Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan. Kecamatan dan luas masing- masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan No
Kecamatan Luas Km2
Persentase
1 Medan Tuntungan
20,68 7,80
2 Medan Johor
14,58 5,50
3 Medan Amplas
11,19 4,22
4 Medan Denai
9,05 3,41
5 Medan Area
5,52 2,08
6 Medan Kota
5,27 1,99
7 Medan Maimun
2,98 1,12
8 Medan Polonia
9,01 3,40
9 Medan Baru
5,84 2,20
10 Medan Selayang 12,81
4,83 11 Medan Sunggal
15,44 5,82
12 Medan Helvetia 13,16
4,96 13 Medan Petisah
6,82 2,57
14 Medan Barat 5,33
2,01 15 Medan Timur
7,76 2,93
16 Medan Perjuangan 4,09
1,54 17 Medan Tembung
7,99 3,01
18 Medan Deli 20,84
7,86 19 Medan Labuhan
36,67 13,83
20 Medan Marelan 23,82
8,99 21 Medan Belawan
26,25 9,90
Jumlah 265,10
100,00
Sumber : Kota Medan Dalam Angka, 2011
Kecamatan dengan luas terbesar yaitu Kecamatan Medan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km
2
atau sekitar 13,83 dari total luas wilayah Kota Medan.
4.1.2. Penduduk
Pada tahun 2010, penduduk Kota Medan mencapai 2.097.610 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 7.913 jiwa per km
2
. Jumlah penduduk Kota Medan berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.
Universita Sumatera Utara
Tabel 5. Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
No Golongan
Umur Laki-laki
Jiwa Perempuan
Jiwa Jumlah
1 0-4
98.437 92.857
191.294 9
2 5-9
99.961 93.532
193.493 9
3 10-14
97.514 91.828
189.342 9
4 15-19
102.566 107.423
209.989 10
5 20-24
112.860 123.092
235.952 11
6 25-29
100.935 103.459
204.394 10
7 30-34
85.609 87.265
172.874 8
8 35-39
77.344 80.795
158.139 8
9 40-44
69.238 71.727
140.965 7
10 45-49
57.718 59.997
117.715 6
11 50-54
48.163 49.244
97.407 5
12 55-59
34.548 34.282
68.830 3
13 60-64
20.373 22.555
42.928 2
14 65-69
14.573 17.556
32.129 2
15 70-74
9.596 12.384
21.980 1
16 75+
7.491 12.688
20.179 1
Jumlah 1.036.926
1.060.684 2.097.610 100
Sumber : Kota Medan Dalam Angka, 2011
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki sebanding dengan
jumlah penduduk perempuan. Jika dilihat dari umur, maka dapat dilihat bahwa 67 penduduk Kota Medan berada pada rentang usia produktif 15-59 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja cukup besar. 4.1.3.
Latar Belakang Historis
Kotamadya Medan awalnya adalah sebuah perkampungan kecil yang dinamakan kampung ‘MEDAN PUTRI.’ Letaknya berada di antara pertemuan
Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa pendiri kampung Medan adalah Raja
Universita Sumatera Utara
Guru Patimpus yang merupakan nenek moyang Datuk Hamparan Perak Dua Belas Kuta dan Datuk Sukapiring. Kedua wilayah itu merupakan bagian dari Kesultanan
Deli. Jhon Anderson, seorang pegawai pemerintah Inggris, yang pernah berkunjung ke Medan pada tahun 1823 menyebutkan bahwa kala itu penduduk
kampung Medan berjumlah 200 orang. Nama Deli mulai terkenal ketika Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha
Belanda, membuka perkebunan tembakau pada tahun 1865 di Sumatera Timur. Daun tembakau yang berasal dari Deli sangat terkenal dan tidak ada tandingannya
sebagai bahan pembungkus cerutu, sehingga menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya di wilayah Sumatera Timur.
Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan
demografi. Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur.
Keuntungan itu tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera
Timur. Keuntungan yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di
Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur. Sebelum kedatangan Belanda, para raja hidup dalam keadaan
melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan
pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang
Universita Sumatera Utara
dari luar wilayah Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi Sumtera Timur pada saat itu.
Seiring dengan perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya
pihak pengusaha mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak
mempekerjakan penduduk asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan
sistem kontrak.Dengan demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku
pendatang, seperti Jawa, Cina, India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.
Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota
Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan
menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor
Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai
pelabuhan internasional . Ketika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh
kampong-kampung yang baru, yaitu : Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini
Universita Sumatera Utara
dikepalai oleh seorang kepala kampong di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh
seorang Kepala Kampung. Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu : Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung.
Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee Kotapraja tetapi kota Maksum dan Sungai Kera
tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron
Daniel Mackay. Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah
dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif. Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan
penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa.
Hal ini disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan pendatang asing, seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya.
Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi
kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera. Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 pada tanggal 17 Mei 1946 mengenai
pembentukan 15 kota otonom. Ketika Negara Sumatera Timur NST terbentuk Medan dijadikan Stadsgemente.
Seiring dengan terbentuknya Propinsi Sumetara Utara maka pemerintahan Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Propinsi Sumatera Utara yang telah
Universita Sumatera Utara
terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan Medan sebagai pusat pemerintahannya. Tetapi pembentukan propinsi
Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang menginginkan wilayah Aceh menjadi satu propinsi yang otonom dan tetap tunduk
pada pemerintah pusat. Setelah melalui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh tidak lagi menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, terjadi
perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya.
Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali
lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September
1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan
Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59 Kepenghuluan.
Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya, mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973
ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan
memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya
Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Sebelas Kecamatan yang ada di Kotamadya Medan pada saat itu adalah:
Universita Sumatera Utara
1. Kecamatan Medan Kota dengan 26 Kelurahan 2. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan
3. Kecamatan Medan Barat dengan 13 Kelurahan 4. Kecamatan Medan Baru dengan 18 Kelurahan
5. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 6. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan
7. Kecamatan Medan Johor dengan 11 Kelurahan 8. Kecamatan Medan Sunggal dengan 14 Kelurahan
9. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 11 Kelurahan 10. Kecamatan Medan Denai dengan 14 Kelurahan
11. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan
Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya
Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kesembilanbelas Kecamatan itu adalah:
1. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 9 Kelurahan 2. Kecamatan Medan Johor dengan 6 Kelurahan
3. Kecamatan Medan Amplas dengan 8 Kelurahan 4. Kecamatan Medan Denai dengan 5 Kelurahan
5. Kecamatan Medan Tembung dengan 7 Kelurahan 6. Kecamatan Medan Kota dengan 12 Kelurahan
7. Kecamatan Medan Area dengan 12 Kelurahan 8. Kecamatan Medan Baru dengan 6 Kelurahan
Universita Sumatera Utara
9. Kecamatan Medan Polonia dengan 5 Kelurahan 10. Kecamatan Medan Maimun dengan 6 Kelurahan
11. Kecamatan Medan Selayang dengan 6 Kelurahan 12. Kecamatan Medan Sunggal dengan 6 Kelurahan
13. Kecamatan Medan Helvetia dengan 7 Kelurahan 14. Kecamatan Medan Petisah dengan 7 Kelurahan
15. Kecamatan Medan Barat dengan 6 Kelurahan 16. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan
17. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan 18. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan
19. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan Sumber Badan Pusat Statistik Kota Medan
Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun
1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamtan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21
Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekaran tersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan
Perjuangan dengan 9 Kelurahan.
4.2. Gambaran Umum Kecamatan Medan Labuhan