya yang di tentukan oleh MUI Provinsi.

c. Schedilung (penjadwalan)

Penjadwalan merupakan hal yang cukup penting dalam setiap kegiatan, yang dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan. Penjadwalan ini berguna baik dalam penentuan lokasi maupun waktu yang dipergunanakan yang dirasa cocok.

Lokasi yang dipergunakan dalam aktivitas program pelatihan ini berada di dua tempat berbeda, yaitu : di kantor Wali Kota ADM Jakarta Barat yang di pakai pada hari Jum’at dan di pondok pesantren Al-Hidayah Basmol, yang dilakukan pada hari


(69)

Sabtu dan Ahad, karena pada hari tersebut kantor MUI yang berada di gedung wali Kota ADM Jakarta Barat di tutup. Pelatihan ini dilakukan setelah sholat zuhur sekitar pukul 14.00-17.00.2

Adapun jadwal perkuliahan Pendidikan Dasar Ulama meliputi :

JUM’AT

JAM MATA KULIAH PENGAJAR

14.00-15.00 Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Drs. KH. Sulaiman Rais

15.00-16.00 ISTIRAHAT

16.00-17.00 Praktikum Keagamaan M. Naufal Al-Haq Spd.i SABTU

14.00-15.00 Kapita Selekta Dosen, badan pelaksana, dan tamu

15.00-16.00 ISTIRAHAT

16.00-17.00 Qiraah al Qutub KH. Ahmad Syarifuddin MA MINGGU

14.00-15.00 Ilmu Tajwid H. Sabeni Hamid Al-Duri SPd.I

15.00-16.00 ISTIRAHAT

16.00-17.00 Akhlak Tasawuf KH. Alawi Moh. Zen MA

2


(70)

d. Budgeting (penganggaran)

Dalam setiap kegiatan anggaran merupakan yang tidak boleh dilupakan. Karenanya penyusunan anggaran harus di lakukan pada saat perencanaan, agar dalam pelaksanaannya seorang manajer sudah mengetahui pos-pos pemasukan dan pos-pos pengeluaran yang nantinnya akan terjadi, sehingga apabila anggaran yang nantinya diterima atau dikeluarkan tidak kurang atau tidak melebihi anggaran yang talah ditetapkan sebelumnya.

Asal pendanaan program ini berasal dari APBN dan dana Hibah APBD Provinsi DKI Jakarta, hal ini sesuai dengan Kepres 215 tahun 2011 tentang belanja hibah, bantuan sosial keuangan kepada organisasi pemerintah maupun non pemerintah, Ormas, Kelompok, anggota masyarakat, serta partai politik.3

Adapun pengeluaran PDU-MUI Kota Adm Jakarta Barat adalah sebagai berikut :4

1) Gaji Dosen

2) Gaji Badan Pelaksana

3) Kegiatan-kegiatan mahasiswa (Rihlah Ilmiyah) 4) Study general

5) Almamater 6) UTS dan UAS

3 Ibid. 4


(71)

7) Uang transport mahasiswa (bila ada sumbangan) 2. Pengorganisasian (Organizing)

pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan, dan pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk menunjukkan hubungan kewenangan setiap individu.

Adapun langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut :5 a. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai. Sebelum seorang manajer melakukan pengorganisasian, maka dia harus terlebih dahulu mengetahui tujuan orgasisasi yang dipimpinnya yang dalam hal ini adalah profit motive atau service motive. Bila dilihat dari aktivitasnya tujuan dari program PDU adalah service motive. Di mana bagi setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini tidak dikenakan biaya sama sekali, bahkan apa bila memungkinkan pada akhir pelatihan setiap peserta akan diberikan uang sebagai pengganti transport yang selama ini para peserta keluarkan selama mengikuti pelatihan.6

b. Penentuan kegiatan-kegiatan.

Pada langkah ini seorang manajer harus mengetahui, merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatan-kegiatan harian yang

5

Malayu S.P. Hasibuan, manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001), h. 127.

6


(1)

8. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang anda alami selama mengikuti program ini ?

Jwb : faktor pendukung : (1) tidak dikenakan biaya pelatihan selama mengikuti program ini, dan (2). dosen yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan agama yang luas. Faktor penghambat : (1). kehadiran dosen yang tak menentu, dan (2). Tempat yang kurang nyaman bagi proses belajar mengajar.


(2)

Bobot dan Satuan Kredit program Pendidikan Dasar Ulama (PDU-MUI)

Program perkuliahan dilakukan dengan sistem SKS bengan bobot 50 SKS yang dapat ditempuh selama 2 tahun, adapun bobot SKSnya sebagai berikut :

MATA KULIAH SATUAN KREDIT

SEMESTER I II III IV

A. Kompetensi Utama

1. Ulumul Quran ... 3 ... ... ...

2. Tafsir I ... ... 3 ... ...

3. Tafsir II ... ... ... 3 ...

4. Ulumul Hadits ... 3 ... ... ...

5. Hadits I ... ... 3 ... ...

6. Hadits II ... ... ... 3 ...

7. Ushul Fiqih I ... 3 ... ... ...

8. Ushul Fiqih II ... ... 3 ... ...

9. Fiqih I ... 3 ... ... ...

10.Fiqih II ... ... 3 ... ...

11.Fiqih III ... ... ... 3 ...

12.Akhlaq Tasawuf ... ... ... ... 3

13.Praktikum I (Ibadah) ... ... 3 ... ...

14.Praktikum II (Qiraat) ... ... ... 3 ...


(3)

B. Kompetensi Pendukung

16. Bahasa Arab I ... 3 ... ... ...

17. Bahasa Arab II ... ... 3 ... ...

18. Ilmu Tauhid ... ... ... 3 ...

19. Tajwid Al-Qur’an ... ... ... ... 3

20. Qiraat al-Qutub (Tafsir) ... 3 ... ... ...

21. Qiraat al-Qutub (Hadits) ... ... ... ... 3

22. Tarikh Islam ... ... ... 3 ...

23. IPI ... ... ... ... 3

24. Ilmu Dakwah ... ... ... 3 ...

C. Kompetendi Lain 25. Kapita Selekta ... ... ... ... 3


(4)

STRUKTUR ORGANISASI MUI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

PENASEHAT*

KETUA UMUM KH. Alawi Mohammad Zen MA

Bendahara Umum Dr. MGS. H. Darus Ali

Seketaris Umum KH. Sulaiman Rais. M.AG

Kom. Fatwa KH. A. Mahmud. MA

Kom. Dakwah KH. Baiya Isa. BSc

Kom. Pendidikan Drs.H. M. A Salim Thohir

Kom. Kajian Drs. Munahir Muchtar HS Kom. Ukhwah

Drs. KH. Rusli Sidiq

Kom. Ekonomi

Drs. H. Iskandar Achyar H.Si ANGGOTA

Kom. Pemberdayaan Perempuan Dra. HJ. Hakimah Amirullah


(5)

Ket :

Penasehat : - Walikota Jakarta Barat - KH. Mahfudz Asirun - KA. KAN. Menag Jakarta Barat - Harun Munir. S. SOS - Seket Kota Jakarta Barat -KH. Noer Muh. Iskandar SQ

- Drs. H. A. Suady - KH. Suhaimi


(6)

Struktur Organisasi Pendidikan Dasar Ulama

Berikut ini akan penulis paparkan struktur kepengurusan Pendidikan Dasar Ulama (PDU) tingkat Provinsi DKI Jakarta :

MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN PELAKSANA PDU TINGKAT PROVINSI

BADAN PELAKSANA PDU TINGKAT

KOTA/KABUPATEN

DEWAN PENDIDIKAN

KOMITE PENDIDIKAN