Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

Empathy 0,839 dimana semua arah korelasinya positif. Semuanya juga mempunyai nilai probabilitas dibawah 0,000 yaitu dibawah 10 maka ditolak. Ini berarti keempat dimensi ini memang secara nyata mempunyai hubungan atau korelasi yang sangat kuat dengan tingkat kepuasan keseluruhan. Dari Tabel 5.9 juga bisa dilihat bahwa dimensi Assurance pelayanan merupakan dimensi pelayanan paling kuat berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien keseluruhan, diikuti dengan dimensi Reliability, Responsiveness, Empathy dan yang terakhir dimensi Tangibles.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry pada tahun 1985, kualitas pelayanan terbentuk dari 5 dimensi yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy. Tingkat kepuasan seseorang pelanggan terhadap pelayanan itu tergantung kesenjangan antara persepsi dan harapannya dalam menerima pelayanan tersebut. Maka supaya sesuai dengan teori yang dipakai, evaluasi dan pembahasan hasil penelitian dilakukan per dimensi yang nanti akan mengarah kepada tingkat kepuasan keseluruhan. Dari dimensi Tangibles, didapatkan nilai kesenjangan terbesar adalah dari butir pertanyaan nomor 5 -0,39 yaitu tentang apakah ruang pemeriksaan klinik memadai dan terjaga privasinya dan diikuti dengan butir pertanyaan nomor 3 - 0,33 yaitu berhubungan kondisi ruang tunggu klinik. Ini berarti persepsi rata-rata pasien diabetes terhadap pelayanan yang diterimanya paling tidak mencapai harapannya dalam hal kondisi ruang pemeriksaan dan ruang tunggu klinik. Rasa tidak puas pasien terhadap aspek-aspek diatas bisa timbul apabila jumlah pasien yang datang pada waktu yang sama terlalu ramai yang kemudian mungkin menyebabkan tempat duduk di ruang tunggu tidak mencukupi. Apabila pasien yang datang begitu ramai, pasien yang sedang berkonsultasi mungkin merasakan kurang nyaman terutama terhadap privasinya. Tambahan lagi, kebanyakan pasien klinik berusia lebih dari 50 tahun dan akan lebih merasakan penat dan lelah bila Universitas Sumatera Utara menunggu antri, tambahan lagi letaknya klinik itu di lantai dua. Bagaimanapun, harapan rata-rata pasien terletak paling tinggi pada butir pertanyaan nomor 4 5,00 yaitu berhubungan dengan kelengkapan jumlah obat puskesmas. Ini berarti rata-rata pasien di Klinik Diabetes Puskesmas Sering datang dengan harapan yang paling tinggi terhadap kelengkapan obat-obatan puskesmas. Pola yang mirip ditemukan pada penelitian tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dimana harapan rata-rata pasien juga paling tinggi pada kelengkapan jumlah obat Yustisianto, 2009. Hal ini mungkin karena rata-rata pasien melihat obat-obatan sebagai elemen terpenting untuk menjadi sehat. Namun, dari nilai kesenjangannya pertanyaan nomor 4 yang paling kecil -0,03, boleh dikatakan rata-rata pasien merasakan paling puas terhadap aspek berikut dalam dimensi Tangibles. Hal ini bisa dijelaskan apabila kebanyakan pasien mengatakan bahwa semua pengobatan yang dibutuhkan mereka tersedia di klinik dan pasien tidak harus ke apotik dari luar puskesmas. Selain itu, butir pertanyaan nomor 1 dan 2 juga memiliki nilai kesenjangan yang relatif kecil yaitu -0,07 dan - 0,04. Ini berarti rata-rata pasien puas dengan kebersihan dan kerapian gedung puskesmas dan petugasnya serta merasakan bahwa peralatan kesehatan puskesmas sudah memadai. Peralatan kesehatan yang digunakan sehari-hari seperti alat timbang berat, alat ukur tinggi badan, sphygmomanometer, alat ukur KGD dan lain-lain semuanya tersedia di Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Hasil ini memperlihatkan bahwa meskipun rata-rata pasien telah cukup puas terhadap pelayanan yang didapatkan, namun masih belum mencapai apa yang diharapkan. Tingkat kepuasan pada dimensi Reliability diukur melalui 7 butir pertanyaan yang berhubungan kehandalan dokter dan petugas pendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan di Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Dapat dilihat pada Tabel 5.3 bahwa rata-rata pasien puas dengan aspek ketepatan resep yang diterima dan juga peranan perawat dalam membantu dokter yang bertugas. Hal ini bisa dilihat pada butir pertanyaan nomor 3 dan 4 yang nilainya 0,00. Ini berarti rata-rata pasien puas terhadap 28,6 aspek Reliability pelayanan di Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Akan tetapi, harapan paling tinggi rata-rata pasien adalah terhadap aspek keakuratan diagnosa dokter yaitu pada butir pertanyaan Universitas Sumatera Utara nomor 1 5,00 dan didapatkan kesenjangan sekecil -0,01 antara persepsi dengan harapan rata-rata pasien. Kesenjangan ini mungkin timbul apabila pasien merasakan dokter tidak yakin akan diagnosa yang dibuat atau akibat kekeliruan pasien terhadap kondisinya. Hal ini mungkin karena diagnosa diabetes itu berhubungan dengan penyakit metabolik yang lain seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia dan mungkin menyebabkan pasien tidak bisa menghubungkan kondisi-kondisi tersebut dan berpersepsi bahwa dokter mengganti-ganti diagnosa. Hal ini bisa dikaitkan dengan butir pertanyaan nomor 5 dari dimensi Assurance tentang penjelasan dokter kepada pasien alasan timbulnya penyakit yang diderita pasien yang mendapat nilai kesenjangan yang paling besar dalam dimensi tersebut yang berarti pasien masih belum mempunyai pemahaman yang baik terhadap penyakit yang dideritanya. Selain itu, didapatkan nilai kesenjangan paling besar pada dimensi Reliability terdapat pada butir pertanyaan nomor 6 -0,11 berhubungan kemudahan pelayanan yang didapatkan rata-rata pasien. Ini berarti rata-rata pasien merasakan bahwa pelayanan yang diberikan kurang cepat dan sedikit sulit difahami. Hal yang sama dapat dilihat pada pasien- pasien di Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat berdasarkan penelitian Yustisianto 2009. Hal ini mungkin tergantung kesabaran rata-rata pasien yang berobat dan juga kemampuan mereka dalam memahami apa yang disampaikan oleh dokter di puskesmas. Ditemukan bahwa beberapa pasien yang berobat di Klinik Diabetes Puskesmas Sering sudahpun mengalami komplikasi seperti kemampuan pendengaran dan penglihatan yang berkurang dan bisa mempengaruhi pemahaman pasien terhadap pelayanan dan juga mempengaruhi motivasi pasien dalam memahami penyakit yang dideritanya. Kebanyakan pasien yang merupakan ibu rumah tangga juga mungkin mau cepat mengejar kerjaan di rumah. Kesenjangan pada butir pertanyaan nomor 5 -0,10 dan 7 -0,09 mungkin berarti terdapat kekurangan dari segi pendekatan puskesmas terhadap masyarakat. Mungkin salah satu faktor adalah waktu pembukaan klinik yaitu sebanyak sehari seminggu. Diketahui bahwa rata-rata pasien berobat ke Klinik Diabetes Puskesmas Sering setiap dua minggu namun hanya mempunyai peluang sehari Universitas Sumatera Utara dalam seminggu untuk berobat. Ada kemungkinan pasien lewatkan hari klinik itu dibuka dan terpaksa menunggu seminggu lagi untuk berobat. Dari dimensi Responsiveness dapat dilihat bahwa nilai kesenjangan pada keempat butir pertanyaan adalah kecil 0,1, namun rata-rata pasien merasakan persepsi mereka terhadap dimensi Responsiveness pelayanan masih belum mencapai apa yang diharapkan. Nilai kesenjangan terbesar pada butir pertanyaan nomor 2 -0,07 berarti rata-rata pasien paling kurang puas terhadap menyampaian informasi dari petugas puskesmas. Tambahan lagi rata-rata pasien datang berobat dengan harapan paling tinggi terhadap aspek tersebut. Persepsi pasien paling mencapai harapannya pada aspek kesediaan dokter mendengarkan keluhan pasien dengan nilai kesenjangan pada butir pertanyaan nomor 1 sekecil -0,01. Selain itu, ditemukan rata-rata pasien diabetes di Klinik Diabetes Puskesmas Sering datang dengan harapan paling tinggi terhadap kesediaan dokter mendengarkan keluhan pasien diikuti dengan penyampaian informasi yang dibutuhkan dengan baik. Pola ini mirip dengan pola rata-rata pasien Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat Yustisianto, 2009. Berdasarkan dimensi Assurance, persepsi rata-rata pasien terhadap pelayanan yang diterima masih tidak mencapai harapan masing-masing. Hal ini bisa dilihat pada kesenjangan nilai rata-rata dimensi Assurance -0,0486. Dapat dilihat bahwa rata-rata pasien di Klinik Diabetes Puskesmas Sering datang dengan harapan sangat tinggi dari dimensi Assurance, namun semuanya hampir dapat dicapai oleh klinik kecuali dari aspek butir pertanyaaan nomor 5 yang memberi nilai kesenjangan paling besar -0,13. Nilai kesenjangan selainnya dibawah -0,01. Ini berarti rata-rata pasien merasakan bahwa dokter tidak menjelaskan alasan timbulnya penyakit yang diderita pasien. Meskipun begitu, dari nilai kesenjangan butir pertanyaan nomor 4 -0,03, rata-rata pasien lebih puas terhadap kesabaran dokter dalam memberi penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien. Kedua aspek di atas yang tampaknya bertentangan satu sama lain bisa terjadi apabila pasien yang duluan bertanya kepada dokter tentang penyakitnya kemudian baru dijelaskan oleh dokternya dengan sabar. Butir pertanyaan nomor 1 yang berhubungan dengan kesabaran petugas puskesmas dalam menghadapi keluh Universitas Sumatera Utara kesah pasien memberikan nilai kesenjangan yang paling kecil -0,01 dalam dimensi Assurance. Nilai kesabaran dokter dan petugas-petugas puskesmas lain tampaknya menjadi aset terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Hal ini juga bisa dihubungkan dengan aspek kesediaan dokter mendengarkan keluhan pasien dari dimensi Responsiveness dan juga kesungguhan dokter klink memeriksa pasien dari dimensi Reliability yang nilai kesenjangannya tidak begitu besar masing-masing -0,01 dan -0,02. Secara keseluruhan dimensi Assurance, walaupun nilai-nilai rata-rata kesenjangannya tidak begitu besar - 0,0486, harapan rata-rata pasien tetap belum dicapai. Dari dimensi pelayanan Empathy, dapat dilihat bahwa rata-rata pasien mempunyai harapan yang tinggi 5,00 terhadap pelayanan yang diterima dari aspek Empathy kecuali pada aspek butir pertanyaan nomor 2 dan 7 yaitu berhubungan apakah dokter selalu menanyakan kabar dan keadaan pasien dan juga kesediaan petugas untuk meminta maaf bila terjadi kesalahan. Namun, rata- rata pasien paling puas terhadap aspek nomor 7. Hal ini bisa dilihat dari nilai kesenjangannya yang paling kecil -0,01 dibandingkan dengan aspek yang lain. Nilai kesenjangan paling besar terdapat pada butir pertanyaan nomor 5 -0,14 diikuti dengan nomor 1 -0,13. Rata-rata pasien merasakan bahwa petugas puskesmas tidak selalu menanyakan kabar dari setiap pasien yang datang. Namun mereka merasakan bahwa dokternya lebih selalu menanyakan kabar dan keadaan pasien. Hal ini bisa dilihat dari nilai kesenjangan butir pertanyaan nomor 2 yang relatif lebih kecil -0,04 dari yang nomor 5 -0,14. Nilai kesenjangan butir pertanyaan nomor 1 -0,13 menunjukkan bahwa pasien merasakan bahwa dokter tidak selalu ingat terhadap permasalah atau keluhan pasien sebelumnya. Hal ini mungkin tidak disengajakan karena tidak mudah untuk mengingati segala hal dari semua pasien yang datang berobat. Namun harus dibuat catatan tentang harapan pasien yang tinggi terhadap aspek tersebut. Butir pertanyaan nomor 3 yang memberikan nilai kesenjangan terkecil -0,03 dari dimensi ini berarti rata-rata pasien merasakan dokter di Klinik Diabetes Puskesmas Sering mendengarkan dengan seksama semua keluhan pasien. Hal ini bisa dikaitkan dengan aspek nomor 1 dimensi Responsiveness dan aspek nomor 1 dimensi Assurance yang Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan kesediaan dokter mendengarkan keluhan pasien dan kesabaran dokter dalam menghadapi keluh kesah pasien. Kedua aspek ini juga mendapatkan nilai kesenjangan yang terkecil dari dimensi masing-masing. Hasil tersebut juga memperlihatkan bahwa meskipun rata-rata responden telah puas terhadap pelayanan yang diberikan, namun masih belum mencapai apa yang diharapkan dari sudut dimensi Empathy. Dari 70 orang pasien yang dijadikan responden pada penelitian ini, 35 pasien 50,0 merasakan puas, 33 pasien 47,1 merasakan kurang puas dan selebihnya 2 pasien 2,9 merasakan sangat puas terhadap pelayanan kesehatan Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Tingkat kepuasan keseluruhan yang didapatkan dari nilai kesenjangan dari kelima dimensi pelayanan adalah sekecil - 0,075. Ini berarti walaupun kebanyakan pasien sudah merasakan puas terhadap pelayanan kesehatan yang didapatkan, namun masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam dimensi-dimensi pelayanan tertentu. Selain itu dapat dilihat juga bahwa rata-rata pasien datang berobat dengan harapan rata-rata sangat tinggi karena nilai harapan yang cenderung mencapai 5,00. Dari analisa korelasi didapat bahwa kelima dimensi pelayanan berkorelasi positif dan secara signifikan terhadap tingkat kepuasan keseluruhan. Dimensi Assurance merupakan dimensi yang paling kuat berhubungan dengan tingkat kepuasan keseluruhan. Ini berarti hasil kepuasan rata-rata pasien pada dimensi Assurance paling banyak mempengaruhi terhadap tingkat kepuasan keseluruhanny. Hal ini didapatkan walaupun nilai kesenjangan pada dimensi Tangibles merupakan yang paling besar -0,1714. Dimensi selanjutnya yang paling berhubungan kuat dengan tingkat kepuasan keseluruhan adalah dimensi Reliabilty, Responsiveness, Empathy dan yang terakhir dimensi Tangibles. Dari hasil yang didapatkan bisa kita tentukan bahwa untuk meningkatkan tingkat kepuasan keseluruhan, Klinik Diabetes Puskesmas Sering bisa mencoba memaksimalkan upaya pelayanan dari dimensi-dimensi yang pengaruhnya besar terhadap tingkat kepuasan keseluruhan misalnya dimensi Assurance dan Reliability. Perbaikan pada dimensi Tangibles secara relatif tidak kuat mempengaruhi tingkat kepuasan keseluruhan jika dibandingkan dengan perbaikan Universitas Sumatera Utara pada dimensi Assurance dan lainnya. Menurut penelitian oleh Sudhakar, Rao dan Rahul 2012 didapati juga bahwa dimensi pelayanan yang paling lemah berhubungan dengan tingkat kepuasan adalah dimensi Tangibles. Namun yang menjadi dimensi yang paling berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pada penelitian tersebut adalah dimensi Reliability. Ini berarti pasien pada penelitian tersebut rata-rata lebih memandang terhadap aspek kehandalan dan efisiensi petugas kesehatan dalam memberi melayanan sedangkan pasien Klinik Diabetes Puskesmas Sering memandang lebih kepada aspek jaminan dan keramahan petugas klinik dalam memberikan pelayanan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai tingkat kepuasan pasien diabetes di Klinik Diabetes Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan

1. Dari sudut karakteristik 70 pasien yang berobat, dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien adalah pasien perempuan yaitu sebanyak 42 orang 60. 32 orang pasien 45,7 berusia antara 51-60 tahun, 23 orang 32,9 berusia di atas 60 tahun dan selebihnya berusia antara 41-50 tahun. Semua pasien yang berobat sudah bernikah dan kebanyakan darinya adalah lulusan Diploma yaitu sebanyak 21 orang 30,0 dan lulusan SMA yaitu sebanyak 20 orang 28,6. Dari 70 pasien, 36 orang pasien 51,4 merupakan golongan ibu rumah tangga. 2. Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa dari 70 orang pasien di Klinik Diabetes Puskesmas Sering, 35 orang pasien 50 merasakan puas terhadap pelayanan kesehatan di klinik tersebut. 33 orang pasien 47,1 merasakan kurang puas dan 2 orang pasien 2,9 merasakan sangat puas terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Diabetes Puskesmas Sering. Faktor ketidakpuasan pada rata-rata pasien yang kurang puas adalah karena persepsinya tentang pelayanan yang diterima tidak mencapai harapan masing- masing. Hal ini bisa dilihat dari nilai kesenjangan rata-rata dari setiap dimensi pelayanan yang menghasilkan nilai negatif walaupun agak kecil -0,1. Rata-rata pasien paling puas terhadap dimensi Responsiveness Nilai kesenjangan: -0,0464 diikuti dengan dimensi Reliability Nilai kesenjangan: -0,0469, Assurance Nilai kesenjangan: -0,486, Empathy Nilai kesenjangan: -0,0633 dan Tangibles Nilai kesenjangan: -0,1714. 3. Hasil dari analisa korelasi menunjukkan bahwa semua lima dimensi pelayanan mempengaruhi tingkat kepuasan secara signifikan. Namun, Universitas Sumatera Utara