Surveilans Faktor Risiko Upaya Pengendalian Vektor

Upaya pengendalian vektor dapat di lakukan dengan surveilans faktor risiko dan pengendalian vektor.

5.7.2. Surveilans Faktor Risiko

Wilayah kerja KKP mudah terjadi penyebaran penyakit melalui faktor risiko yang salah satunya meliputi alat angkut, jika tidak di jalankan dengan baik dampaknya mudah sekali menyebar penyakit KLB sampai lintas wilayah yang jauh, yang disebabkan oleh vektor. Surveilans faktor risiko merupakan salah satu dari upaya pengendalian vektor di pelabuhan. Hal ini sesuai dengan inti dari IHR 2005 yang nengharuskan setiap negara harus mampu mendeteksi secara dini kejadian suatu penyakit yang berpotensi risiko kesehatan yang mungkin menjalar ke negara lain. Tugas rutin yang di lakukan dalam pengendalian penyakit yaitu: surveilans faktor risiko, intervensi rutin sesuai indikasi. Faktor risiko yang dimaksud disini adalah alat angkut, ABK, barang, lingkungan dalam pelabuhan, bandara dan PLBD Depkes RI, 2007. Tahap kegiatan surveilans faktor risiko disini adalah melakukan pengamatan, pendataan, dan identifikasi faktor risiko. Hasil identifikasi digunakan langsung untuk menentukan tindakan intervensi rutin. Pengumpulan data laporan kegiatan, membuat rekomendasi dan rencana tindak lanjut. Dalam hal faktor risiko di kapal dilakukan pengamatan dan identifikasi vektor di kapal yaitu: jenis dan kwantitas keberadaan vektor di kapal serta faktor mana yang paling berisiko. Dicatat dan dilaporkan, sehingga dapat ditentukan rencana tindak lanjut. Dalam penelitian ini peneliti melakukan surveilans faktor risiko di kapal dimana peneliti mengamati keadaan Universitas Sumatera Utara sanitasi pada ruangankompartemen kapal yang berisiko atau tidak dan melihat keberadaan vektor yang ada di kapal dan di ruangan mana vektor tersebut berada. Jika ada indikasi terdapat vektor peneliti merekomendasikannya kepada pimpinan KKP Tembilahan.

5.7.3. Upaya Pengendalian Vektor

Hasil penelitian kegiatan intervensi rutin yang dilakukan bila ada indikasi. Indikasi ditentukan dari hasil pemeriksaan rutin. Intervensi rutin ditujukan pada penelitian ini ditekankan pada alat angkut. Hasil penelitian di kapal terhadap faktor risiko rata-rata kecoa menempati seluruh ruang, dengan kepadatan relatif tinggi berkisar antara 21-35 ekor. Menurut Depkes 2003 bahwa kepadatan antara 21-100 ekor dikategorikan tinggi. Dari hasil Identifikasi kecoa umumnya kecoa yang terdapat di kapal jenis yang paling dominan yaitu Periplaneta australasiae kecoa Australia. Dalam hal ini peneliti memberikan rekomendasi kepada pimpinan agar dapat kiranya melakukan intervensi. Sehubungan dengan uraian tersebut diatas KKP Tembilahan melaksanakan tindak lanjut keberadaan vektor di kapal dengan intervensi rutin dengan melakukan pengendalian secara kimia yaitu melakukan hapus serangga dengan insektisida. Insektisida yang di pakai adalah bistar 10 WP yang diformulasikan ke dalam bentuk cairan dengan mamakai alat penyemprot Spraycan. Hal ini digunakan karena umumnya kecoa yang terdapat di kapal yang menempati ruangan-ruangan sebagai faktor risiko masih dalam bentuk belum dewasa tetapi kepadatannya tinggi. Umumnya menempati celah-celah dinding kapal. Metode ini lebih efektif dilakukan Universitas Sumatera Utara karena butiran spray dapat masuk langsung ke celah dinding yang kecil dan berefek kontak langsung kesasaran, karena sifat insektisida tersebut adalah racun kontak. Penanggulangan kecoa ditujukan agar menurunnya penyakit yang ditularkan oleh kecoa di kapal, menurunnya tingkat kepadatan kecoa di kapal serta terciptanya kapal bersih dan sehat Depkes RI 2003.

5.8. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

3 102 120

Hubungan Faktor Fisik Di Kapal Dan Di Pelabuhan Tembilahan Dengan Keberadaan Tikus

6 102 81

Pengaruh Sanitasi Dan Manajemen Kapal Terhadap Kepemilikan Sertifikat Sanitasi Kapal Pada Pelabuhan Lhokseumawe

26 176 104

Pengaruh Determinan Perilaku Anak Buah Kapal (ABK) Terhadap Pengendalian Vektor Penular Penyakit Pada Kapal Yang Sandar Di Pelabuhan Belawan

9 152 155

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Kajian Analisis Risiko Keberadaan Tempat Pemotongan Ayam di Kawasan Pondok Rumput Bogor terhadap Penyebaran Penyakit Avian Influenza

1 9 40

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Kapal dan Keberadaan Vektor Pembawa Penyakit (Larva Nyamuk, Musca Domestica, Periplaneta Americana dan Tikus) Pada Kapal Penumpang dan Kapal Barang di Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2016

50 253 142

Hubungan Sanitasi Kapal Dengan Tanda-Tanda Keberadaan Tikus Pada Kapal Yang Berlabuh Di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin

3 6 8

Arthropoda sebagai vektor yang mampu menularkan penyakit dapat berperan sebagai vektor penular dan sebagai intermediate host (Slamet, 2011). 2.1.1.1 Arthropoda Sebagai Vektor Penular

0 0 21

STUDI KONDISI TINGKAT SANITASI PADA KAPAL PENUMPANG DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS I MAKASSAR TAHUN 2011

1 3 110