menyala. Hal ini dapat menyebabkan berkembang biaknya vektor pada ruangan kompartemen kapal yang merupakan faktor risiko.
Data kedatangan kapal pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan tahun 2010 sebanyak 409 kapal, dimana keberadaan vektor penyakit tersebut mencapai
58 atau 237 kapal dari seluruh kedatangan kapal yang singgah dan bersandar dipelabuhan Tembilahan. Jumlah kunjungan 237 kapal tersebut, kapal luar negeri
yang terdapat keberadaan vektor 33,33 atau 79 kapal, kapal dari dalam negeri yang terdapat keberadaan vektor 66,67 atau 158 kapal KKP Tembilahan, 2010.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis ingin meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keberadaan vektor penyakit di kapal dan faktor risiko apa saja
yang paling dominan memengaruhi terhadap berkembang biaknya vektor sehingga dapat di rumuskan strategi kebijakan manajemen pengendalian vektor penular
penyakit di atas kapal.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas masih banyak di temukan vektor di kapal, sehingga dapat memengaruhi risiko kesehatan ABK di kapal dan masyarakat di
pelabuhan. Maka permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana pengaruh faktor risiko Deck, Kamar awak kapal, ToiletKamar mandi, Dapur, Gudang persediaan
makanan terhadap keberadaan vektor di kapal.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor risiko Deck, Kamar awak kapal, ToiletKamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan
terhadap keberadaan vektor di kapal pada Pelabuhan Tembilahan serta faktor risiko yang paling berpengaruh.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor risiko Deck, Kamar awak kapal, ToiletKamar mandi, Dapur, Gudang persediaan makanan terhadap keberadaan vektor di kapal pada
Pelabuhan Tembilahan
1.5. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan dalam mengambil kebijakan terhadap manajemen pengendalian vektor penular penyakit
di kapal. 2. Sebagai masukan bagi masyarakat pelabuhan agar ikut berperan aktif dalam
upaya melaksanakan pengendalian vektor di Pelabuhan Tembilahan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
MKLI yang berkaitan dengan pengaruh faktor risiko terhadap pengendalian vektor penyakit di kapal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengawasan Alat Angkut Kapal
Kapal merupakan alat angkut umum baik yang bersifat Nasional maupun Internasional. Keadaan sanitasi kapal yang kurang memenuhi syarat dapat menjadi
sumber penularan penyakit, dimana semua bagian atau ruangan yang ada dalam kapal mempunyai faktor risiko dalam menularkan penyakit. Kondisi alat angkut kapal yang
tidak baik maka memungkinkan untuk timbulnya vektor penyakit di atas kapal seperti tikus, kecoa dan nyamuk. Hal ini tentu didasari atas kenyataan bahwa kapal adalah
salah satu usaha bagi umum yang langsung dipergunakan oleh masyarakat, sehingga perlu pengawasan kesehatan terhadap alat angkut tersebut. Salah satu cara untuk
mencegah penularan penyakit yaitu dengan upaya pengendalian faktor risiko di kapal, yaitu menjaga sanitasi kapal yang memenuhi syarat kesehatan. Kondisi kapal sangat
dipengaruhi oleh manusianya disamping konstruksi dan kompartemen kapal itu sendiri, sehingga jika tidak ditangani dengan baik maka kompartemen di dalam kapal
itu akan menyebabkan risiko yang memungkinkan munculnya vektor di dalam kapal tersebut.
Menurut Kusnoputranto dan Susanna 2000, dalam bidang kesehatan berbagai komponen lingkungan yang diketahui dapat merupakan faktor risiko
timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, dipelajari dalam ilmu kesehatan lingkungan. Sementara itu hubungan interaktif antara komponen lingkungan tempat
kerja dan manusia merupakan bagian dari kajian kesehatan dan keselamatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Dalam skala mikro, orang-orang yang bekerja ditempat pekerjaannya menghadapi kondisi lingkungan kerja secara lebih intensif, baik menghadapi alat-alat maupun
lingkungan pekerjaannya. Di Indonesia penyakit yang ditularkan serangga masih merupakan masalah
dalam kesehatan masyarakat. Data atau informasi yang menerangkan hubungan antara spesies tertentu dengan lingkungannya merupakan kunci penting dalam
epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penguasaan bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendalian vektor. Usaha pengendalian vektor akan
memberikan hasil maksimal apabila ada kesamaan antara perilaku vektor dengan pengendalian yang diterapkan. Meningkatnya populasi beberapa serangga
menimbulkan berbagai masalah di berbagai sektor, salah satunya di sektor transportasi laut. Munculnya vektor penular penyakit di dalam kapal seperti kecoa,
tikus dan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit menular baik antara satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain baik dalam negara maupun antar negara. Dengan
demikian pengendalian vektor di kapal mutlak di lakukan, agar dapat menurunkan populasi vektor dan menurunkan insiden penyakit yang ditimbulkan oleh masing-
masing vektor tersebut. Menurut Dirjen PPM dan PLP DEPKES RI 1996, tentang pedoman sanitasi
kapal yaitu: 1. Tangki penyimpanan air Storage
Air layak minum disimpan disatu atau lebih tangki yang dikonstruksi, ditempatkan dan dilindungi sedemikian rupa, sehingga aman dari segala pencemar
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari luar tangki. Tangki dibuat dari metal, harus tersendiri, tidak bersekatan dengan tangki yang memuat air bukan untuk minum. Tangki bukan
merupakan bagian dari kulit kapal, penutup tangki tidak boleh ada paku sumbat, tidak boleh ada toilet dan kakus yang dipasang berdampingan dengan tangki tersebut.
Bagian dasar dari tangki air minum pada bagian bawah kapal memiliki ketinggian lebih dari 45 cm diatas tangki dasar dalam, diberi tanda air layak minum dilembaran
berukuran minimal 1,25 cm. Dilengkapi dengan lubang periksa air minum yang tingginya 1,25 cm di atas permukaan atas tangki yang menempel pada bagian tepi
terluar yang dilengkapi dengan packing yang ketat, dilengkapi dengan ventilasi sehingga mencegah terjadinya benda-benda pengkontaminasi yang terbuat dari pipa
dengan diameter 3,8 cm, dilengkapi dengan saluran luapan dan dapat dikombinasikan dengan ventilasi, mempunyai alat pelampung pengukur air, mempunyai bukaan
pengeringan dengan diameter 3,8 cm, Tangki air minum dan bagian lainnya didesinfeksi dengan klorin.
2. Dapur tempat penyiapan makanan Galley Dinding dan atap memiliki permukaan yang lembut, rapi dan bercat terang.
Filter udara berserabut tidak boleh dipasang di atap atau melintasi peralatan pemrosesan makanan. Penerangan tidak kurang dari 20 lilin atau sekitar 200 lux.
Diberikan ventilasi yang cukup untuk menghilangkan hawa busuk dan kondensasi, ventilasi alam ditambah sesuai kebutuhan, lubang hawa di unit ventilasi mudah di
lepas untuk keperluan pembersihan. Rak penyimpanan perkakas dan perabot tidak boleh diletakkan di bawah ventilasi. Peralatan dan perkakas dapur yang terkena
Universitas Sumatera Utara
kontak langsung dengan makanan dan minuman dibuat dari bahan yang halus anti karat, tidak mengandung racun, kedap air dan mudah dibersihkan.
3. Ruang penyimpan bahan makanan Store room Ruang penyimpanan cukup memperoleh ventilasi, bersih, kering, dan
memberikan ruang pembersihan dibawahnya. Tempat penyimpanan dibuat dari materi yang kedap air, tahan karat, tidak mengandung racun, halus, kuat dan tahan
terhadap goresan. a. Penyimpanan perkakas dan makanan yang tidak mudah busuk
Bahan makanan kering, perkakas yang sering tidak digunakan, disimpan di ruang khusus. Tempat penyimpanan dibuat dari bahan yang berkualitas, demikian
juga wadah-wadah dibuat dari metal atau materi lain yang tahan terhadap vektor tikus dan kecoa dan dilengkapi dengan tutup yang rapat. Makanan disimpan ditempat yang
rapi di rak atau papan penyimpanan bagian tertentu guna melindungi benda-benda yang ada pada tempat tersebut dari percikan dan pencemaran. Suhu yang disarankan
untuk penyimpanan jenis ini 10-15 derajat celcius. b. Penyimpanan berpendingin untuk makanan yang mudah busuk
Semua makanan yang mudah busuk sebaiknya disimpan di bawah suhu 7 derajat Celcius, kecuali masa penyiapan atau saat digelar untuk keperluan
penghidangan secara cepat setelah penyiapan. Bila makanan di simpan dalam jangka waktu lama disarankan untuk menyimpan pada suhu 4 derajat Celcius. Seluruh ruang
pendingin di buat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan, bebas dari hawa busuk. Benda-benda berpendingin seperti lemari es tersebut hendaknya diletakkan
Universitas Sumatera Utara
ditempat yang paling hangat dalam ruangan. Papan rak dalam jumlah yang mencukupi hendaknya disediakan di seluruh unit pendingin untuk mencegah
penumpukan bahan dan memungkinkan ventilasi dan pembersihan. Pastikan termometer tidak rusak, sehingga bisa menunjukkan ketepatan jangkau. Suhu yang
disarankan untuk penyimpanan bahan yang mudah busuk: a
Bahan makanan beku: tidak lebih dari -12 derajat Celcius b
Daging dan ikan: 0-3 derajat Celcius c
Susu dan produk hasil susu: 5-7 derajat Celcius d
Buah dan Sayuran: 7-10 derajat Celcius 4. Toiletkamar mandi
Toiletkamar mandi yang mencukupi disiapkan dekat dengan ruang penyiapan makanan, tidak menghadap langsung ke ruang tempat makanan disiapkan, disimpan
dan dihidangkan. Pintu toiletkamar mandi berengsel kuat dan secara otomatis menutup sendiri, ada ventilasi dan penerangan yang cukup. Fasilitas cuci tangan
disediakan dalam ruangan toilet kamar mandi, dilengkapi dengan air panas dan dingin, tissu, sabun, kainhanduk. Air cuci pada wastafel disarankan dengan suhu 77
derajat Celcius. Pada dinding yang dekat pintu toilet diberi tanda dengan tulisan yang berbunyi “CUCI TANGAN SETELAH MENGGUNAKAN TOILET”.
5. Sampah Waste Ketentuan hendaknya dibuat untuk penyimpan dan pembuangan yang
tersanitasi. Tempat sampah dapat digunakan di daerah penyiapan dan penyimpanan makanan, hanya untuk keperluan penggunaan segera. Tempat sampah berada di ruang
Universitas Sumatera Utara
yang khusus, terpisah dari tempat proses pengolahan makanan, mudah di bersihkan, tahan terhadap tikus rodent dan rayap vermin, mempunyai pegangan, dibuat kedap
air, di lengkapi dengan penutup yang rapat. 6. Ruangan awak buah kapal Quarters crew
Ruang tidur awak kapal mempunyai luas 1,67 sampai 2,78 m² dengan mempunyai ruang utama yang bersih dengan ukuran minimal 1,90 m². Tidak boleh
lebih dari 4 orang yang mendiami satu kamar tidur, memilki ventilasi yang cukup dan ditambah dengan ventilasi mekanis untuk mendukung ventilasi alam untuk berbagai
keperluan dan kebutuhan. Mempunyai penerangan yang cukup. Sebaiknya ada 1 toilet dan 1 pancuran atau bak mandi untuk tiap 8 orang dan satu wastapel untuk tiap
6 orang. Menurut WHO, standar yang ditetapkan International Health Regulation
IHR Tahun 2005, bahwa operator alat angkut untuk seterusnya harus menjaga alat angkut yang menjadi tanggung jawabnya, bebas dari sumber penyakit atau
kontaminasi, dan juga bebas dari vektor penyakit. Dalam upaya pengendalian vektor penular penyakit, Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan melakukan: 1
Pemeriksaan kesehatan kapal yang datang dari negara sehat dan endemis, 2 Pemeriksaan kapal untuk penerbitan dokumen kesehatan 3 Pelaksanaan hapus
tikusserangga 4 Peningkatan sanitasi lingkungan Clearance pada kedatangan dan keberangkatan kapal 5 Upaya penegakan hukum kekarantinaan. Upaya lain yang
dilakukan adalah memasang perisai tikus Rat Guard, meninggikan tangga 60 cm dari dermaga.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kemampuan BinatangVektor Yang Sering Ditemui Di kapal