Hubungan Faktor Risiko Keadaan Sanitasi Toilet dengan Keberadaan Vektor

disimpan pada tempatnya, menjadi media bagi vektor kecoa bersembunyi resting place dan berkembang biak Untuk meningkatkan keadaaan sanitasi kamar awak kapal agar tidak berisiko tingkat kebersihannya baik tidak terlihat kotoran, sampah dibuang pada tempatnya, barang-barang tersusun rapi, ventilasi cukup artinya terjadinya sirkulasi udara yang baik, sehingga kamar tidak lembab dan berbau dan ditambah dengan ventilasi mekanis untuk mendukung ventilasi alam. Pencahayaan 5-10 fc, atau bisa digunakan untuk membaca. Tidak boleh lebih dari 4 orang untuk 1 kamar tidur Wijanarko, 2006. Menurut PP No.7 tahun 2000 menyatakan: luas lantai kamar tidur ABK paling sedikit 2,00 M 2 untuk kapal yang berukuran lebih kecil dari 500 GT atau 1.415M 3 , 2,35 M 2 untuk kapal yang berukuran 500 GT atau 1.415 M 3 dan 2,78 M 2 untuk kapal yang berukuran 3000 GT atau 8.490 M 3 . Disekat dari cuaca panas, dan dingin serta kedap air, gas dan kebisingan. Tidak memiliki pintu langsung keruang muatan. Kamar awak kapal yang merupakan faktor risiko dalam penelitian ini sebagian besar belum sesuai dengan kriteria kesehatan kapal. Hal ini dapat dilihat sebagian besar kapal yang berisiko dan ditemukannya vektor.

5.4. Hubungan Faktor Risiko Keadaan Sanitasi Toilet dengan Keberadaan Vektor

Keberadaan vektor yang banyak dijumpai di toilet kapal sebagai salah satu faktor risiko. Dari 54 kapal, keadaan sanitasi toilet yang berisiko sebesar 35 atau 64,8 dan yang tidak berisiko sebesar 19 atau 35,2. Dari 35 kapal tersebut yang menunjukkan keberadaan vektor pada toilet kapal sebesar 30 kapal atau 85,7 dan 5 Universitas Sumatera Utara kapal atau 14,3 yang tidak menunjukkan adanya vektor. Hasil uji statistik Chi- Square dapat disimpulkan ada hubungan antara toilet kapal dengan keberadaan vektor dimana nilai ρ=0.0010,05. Nilai OR yaitu 10,821 artinya keadaan sanitasi kamar awak kapal yang berisiko mempunyai peluang 10,8 kali adanya keberadaan vektor dibanding yang tidak berisiko. Hal tersebut sangat sangat relevan karena pada pada toilet mempunyai risiko yang tinggi dan keberadaan vektor kecoa yang tinggi pula. Besarnya frekuensi risiko dan keberadaan vektor pada toilet hampir sebanding dengan kamar awak kapal. Dari hasil penelitian di lapangan pada umumnya keadaan sanitasi toilet sebagian besar tidak bersih, dimana lantai dan dinding dalam keadaan licin dan kotor, kran air tidak berfungsi dengan baik, tidak tersedia wastafel dan air panas untuk membilas. Karena. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya tempat persembunyian kecoak dan berkembang biak di celah-celah dinding kamar mandi, apalagi didukung dengan kelembaban yang sesuai dengan habitat kecoa, kemudian kamar mandi hanya di pakai sewaktu-waktu, Sehingga dapat menyebabkan transmisi kecoa dari dapur ke kamar mandi, dimana di ketahui bahwa sifat kecoa tidak bisa diganggu oleh aktivitas manusia untuk perkembangbiakannya. Disamping itu pula tidak adanya air panas untuk menyiram kamar mandi, membuat kecoak lebih banyak berkembang biak Jika terkena air pada suhu ± 35 Untuk meningkatkan keadaan sanitasi toilet di kapal agar tidak berisiko tingkat kebersihannya baik, tidak ada sampah berserakan, lantai tidak licin , dinding tidak kotor, ventilasi dan penerangan yang cukup, pintu otomatis menutup sendiri, C kecoa akan mati Depkes RI, 2003. Universitas Sumatera Utara tersedia fasilitas cuci tangan seperti wastafel, tissu, sabun, kainhanduk, air panas dan dingin, tidak menghadap langsung ke ruang tempat makanan disiapkan, disimpan dan di hidangkan. Wijanarko, 2006. Toilet yang merupakan faktor risiko dalam penelitian ini sebagian besar belum sesuai dengan kriteria kesehatan kapal. Hal ini dapat dilihat sebagian besar kapal yang berisiko dan ditemukannya vektor. 5.5. Hubungan Faktor Risiko Keadaan Sanitasi Dapur dengan Keberadaan Vektor Vektor yang banyak dijumpai di dapur kapal sebagai salah satu faktor risiko adalah kecoa. Dari 54 kapal, dapur kapal yang keadaan sanitasinya berisiko sebesar 32 atau 59,3 dan yang tidak berisiko sebesar 22 atau 40,7. Dari 32 kapal tersebut yang menunjukkan keberadaan vektor sebesar 28 kapal atau 87,5 dan 4 kapal atau 12,5 yang tidak menunjukkan adanya vektor. Hasil uji statistik Chi-Square dapat disimpulkan ada hubungan antara dapur dengan keberadaan vektor dimana nilai ρ=0.0010,05. Nilai OR yaitu 10,111 artinya Keadaan sanitasi dapur yang berisiko mempunyai peluang 10,1 kali adanya keberadaan vektor dibanding yang tidak berisiko. Hal tersebut ada relevansinya karena pada pada dapur mempunyai risiko yang tinggi dan keberadaan vektor kecoa yang tinggi pula. Besarnya risiko dan keberadaan vektor pada dapur relatif sama dengan kamar awak kapal dan toilet. Karena permasalahan yang sangat subtansi yaitu pada tingkat kebersihan yang belum memenuhi kriteria kesehatan pada masing-masing faktor risiko tersebut. Dari hasil penelitian di lapangan pada umumnya keadaan sanitasi dapur sebagian besar tidak bersih, walaupun tidak ada sampah makanan yang berserakan Universitas Sumatera Utara tetapi permukaan dinding kotor dan tidak bewarna terang, tidak tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat dan terhadap sampah tidak diperlakukan pemisahan jenis sampah dan hanya sebagian kecil kapal yang melakukan pembilasan dengan air panas. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya tempat berkembangbiaknya kecoa karena kebiasaan hidup dan berkembang biaknya vektor penular penyakit ini menyukai tempat yang lembab dan banyak terdapat makanan, apalagi tempat pembuangan sampah di kapal tidak bertutup, dan sampah organik dan non organik dijadikan satu. Hal ini sesuai dengan habitat kecoa yang mana dapat menghasilkan ootheca dengan jumlah yang banyak dengan selang waktu 4 hari. Kecoa dapat dikatakan banyak dalam 1 ruangan karena sifatnya yang berkoloni. Untuk meningkatkan keadaan sanitasi dapur di kapal agar tidak berisiko tingkat kebersihannya baik, tidak ada sampah berserakan, permukaan dinding tidak kotor, lembut dan terang. Tersedianya tempat sampah yang memenuhi syarat, dan melakukan pemisahan sampah organik dan an organik sebagai salah satu unsur dari 3R, alat-alat dapur selalu dalam keadaan bersih dan tidak terbuat dari bahan yang mengandung bahan toksik, makanan yang telah di olah harus dalam keadaan tertutup guna menghindari kontaminasi, ventilasi cukup dan pencahayaan tidak kurang dari 20 fc. Bahan makanan mentah sebelum di olah harus dicuci dengan air panas, begitu juga dengan perabotan dan alat masak dapur Wijanarko, 2006. Dapur yang merupakan faktor risiko dalam penelitian ini sebagian besar belum sesuai dengan kriteria kesehatan kapal. Hal ini dapat dilihat sebagian besar kapal yang berisiko dan ditemukannya vektor sehingga merupakan faktor risiko. Universitas Sumatera Utara

5.6. Hubungan Faktor Risiko Keadaan Sanitasi Gudang Persediaan Makanan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

3 102 120

Hubungan Faktor Fisik Di Kapal Dan Di Pelabuhan Tembilahan Dengan Keberadaan Tikus

6 102 81

Pengaruh Sanitasi Dan Manajemen Kapal Terhadap Kepemilikan Sertifikat Sanitasi Kapal Pada Pelabuhan Lhokseumawe

26 176 104

Pengaruh Determinan Perilaku Anak Buah Kapal (ABK) Terhadap Pengendalian Vektor Penular Penyakit Pada Kapal Yang Sandar Di Pelabuhan Belawan

9 152 155

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Kajian Analisis Risiko Keberadaan Tempat Pemotongan Ayam di Kawasan Pondok Rumput Bogor terhadap Penyebaran Penyakit Avian Influenza

1 9 40

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Kapal dan Keberadaan Vektor Pembawa Penyakit (Larva Nyamuk, Musca Domestica, Periplaneta Americana dan Tikus) Pada Kapal Penumpang dan Kapal Barang di Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2016

50 253 142

Hubungan Sanitasi Kapal Dengan Tanda-Tanda Keberadaan Tikus Pada Kapal Yang Berlabuh Di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin

3 6 8

Arthropoda sebagai vektor yang mampu menularkan penyakit dapat berperan sebagai vektor penular dan sebagai intermediate host (Slamet, 2011). 2.1.1.1 Arthropoda Sebagai Vektor Penular

0 0 21

STUDI KONDISI TINGKAT SANITASI PADA KAPAL PENUMPANG DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS I MAKASSAR TAHUN 2011

1 3 110