commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi sekarang ini, banyak menimbulkan pengaruh bagi dunia pendidikan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif bagi
dunia pendidikan adalah kemajuan IPTEK yang mendukung cepatnya arus informasi ke berbagai daerah dan pemerolehan sumber belajar yang lebih luas. Akan tetapi
pengaruh negatif bagi dunia pendidikan juga besar. Pemanfaatan IPTEK yang kurang sesuai dapat menyebabkan kerusakan moral, sikap dan karakteristik seseorang.
Sebagai contoh pengaruh kecil televisi. Hampir semua rumah memiliki televisi dan tidak bisa dipungkiri televisi dapat mempengaruhi sikap seseorang, seperti malas
belajar, meniru adegan yang kurang sopan dan sebagainya. Hal tersebut menjadikan PR ekstra bagi para pendidik. Namun, sikap malas tersebutlah yang perlu
diwaspadai. Semakin maju berkembangnya suatu negara, semakin besar pula harapan
yang diinginkan oleh negara tersebut. Akan tetapi, kemajuan berkembangnya suatu negara tanpa diikuti oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka harapan
tersebut akan sulit tercapai. Generasi penerus yang bermalas-malasan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sikap malas tersebut
terbawa ketika berada di dalam kelas, tidak hanya malas belajar mengerjakan tugas, tetapi juga malas untuk membaca. Terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : 1 membaca, 2 menyimak, 3 menulis, 4 berbicara. Keempat
aspek tersebut harus dimiliki oleh siswa, karena apabila salah satu aspek tersebut tidak dimiliki oleh siswa maka akan sulit untuk mengikuti pembelajaran bahasa
Indonesia dan bidang studi yang lainnya. Namun, masih banyak siswa yang kurang berminat atau malas membaca.
Ditandai dengan tidak sedikitnya siswa yang menanyakan jawaban, baik pada guru maupun teman sebangku ketika diberi soal tugas dari guru tanpa adanya kemauan
commit to user 2
membaca materi pelajaran sebelumnya dan siswa yang lebih memilih bermain sediri daripada membaca teks bacaan. Selain itu kurang variatifnya penggunaan metode
dan kurangnya pemberian tanggung jawab dari guru kepada siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam keterampilan membaca juga
melatarbelakangi rendahnya minat membaca siswa. Sarana pendukung seperti pemanfaatan perpustakaan juga berpengaruh terhadap tingginya minat membaca
siswa. Berdasarkan hasil sebaran angket yang dilakukan pada sebuah sekolah dasar
di desa Pabelan Kartasura, didapatkan suatu data yang terpolakan menjadi lima kriteria minat membaca siswa, yaitu sangat tinggi 10, tinggi 20, sedang 43,33,
rendah 26,67 dan sangat rendah 0 lampiran 10. Memang tidak dapat dipungkiri, kemajuan IPTEK dan dunia hiburan banyak sedikitnya menimbulkan efek negatif,
salah satunya malas. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat membaca siswa tergolong rendah.
Menurut H.G Tarigan 1983: 7 dalam St. Y. Slamet 2008: 66 membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis. Dengan membaca dapat diperoleh berbagai manfaat yaitu memperoleh
banyak pengalaman hidup, memperkaya khasanah keilmuan, dapat memahami isi bacaan dan masih banyak manfaat lainnya. Bagi siswa SD membaca adalah kegiatan
belajar terpenting untuk dapat memperkaya ilmu. Namun, sekarang ini banyak dijumpai siswa SD yang kurang berminat untuk membaca.
Penggunaan metode mendongeng story telling ini diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa SD sedikit demi sedikit. Dalam
www.google.com definisi mendongeng adalah penyampaian peristiwa dalam kata- kata, gambar dan suara, sering dengan improvisasi. Sedangkan menurut Andi Yudha
2009 : 19 bercerita adalah suatu proses kreatif anak-anak yang dapat mengaktifkan aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi dan imajinasi; tidak
hanya mengutamakan otak kiri, tetapi juga otak kanan. Mendongeng dapat digunakan sebagai metode untuk meningkatkan minat membaca siswa dengan cara
commit to user 3
membiasakan siswa untuk mendongeng di depan kelas dan memperhatikan dongeng yang sedang disampikan di akhir pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu yang diberikan
sekitar 10-15 menit dan dongeng cerita disampaikan secara bergantian tanpa membawa teks bacaan.
“Bisa dikatakan bahwa dongeng cerita yang mengubah cara berpikir atau merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-
tubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti
seperti perbahan dalam respirasi, irama, otot, dan detak ja
ntung.” George W. Burns:
2001: 30
dalam http:episentrum.comsearchwww20pengertian20mendongeng
Seperti yang disampaikan George W. Burns tersebut diharapkan dengan penggunaan metode mendongeng story telling dapat meningkatkan minat
membaca siswa SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo kelas IV khususnya karena dongeng cerita mempunyai 6 kekuatan, yaitu menumbuhkan sikap
disiplin, membangkitkan emosi, memberi inspirasi, memunculkan perubahan, menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh dan menyembuhkan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
melalui Metode Mendongeng Story Telling pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Ta
hun Ajaran 2010 2011”.
B. Identifikasi Masalah