pendapatan Y, artinya pendapatan petani dipengaruhi secara dominan oleh variabel panerimaan dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel biaya benih X2,
biaya pupuk X3, biaya pestisida X4, dan biaya penyusutan alat X6 tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan Y. Hal ini disebabkan berapapun
biaya produksi yang dikeluarkan petani biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya penyusutan alat tidak mempengaruhi pandapatan petani yang diperoleh
dalam setiap musim tanam. Penelitian Yulianto 2005 yang menggunakan metode regresi linear
berganda menunujukan bahwa biaya saprodi X
1
benih, pupuk, pertisida dan biaya tenaga kerja X
2
berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani semangka. Yang termasuk dengan biaya saprodi yaitu biaya benih, pupuk,
pestisida.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Usahatani
Usahatani farm adalah organisasi dari alam lahan, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya Firdaus, 2008.
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Pada pertanian rakyat yang sering dikenal dengan
usahatani kecil, sering menggunakan tenaga anak dan tenaga wanita atau ibu selain dari tenaga pria sebagai kepala keluarga Daniel, 2002.
Universita Sumatera Utara
2.2.2. Karakteristik Udang Windu
Klasifikasi udang windu Penaeus monodon Fab. menurut Suwignyo 1997 adalah sebagai berikut :
Filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Decapoda
Ordo : Natantia
Famili : Pencidae
Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus monodon Fab.
Secara morfologi tubuh udang windu dibedakan atas cephalothorax yang Terdiri dari kepala dan dada serta bagian abdomen perut. Di bagian kepala
terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antenna, sepasang antenula, sepasang mandibula, dan sepasang maksila. Di bagian dada terdapat terdapat tiga pasang
maksiliped dan lima pasang kaki renang serta sepasang uropod yang terletak disamping telson Martusudarmo dan Ranoemihardjo, 1981. Bagian kepala dan
dada tertutup oleh sebuah kelopak kepala atau cangkang kepala yang disebut kerapas dan dibagian depan kelopak kepala terdapat rostum yang memanjang dan
bergerigi Suyanto dan Mujiman, 2002. Dalam perkembangannya udang windu mengalami beberapa kali
perubahan stadia. Dimulai dari menetasnya telur menjadi larva melalui stadia nauplius yang terdiri dari 6 sub stadia zoea dan nysis masing-masing 3 sub stadia.
Telur menetas setelah 10-12 jam, nauplius selama 2 hari, zoea selama 4-5 hari dan stadia Mysis selama 3-4 hari. Stadia mysis akan berkembang menjadi post karva
Universita Sumatera Utara
dan seterusnya menjadi juvenile serta akhirnya tumbuh menjadi udang dewasa Mochizuki, 1978.
Menurut Suyanto dan Mujiman 2002 teknik budidaya udang windu sebagai berikut :
1. Tradisional Menggantungkan seluruh makanan organik yang tersebar di seluruh
tambak baik dengan pemupukan atau tidak. Padat penebaran sebesar 1.000-10.000 ekorhamusim.
2. Semi Intensif Menggunakan makanan tambahan, untuk melengkapi makanan alami serta
menggunakan pompa air sebagai tambahan untuk mengganti air pasang surut. Sistem ini digunakan pintu-pintu pembuangan pada setiap petakan
sebagai pintu tambahan. Padat penebaran sebesar 10.000-50.000 ekorhamusim.
3. Intensif Semua sarana produksi tidak tergantung pada alam serta menggunakan
aerasi. Padat penebaran sebesar 100.000-600.000 ekorhamusim.
2.2.3. Teknik Budidaya Udang Windu Organik