commit to user 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah berdiri sejak 1977 dengan status kepemilikan milik desa. SD Negeri
Pabelan 02 Kartasura beralamat di Dusun Delegan RT. 2 RW. VII Pabelan telah memiliki Nomor Statistik Sekolah NSS yaitu 101031112032 dan Nomor Induk
Sekolah NIS yaitu 10471. SD Negeri Pabelan 02 merupakan SD Inti dengan akreditasi B 2,5 tahun.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Pabelan 02 sudah dapat dikatakan lengkap untuk mendukung metode mendongeng story telling dalam
upaya meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Perpustakaan yang dilengkapi dengan berbagai jenis buku, mulai dari buku non fiksi
seperti buku pelajaran dan buku-buku ilmu pengetahuan hingga buku-buku fiksi, seperti cerita rakyat, fable, majalah anak dst. Buku yang tersedia di SD Negeri
Pabelan 02 Kartasura berjumlah kurang lebih 450 buku. Buku tersebut berasal dari pengadaan melalui dana BOS dan sumbangan dari luar, seperti wali murid atau pun
guru-guru sendiri. Iklim kondusif yang tercipta di dalam kelas dan di perpustakaan juga mendukung untuk kegiatan membaca siswa. Hal tersebut dikarenakan letak SD
yang jauh dari jalan raya dan area industry pabrik.
Gambar 4. SD Negeri Pabelan 02 Kartasura
commit to user 46
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Prasiklus
Sebelum melaksanakan tindakan, keadaan nyata yang ada di lapangan adalah rendahnya minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang
ditunjukkan dengan tidak sedikitnya siswa yang menanyakan jawaban, baik pada guru maupun teman sebangku ketika diberi soal tugas dari guru tanpa adanya
kemauan membaca materi pelajaran sebelumnya dan kurangnya ketertarikan serta perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada
keterampilan membaca. Berdasarkan pengamatan peneliti selama bulan November 2010 terhadap siswa kelas IV dan dibuktikan dengan hasil angket
yang menunjukkan persentase siswa yang mempunyai minat membaca kurang dari 3,01 kriteria sedang, rendah dan sangat rendah sebanyak 70 dari 30
siswa. Sebagai gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas IV masih banyak terdapat kekurangan, antara lain siswa kurang tertarik dengan pembelajaran
karena guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode konvensional yang dipakai guru adalah ceramah, sehingga siswa
cenderung pasif dan bermalas-malasan ketika pembelajaran berlangsung. Penggunaan metode yang masih konvensional kurang mendukung
perkembangan siswa dalam peningkatan minat membaca. Oleh karena itu, banyak siswa yang terlihat bermalas-malasan ketika pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya ketika siswa dituntut untuk membaca. Hasil angket minat membaca siswa pada prasiklus dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 106.
Berdasarkan hasil angket prasiklus tersebut diperoleh nilai rata-rata klasikal minat membaca siswa 2,50. Hasil minat membaca siswa pada prasiklus melalui
angket diperjelas dalam tabel 3 berikut ini:
commit to user 47
Tabel 3. Hasil Minat Membaca Siswa Prasiklus Melalui Angket
No Kelas
Jumlah Persentase
Kriteria
1 0,00-1,00
Sangat Rendah 2
1,01-2,00 8
26,67 Rendah
3 2,01-3,00
13 43,33
Sedang 4
3,01-4,00 6
20 Tinggi
5 4,01-5,00
3 10
Sangat Tinggi JUMLAH
30 100
- Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui jumlah siswa yang
mempunyai minat membaca pada tiap kelas interval. Pada prasiklus dari 30 siswa sebesar 26,67 siswa mempunyai minat membaca rendah, yaitu dalam
kelas interval 1,01-2,00, 43,33 siswa mempunyai minat membaca sedang, yaitu dalam kelas interval 2,01-3,00, 20 siswa mempunyai minat membaca
tinggi, yaitu dalam kelas interval 3,01-4,00 dan 10 siswa mempunyai minat membaca sangat tinggi, yaitu dalam kelas interval 4,01-5,00. Dengan demikian,
hanya 30 siswa yang mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi.
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat disajikan ke dalam grafik untuk mempermudah pemahaman seperti pada gambar 5 di bawah ini:
8 13
6 3
2 4
6 8
10 12
14
prasiklus 0,00-1,00
1,01-2,00 2,01-3,00
3,01-4,00 4,01-5,00
Gambar 5. Grafik Minat Membaca Siswa Prasiklus Melalui Angket
commit to user 48
Berdasarkan gambar 5 ditunjukkan jumlah siswa pada tiap kelas interval. Dari 30 siswa kelas IV Sekolah Negeri Pabelan 02 Kartasura
Sukoharjo, siswa yang mempunyai minat membaca rendah terdapat dalam kelas interval 1,01
–2,00 sebanyak 8 siswa, siswa yang mempunyai minat membaca sedang terdapat dalam kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 13 siswa, siswa yang mempunyai minat membaca tinggi terdapat dalam kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 6 siswa dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi
terdapat dalam kelas interval 4,01 –5,00 sebanyak 3 siswa. Dengan demikian,
hanya 9 siswa yang mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 tinggi maupun sangat tinggi dan 21 siswa lainnya mempunyai minat membaca di bawah 3,00
kriteria sedang, rendah, dan sangat rendah. 2.
Siklus I Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2 minggu mulai dari
tanggal 1 sampai 15 Februari 2011 sebanyak 3 kali pertemuan. Adapun tahapan yang dilaksakan adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun, peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran
dengan metode mendongeng story telling sebagai bentuk pembiasaan, antara lain :
1 Pemberian tugas kepada siswa untuk membaca sebuah bacaan dan meringkas hasil bacaan tersebut.
2 Menyiapkan lembar angket minat membaca siswa pada lampiran 3 halaman 93, lembar pedoman wawancara minat membaca siswa pada
lampiran 5 halaman 97, dan lembar pedoman wawancara guru pada lampiran 7 halaman 100, serta lembar pengamatan minat membaca
siswa pada lampiran 8 halaman 101. b.
Pelaksanaan Dalam tahap ini, guru menyiapkan pembelajaran seperti yang
tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disusun
commit to user 49
pada lampiran 12 dan 13 halaman 107 dan 112. Rencana pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan metode mendongeng
story telling pada akhir kegiatan pembelajaran ini akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
1 Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, materi Bahasa Indonesia yang diajarkan adalah mengenai pembahasan soal-soal latihan dari guru kelas.
Adapun penerapan metode mendongeng story telling pada pertemuan ini belum dilaksanakan, hanya berupa sosialisasi dan perkenalan.
Pembahasan soal-soal latihan disertai dengan penjelasan-penjelasan ulang tiap soal. Soal latihan tersebut merupakan tugas rumah yang
diberikan oleh guru kelas dan peneliti hanya diberi tanggung jawab untuk membahas dan mengulasnya.
Adapun di kegiatan akhir, peneliti mensosialisasikan metode mendongeng story telling yang akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya. Siswa mendapatkan tugas untuk membaca teks yang telah dipersiapkan peneliti dan meringkas bacaan tersebut, yang akan
disampaikan di depan kelas pada pertemuan selanjutnya. 2
Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua, materi Bahasa Indonesia yang diajarkan
adalah mengenai menulis pengumuman. Namun, metode mendongeng story telling ini tidak ada hubungan langsung dengan materi
pembelajaran ini. Metode mendongeng digunakan di akhir kegiatan pembelajaran sebagai sisipan untuk menciptakan suatu kebiasaan
membaca. Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi berupa tanya jawab tentang pengumuman yang diketahui siswa, menarik perhatian siswa
dengan melakukan permainan tepuk konsentrasi, dan menyampaikan tujuan dari pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan materi tentang menulis pengumuman dari guru dan pemberian kesempatan bertanya kepada
commit to user 50
siswa. Setelah itu, salah seorang siswa diminta menyimpulkan hasil penjelasan guru. Siswa diminta untuk membuat contoh teks pengumuman
secara individu dan boleh melihat catatan. Hasil dari pekerjaan siswa dikumpulkan dan salah satu
pekerjaan dikoreksi bersama-sama agar mengetahui letak kekurangannya. Sehingga, siswa dapat mengetahui kekurangan dalam teks pengumuman
masing-masing. Guru dan siswa menyimpulkan bersama hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk lebih meyakinkan tentang
penguasaan materi menulis pengumuman, guru membagikan lembar evaluasi.
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, kurang lebih 15 menit terakhir digunakan untuk mendongeng. Dalam kegiatan ini, semua siswa
mengumpulkan hasil ringkasan resensi bacaan yang telah dibaca di rumah sebagai bentuk tugas pada pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya,
salah seorang siswa maju ke depan kelas baik ditunjuk maupun kesadaran
siswa untuk
mendongeng bercerita.
Siswa lain
memperhatikan menyimak teman yang mendongeng bercerita di depan kelas. Setelah selesai, semua siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang
cerita yang disampaikan, dan teman yang bercerita akan menjawab pertanyaan tersebut. Guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada
semua siswa tentang cerita yang disampaikan secara bergantian. 3
Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga, materi Bahasa Indonesia yang diajarkan
adalah mengenai membaca pengumuman. Sama seperti pertemuan kedua, metode mendongeng story telling ini tidak ada hubungan langsung
dengan materi pembelajaran ini. Metode mendongeng digunakan di akhir kegiatan pembelajaran sebagai sisipan untuk menciptakan suatu
kebiasaan membaca. Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi berupa tanya jawab tentang pelajaran yang, menarik perhatian siswa dengan
commit to user 51
melakukan permainan tepuk konsentrasi, dan menyampaikan tujuan dari pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan materi tentang cara membaca pengumuman yang sesuai dengan lafal dan intonasi dari guru
dan pemberian kesempatan bertanya kepada siswa. Setelah itu, salah seorang siswa diminta memberikan contoh membaca pengumuman yang
sesuai lafal dan intonasi. Siswa diminta untuk berlatih membaca teks pengumuman secara berkelompok dan boleh melihat catatan.
Beberapa siswa yang telah siap menampilkan hasil latihannya dipersilahkan maju ke depan kelas dan teman yang lain menyimak serta
mengoreksi mengomentari penampilan tersebut bersama-sama agar mengetahui letak kekurangannya. Sehingga, siswa dapat mengetahui
kekuranganya dan membenahi kekurangan tersebut. Guru dan siswa menyimpulkan bersama hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut. Untuk
lebih meyakinkan tentang penguasaan materi membacapengumuman, guru membagikan lembar evaluasi.
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, kurang lebih 30 menit terakhir digunakan untuk mendongeng. Dalam kegiatan ini, semua siswa
mengumpulkan hasil ringkasan resensi bacaan yang telah dibaca di rumah sebagai bentuk tugas pada pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya,
salah seorang siswa maju ke depan kelas baik ditunjuk maupun kesadaran
siswa untuk
mendongeng bercerita.
Siswa lain
memperhatikan menyimak teman yang mendongeng bercerita di depan kelas. Setelah selesai, semua siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang
cerita yang disampaikan, dan teman yang bercerita akan menjawab pertanyaan tersebut. Guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada
semua siswa tentang cerita yang disampaikan secara bergantian. Kegiatan mendongeng telah selesai dan sisa waktu digunakan
untuk mengisi angket minat membaca siswa, sebagai barometer minat
commit to user 52
membaca siswa setelah siklus I dilaksanakan. Pengisian angket siswa dilakukan dengan bantuan arahan dari guru.
c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap kegitan siswa selama pembelajaran, khususnya 15 menit terakhir. Proses observasi
dilakukan oleh guru kolabolator untuk memudahkan dalam penelitian. Data pengamatan terhadap minat membaca siswa dapat dilihat pada lampiran 18
halaman 123. Selama pembelajaran dapat diketahui siswa menjadi lebih tertarik
dengan adanya metode mendongeng story telling, sedikit-banyaknya siswa yang menanyakan kapan mendongengnya dan meminta segera memulai
mendongengnya. Persiapan siswa juga mendukung pembelajaran. Hal ini karena apa yang diterima siswa merupakan suatu hal yang sama sekali baru
bagi mereka. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, bahkan siswa
terlalu bersemangat untuk mendongeng, hampir-hampir semua anak ingin maju ke depan kelas untuk mendongeng. Namun, ada sedikit kelemahan
dalam siklus I ini, yaitu siswa kurang memperhatikan teman yang mendongeng.
Kegiatan siswa diamati seperti yang terlampir dalam lampiran 18 halaman 123. Siswa kelas IV sudah memiliki kedisiplinan tinggi, hanya
beberapa anak yang terlihat enggan mengikuti pelajaran. Mereka terlihat antusias untuk segera melaksanakan kegiatan mendongeng tersebut. Suasana
lingkungan belajar juga sangat baik dalam mendukung proses pembelajaran. Pada siklus I siswa sudah mulai menunjukkan peningkatan minat
membaca, dapat dikatakan siswa menjadi lebih tertarik dengan buku bacaan. bahkan ketika istirahat pun mulai ada siswa yang terlihat berkelompok
membaca buku bacaan bersama-sama. Serta hasil kuesioner yang telah dikerjakan mengalami peningkatan mutu dan hasil wawancara dengan siswa
menunjukkan adanya peningkatan terhadap minat membaca.
commit to user 53
Setelah diadakan tindakan pada siklus I, berikut ini adalah hasil pengukuran minat membaca siswa melalui angket kuesioner dan
wawancara 1
Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket Data minat membaca siswa pada siklus I dengan pengukuran
melalui angket dapat dilihat lebih lengkapnya pada lampiran 14 halaman 117. Dalam data tersebut diperoleh nilai rata-rata klasikal
minat membaca siswa 3,06. Hasil minat membaca siswa pada siklus I melalui angket diperjelas dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket
No Kelas
Jumlah Persentase
Kriteria
1 0,00-1,00
Sangat Rendah 2
1,01-2,00 6
20 Rendah
3 2,01-3,00
5 16,67
Sedang 4
3,01-4,00 15
50 Tinggi
5 4,01-5,00
4 13,33
Sangat Tinggi JUMLAH
30 100
- Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat persentase siswa pada
masing-masing kelas interval. Dari 30 siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, sebesar 20 siswa mempunyai minat membaca
rendah pada kelas interval 1,01-2,00 dan 16,67 siswa mempunyai minat membaca sedang pada kelas interval 2,01-3,00. Sedangkan
63,33 siswa lainnya terbagi dalam kriteria minat membaca tinggi pada kelas interval 3,01-4,00 sebesar 50 dan 13,33 siswa pada kriteria
minat membaca sangat tinggi, yaitu dalam kelas interval 4,01-5,00. Dengan demikian, hanya 63,33 siswa yang mempunyai minat
membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi.
commit to user 54
Berdasarkan data pada tabel 4 akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 6 berikut ini :
6 5
15
4 2
4 6
8 10
12 14
16
Siklus I 0,00-1,00
1,01-2,00 2,01-3,00
3,01-4,00 4,01-5,00
Gambar 6. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket
Pada gambar 6 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing- masing kelas interval. Siswa yang mempunyai minat membaca rendah
terdapat dalam kelas interval 1,01 –2,00 sebanyak 6 siswa, siswa yang
termasuk dalam kriteria minat membaca sedang terdapat dalam kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 5 siswa, siswa yang termasuk dalam criteria minat membaca tinggi terdapat dalam kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 15 siswa dan siswa yang termasuk dalam kriteria minat
membaca sangat tinggi terdapat dalam kelas interval 4,01 –5,00
sebanyak 4 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 30 siswa, masih terdapat 11 siswa yang belum mempunyai minat membaca lebih dari 3,00
kriteria tinggi dan sangat tinggi. 2
Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara Selain data minat membaca siswa melalui angket, diperoleh
juga data pengamatan minat membaca siswa melalui wawancara langsung dengan masing-masing siswa yang terlampir pada lampiran 16
commit to user 55
halaman 121 dan wawancara dengan guru pada lampiran 17 halaman 122. Berdasarkan nilai hasil wawancara siswa diperoleh nilai rata-rata
klasikal minat membaca siswa 3,00. Hasil minat membaca siswa pada siklus I melalui wawancara
diperjelas dalam tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara
No Kelas
Jumlah Persentase
Kriteria
1 0,00-1,00
Sangat Rendah 2
1,01-2,00 6
20 Rendah
3 2,01-3,00
5 16,67
Sedang 4
3,01-4,00 15
50 Tinggi
5 4,01-5,00
4 13,33
Sangat Tinggi JUMLAH
30 100
- Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat persentase siswa pada
masing-masing kelas interval. Dari 30 siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, sebesar 20 siswa mempunyai minat membaca
rendah yaitu termasuk dalam kelas interval 1,01-2,00 dan 16,67 siswa mempunyai minat membaca sedang, yaitu termasuk dalam kelas
interval 2,01-3,00. Sedangkan 63,33 siswa lainnya mempunyai minat membaca tinggi dan sangat tinggi, yaitu dalam kelas interval 3,01-4,00
dengan kriteria minat membaca tinggi sebesar 50 siswa dan dalam kelas interval 4,01-5,00 dengan kriteria minat membaca sangat tinggi
sebesar 13,33 siswa. Dengan demikian, hanya 63,33 siswa yang mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi maupun
sangat tinggi.
commit to user 56
Berdasarkan data pada tabel 5 akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 7 berikut ini :
6 5
15
4 2
4 6
8 10
12 14
16
Siklus I 0,00-1,00
1,01-2,00 2,01-3,00
3,01-4,00 4,01-5,00
Gambar 7. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara Pada gambar 7 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-
masing kelas interval. Siswa yang mempunyai minat membaca rendah termasuk dalam kelas interval 1,01
–2,00 sebanyak 6 siswa dan dalam kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 5 siswa dengan kriteria minat membaca sedang. Sedangkan 19 siswa lainnya mempunyai minat
membaca tinggi dan sangat tinggi, 15 siswa termasuk dalam kelas interval 3,01
–4,00 dengan kriteria minat membaca tinggi dan sebanyak 4 siswa dalam kelas interval 4,01
–5,00 dengan kriteria minat membaca sangat tinggi. Dengan jumlah keseluruhan 30 siswa, masih terdapat 11
siswa yang belum mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi maupun sangat tinggi.
3 Minat Membaca Siswa Siklus I
Minat membaca siswa pada siklus I diperoleh berdasarkan data gabungan antara minat membaca siswa melalui angket kuesioner dan
wawancara dalam lampiran 20 halaman 126. Hasil minat membaca siswa pada siklus I diperjelas dalam tabel 6 berikut ini:
commit to user 57
Tabel 6. Minat Membaca Siswa Siklus I No
Kelas Minat Membaca
Kriteria f
1 0,00
– 1,00 Sangat Rendah
2 1,01
– 2,00 6
20 Rendah
3 2,01
– 3,00 5
16,67 Sedang
4 3,01
– 4,00 15
50 Tinggi
5 4,01
– 5,00 4
13,33 Sangat Tinggi
JUMLAH 30
100 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui persentase siswa di
tiap kelas. Persentase jumlah siswa yang mempunyai minat membaca rendah pada kelas interval 1,01
–2,00 sebanyak 20, persentase siswa yang mempunyai minat membaca sedang pada kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 16,67, persentase siswa yang mempunyai minat membaca
tinggi pada kelas interval 3,01 –4,00 sebanyak 50, dan siswa yang
mempunyai minat membaca sangat tinggi pada kelas interval 4,01 –5,00
sebanyak 4. Data pada tabel 6 akan disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 8 berikut ini :
6 5
15
4 2
4 6
8 10
12 14
16
minat membaca siswa , – ,
, – , , – ,
, – , , – ,
Gambar 8. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I
commit to user 58
Berdasarkan gambar 8 di depan dapat diketahui adanya persamaan jumlah siswa di tiap kelas. Jumlah siswa yang mempunyai
minat membaca rendah pada kelas interval 1,01 –2,00 sebanyak 6 siswa,
jumlah siswa yang mempunyai minat membaca sedang pada kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 5 siswa, jumlah siswa yang mempunyai minat membaca tinggi pada kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 15 siswa, dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi pada
kelas interval 4,01 –5,00 sebanyak 4 siswa.
Berdasarkan data hasil minat membaca siswa melalui angket dan wawancara diperoleh kesimpulan persentase banyaknya siswa yang
mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi adalah 63,33, yaitu 19 siswa dan siswa yang mempunyai minat
membaca kurang dari 3,00 kriteria sedang, rendah, dan sangat rendah adalah 36,67, yaitu sebanyak 11 siswa. Sedangkan rata-rata minat
membaca secara klasikal sesuai dengan lampiran 20 halaman 126 diperoleh 3,03.
d. Refleksi
Selama tindakan siklus I diperoleh data berupa rekap angket minat membaca siswa, data hasil pengamatan kegiatan siswa, rekap hasil
wawancara guru dan siswa, serta data hasil dokumentasi, baik foto maupun rekaman.
Dalam siklus I indikator kinerja yang telah ditentukan telah tercapai, yaitu 63,33 siswa mempunyai minat membaca lebih dari 3,00
kriteria tinggi dan sangat tinggi, yaitu sebanyak 19 siswa. Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti masih mengharapkan bisa meningkatkan lagi
minat membaca siswa. Setelah berdiskusi dengan guru kolabolator, diperoleh kesimpulan
mengenai hal-hal yang menyebabkan peningkatan minat membaca anak kurang maksimal, antara lain :
commit to user 59
1 Penyediaan bahan bacaan kurang memadai, karena sistem peminjaman di perpustakaan dibatasi dengan hari kunjungan dan hari peminjaman. Hal
ini berakibat siswa yang tidak mempunyai koleksi bahan bacaan sulit untuk mendapatkan bahan bacaan.
2 Perhatian anak untuk menyimak teman yang bercerita kurang terpusat, karena kurang adanya tindak lanjut setelah mendongeng selain kegiatan
tanya jawab dari guru. Hal ini mengakibatkan hanya anak yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh yang dapat menjawab
pertanyaan dari guru. 3 Siswa masih malu untuk mendongeng di depan kelas, karena siswa tidak
terbiasa untuk menampilkan sesuatu dengan mandiri di depan teman- temannya.
3. Siklus II
Pada tindakan siklus II dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 16 sd 28 Februari 2010. Pada siklus ini dilaksanakan sebanyak tiga kali
pertemuan, adapun perincian tahapan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa peningkatan minat membaca siswa dengan
menggunakan metode mendongeng story telling telah memenuhi target. Akan tetapi, meningkatnya minat membaca siswa tersebut kurang
memuaskan, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan minat membaca siswa lagi. Karena pada dasarnya metode mendongeng ini
didasarkan pada pembiasaan untuk membaca dan menceritakan kembali hasil bacaannya, maka penyusunan rencana pembelajaran masih sama
seperti siklus I hanya saja materi pelajaran yang disampaikan berbeda. Pembiasan membaca perlu dibiasakan dan dijaga kelangsungannya agar
tetap bertahan siswa tersebut membaca. Untuk beberapa saat mungkin bisa
commit to user 60
dikatakan paksaan tuntutan, tetapi kemudian waktu dapat berubah menjadi kebiasaan bahkan hingga kesenangan membaca.
Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I tersebut sebagian siswa masih rendah minat membacanya. Hal ini karena
siswa sulit mendapatkan bahan bacaan dan kurang adanya tindak lanjut sebagai wujud paksaan tuntutan setelah mendongeng. Oleh karena itu
diadakan pembedaan dalam pelaksanaan peningkatan minat membaca melalui metode mendongeng story telling antara siklus I dengan siklus II.
Perbedaannya terletak pada penyediaan bahan bacaan dan bentuk tindak lanjut setelah mendongeng, yaitu siswa dapat mengunjungi perpustakaan di
setiap istirahat dan dibolehkan meminjam buku bacaan dalam waktu dua hari, serta bentuk tindak lanjut berupa lembar menyimak yang harus
dikerjakan oleh setiap siswa. b.
Pelaksanaan Tindakan pada siklus II ini berdasarkan pada rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Siklus II dilaksanakan dalam tiga pertemuan.
1 Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada tindakan siklus II dilaksanakan selama tiga jam pelajaran yaitu 105 menit. Kegiatan diawali dengan
berdoa dan melakukan presensi. Selanjutnya apersepsi, tanya jawabuntuk mengingat kembali materi yang telah diajarkan pada siklus
I. Siswa diberi pertanyaan tentang pengumuman. Pada kegiatan inti, siswa dikelompokkan dengan jumlah
anggota 4 anak untuk melakukan diskusi. Guru membagikan sebuah bacaan kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk mendiskusikan
karangan tersebut untuk mencari kalimat utama dalam setiap paragraf. Salah satu perwakilan kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya tentang kalimat utama di tiap paragraph. Kelompok lain
commit to user 61
memperhatikan dan mengoreksi apabila ada perbedaan pendapat. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi jawaban yang benar.
Kegiatan akhir dilaksanakan pemantapan mengenai materi kalimat utama dengan merangkum hasil pembelajaran dan mengerjakan
soal secara individu. Setelah evaluasi selesai, dilanjutkan dengan kegiatan mendongeng. Semua siswa mengumpulkan hasil ringkasan
bacaan yg telah dibacadan salah satu maju ke depan kelas untuk menceritakan bacaan yang telah dibacanya. Siswa lain menyimak teman
yang bercerita. Selesai bercerita, guru membagikan lembar simakan yang berisi tentang isi dari bacaan tersebut. Bacaan ini difokuskan
kepada cerita rakyat, karena siswa usia kelas empat lebih suka tertarik dengan cerita khayalan, bukan karya ilmiah. Setelah selesai
mengerjakan, lembar simakan dikumpulkan dan dilanjutkan sesi tanya jawab. Setelah selesai, siswa diberikan tugas untuk membaca dan
meringkas bahan bacaan tersebut untuk dikumpulkan di pertemuan selanjutnya.
2 Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua di siklus II ini tidak ada perbedaan dalam kegiatan
mendongeng, yang
berbeda terletak
pada materi
pembelajarannya. Materi pembelajaran yang dibahas adalah lanjutan dari materi sebelumnya, masih dalam lingkup kalimat utama.
Pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan rutin yaitu presensi dan berdoa. Untuk memusatkan perhatian siswa guru
menggunakan permainan konsentrasi. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang pembahasan materi kalimat utama dalam paragraf
yaitu melalui tanya jawab tentang materi kalimat utama dalam paragraf dan menghubungkan dengan materi selanjutnya, yaitu jenis paragraph
berdasarkan letak kalimat utamanya. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui kompetensi yang hendak ingin
dicapai dalam pembelajaran.
commit to user 62
Kegiatan inti berjalan secara berkelompok, yaitu dengan diskusi kelompok kecil menurut teman sebangku untuk menentukan
letak kalimat utama dan jenis paragraph berdasarkan letak kalimat utamanya. Pembahasan soal dilakukan dengan cara presentasi setiap
kelompoknya dan guru mengoreksi hasil presentasi siswa. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian penguatan bahwa
siswa telah menguasai materi tentang kalimat utama dan jenis paragraph berdasarkan kalimat utamanya, serta merangkum hasil
pembelajaran. Untuk kegiatan evaluasi, guru membagikan lembar evaluasi kepada tiap siswa.
Kegiatan tambahan adalah mendongeng, sistematika metode mendongeng pada pertemuan kedua ini sama seperti praktek
mendongeng pada pertemuan pertama di siklus II, yang berbeda adalah siswa yang bercerita dan bahan bacaan yang disampaikan. Kegiatan
dimulai dengan pengumpulan rangkuman bahan bacaan yang telah dibaca di rumah. Dilanjutkan dengan perwakilan siswa maju ke depan
kelas untuk bercerita tentang bahan bacaan yang telah ia baca, teman yang lain menyimak dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Siswa mendapat lembar simak dari guru untuk dikerjakan dan dikumpulkan ke guru. Lembar simak dibagikan dengan tujuan
mengukur sejauh mana perhatian siswa untuk menyimak temannya. Guru memberikan beberapa pertanyaan, baik pertanyaan individu,
lemparan maupun pertanyaan menyeluruh. Tidak lupa guru memberikan tugas rumah kembali yaitu membaca bahan bacaan dan
meringkasnya. 3
Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga di siklus II ini kegiatan pembelajaran yang
telah direncanakan adalah pantun anak. Pembelajaran berlangsung selama tiga jam pelajaran.
commit to user 63
Kegiatan awal dimulai dengan berdoa dan presensi. Dilanjutkan dengan kegiatan pemusatan perhatian siswa, yaitu
permainan konsentrasi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pertemuan ini. Guru memberikan beberapa
pertanyaan kepada siswa untuk menggali sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang karangan.
Kegiatan inti dilakukan dengan pembahasan tentang pengertian karangan, dan langkah-langkah penyusunan karangan. Siswa secara
individu membuat karangan tentang kegiatan akhir pekan atau kegiatan selama libur sekolah untuk kemudian dipresentasikan ke depan kelas.
Siswa lain memperhatikan dan mengomentari hasil penampilan teman yang maju ke depan kelas.
Kegiatan akhir, guru dan siswa merangkum inti pembelajaran dan pembagian lembar evaluasi. Siswa mengerjakan lembar evaluasi
yang telah dibagikan guru dan dikumpulkan. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan mendongeng. Sama seperti dalam pertemuan pertama
dan kedua di siklus II, siswa mengumpulkan hasil rangkuman dan salah satu siswa maju ke depan kelas untuk bercerita. Siswa lain menyimak
dan dibagikan lembar simak oleh guru. Setelah selesai, guru mengajukan beberapa pertanyaan, baik pertanyaan individu, pertanyaan
lemparan, maupun pertanyaan menyeluruh. Kegiatan tambahan lainnya yang ada di pertemuan ketiga ini
adalah pengisian angket minat membaca siswa siklus II. Pengisian dilakukan secara individu dengan mengerjakan lembar angket yang
telah dibagikan oleh guru pada tiap siswa. Guru mendampingi siswa mengisi, agar tidak terjadi kebingungan.
c. Observasi
Tahap observasi siklus II ini data yang diperoleh berupa hasil angket minat membaca siswa pada lampiran 23 halaman 135 dan data
pendukung berupa hasil wawancara minat membaca siswa dengan siswa
commit to user 64
pada lampiran 25 halaman 139, wawancara minat membaca dengan guru pada lampiran 26 halaman 140, dan lembar observasi minat membaca
siswa pada lampiran 27 halaman 141. Selama pembelajaran siklus II berlangsung persiapan dari guru
sudah sangat bagus. Kegiatan awal hingga kegiatan akhir dapat berjalan dengan baik, sudah tertata secara sistematis, dan tidak terlihat grogi serta
sudah berhasil menguasai kelas. Kegiatan siswa dalam kegiatan mendongeng semakin baik, seperti
yang ditunjukkan dalam lampiran 27halaman 141. Siswa tetap disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Persiapan siswa untuk mendongeng juga
semakin baik, banyak siswa yang mengumpulkan hasil rangkuman bacaan yang telah dibaca sebelumnya. Selama kegiatan mendongeng, siswa sudah
terlihat memusatkan perhatian untuk menyimak cerita teman. Suasana belajar yang mendukkung menyebabkan siswa tidak cepat
bosan dalam belajar di kelas. Penggunaan metode mendongeng pada siklus II masih tetap menarik bagi siswa. Di akhir siklus, hasil angket minat
membaca siswa pun meningkat. Pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib dan tidak membuat kegaduhan. Siswa secara disiplin mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir. Hal
tersebut sangat membantu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Setelah diadakan tindakan pada siklus II, berikut ini adalah hasil
pengukuran minat membaca siswa melalui angket kuesioner dan wawancara.
1 Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket
Data minat membaca siswa pada siklus II dengan pengukuran melalui angket dapat dilihat lebih lengkapnya pada lampiran 23
halaman 135. Menurut data tersebut diketahui nilai rata-rata klasikal minat membaca siswa 3,39. Hasil minat membaca siswa pada siklus II
melalui angket diperjelas dalam tabel 7 berikut ini:
commit to user 65
Tabel 7. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket
No Kriteria
Jumlah Persentase
Kriteria
1 0,00-1,00
Sangat Rendah 2
1,01-2,00 4
13,33 Rendah
3 2,01-3,00
3 10
Sedang 4
3,01-4,00 14
46,67 Tinggi
5 4,01-5,00
9 30
Sangat Tinggi JUMLAH
30 100
- Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat persentase siswa pada
masing-masing kelas interval. Dari 30 siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, terdapat 13,33 siswa termasuk dalam kelas
interval 1,01-2,00 dengan criteria minat membaca rendah, 10 siswa termasuk dalam kelas interval 2,01-3,00 dengan criteria minat
membaca sedang, 46,67 siswa termasuk dalam kelas interval 3,01- 4,00 dengan kriteria minat membaca tinggi, dan 30 siswa termasuk
dalam kelas interval 4,01-5,00 dengan kriteria minat membaca sangat tinggi. Dengan demikian, 76,67 siswa yang mempunyai minat
membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi, sedangkan 23,33 siswa mempunyai minat membaca kurang dari 3,00 kriteria
minat membaca sedang, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan data pada tabel 7 akan disajikan dalam bentuk
grafik pada gambar 9 berikut ini :
4 3
14 9
2 4
6 8
10 12
14 16
Siklus II 0,00-1,00
1,01-2,00 2,01-3,00
3,01-4,00 4,01-5,00
Gambar 9. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket
commit to user 66
Pada gambar 9 ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas interval. Siswa yang mempunyai minat membaca rendah terdapat
dalam kelas interval 1,01 –2,00 sebanyak 4 siswa, siswa yang
mempunyai minat membaca sedang terdapat dalam kelas interval 2,01 –
3,00 sebanyak 3 siswa, siswa yang mempunyai minat membaca tinggi terdapat dalam kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 14 siswa dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi terdapat dalam kelas
interval 4,01 –5,00 sebanyak 9 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 30
siswa, masih terdapat 7 siswa yang belum mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi atau pun sangat tinggi.
2 Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara
Selain data minat membaca siswa melalui angket, diperoleh juga data pengamatan minat membaca siswa melalui wawancara
langsung dengan masing-masing siswa yang terlampir pada lampiran 25 halaman 139 dan wawancara dengan guru pada lampiran 26 halaman
140. Berdasarkan hasil wawancara siswa diperoleh rata-rata klasikal minat membaca siswa 3,36.
Hasil minat membaca siswa pada siklus II melalui wawancara diperjelas dalam tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara
No Kriteria
Jumlah Persentase
Kriteria
1 0,00-1,00
Sangat Rendah 2
1,01-2,00 4
13,33 Rendah
3 2,01-3,00
3 10
Sedang 4
3,01-4,00 14
46,67 Tinggi
5 4,01-5,00
9 30
Sangat Tinggi JUMLAH
30 100
- Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat persentase siswa pada
masing-masing kelas interval. Dari 30 siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, sebesar 13,33 siswa mempunyai minat
membaca rendah, yaitu dalam kelas interval 1,01-2,00, 10 siswa
commit to user 67
mempunyai minat membaca sedang, yaitu dalam kelas interval 2,01- 3,00, 46,67 siswa mempunyai minat membaca tinggi, yaitu dalam
kelas interval 3,01-4,00 dan 30 siswa mempunyai minat membaca sangat tinggi, yaitu dalam kelas interval 4,01-5,00. Dengan demikian,
76,67 siswa yang mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi, sedangkan 23,33 siswa mempunyai
minat membaca kurang dari 3,00 kriteria minat membaca sedang, rendah, dan sangat rendah.
Berdasarkan data pada tabel 8 akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 10 di bawah ini :
4 3
14
9
2 4
6 8
10 12
14 16
Siklus II 0,00-1,00
1,01-2,00 2,01-3,00
3,01-4,00 4,01-5,00
Gambar 10. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara
Berdasarkan gambar 10 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas interval. Siswa yang mempunyai minat membaca
rendah terdapat dalam kelas interval 1,01 –2,00 sebanyak 4 siswa, siswa
yang mempunyai minat membaca sedang terdapat dalam kelas interval 2,01
–3,00 sebanyak 3 siswa, siswa yang mempunyai minat membaca tinggi terdapat dalam kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 14 siswa dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi terdapat dalam
kelas interval 4,01 –5,00 sebanyak 9 siswa. Dengan jumlah keseluruhan
commit to user 68
30 siswa, masih terdapat 7 siswa yang belum mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi.
3 Minat Membaca Siswa Siklus II
Minat membaca siswa pada siklus II lampiran 29 halaman 144 diperoleh berdasarkan data gabungan antara minat membaca siswa
melalui angket kuesioner lampiran 23 halaman 135 dan wawancara lampiran 25 halaman 139. Hasil minat membaca siswa pada siklus II
diperjelas dalam tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Minat Membaca Siswa Siklus II
No Kelas
Minat Membaca Kriteria
f 1
0,00 – 1,00
Sangat Rendah 2
1,01 – 2,00
4 13,33
Rendah 3
2,01 – 3,00
3 10
Sedang 4
3,01 – 4,00
14 46,67
Tinggi 5
4,01 – 5,00
9 30
Sangat Tinggi Jumlah
30 100
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui persentase siswa di tiap kelas. Persentase jumlah siswa yang mempunyai minat membaca
rendah pada kelas interval 1,01 –2,00 sebesar 13,33, persentase siswa
yang mempunyai minat membaca sedang pada kelas interval 2,01 –3,00
sebesar 10, persentase siswa yang mempunyai minat membaca tinggi pada kelas interval 3,01
–4,00 sebesar 46,67, dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi pada kelas interval 4,01
–5,00 sebesar 30.
commit to user 69
Data pada tabel 9 akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11 berikut ini :
4 3
14
9
2 4
6 8
10 12
14 16
minat membaca siswa , – ,
, – , , – ,
, – , , – ,
Gambar 11. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II
Berdasarkan gambar 10 di atas dapat diketahui jumlah siswa di tiap kelas. Jumlah siswa yang mempunyai minat membaca rendah
pada kelas interval 1,01 –2,00 sebanyak 4 siswa, jumlah siswa yang
mempunyai minat membaca sedang pada kelas interval 2,01 –3,00
sebanyak 3 siswa, jumlah siswa yang mempunyai minat membaca tinggi pada kelas interval 3,01
–4,00 sebanyak 14 siswa, dan siswa yang mempunyai minat membaca sangat tinggi pada kelas interval 4,01
–5,00 sebanyak 9 siswa.
Berdasarkan data minat membaca siswa siklus II melalui angket dan wawancara diperoleh kesimpulan persentase banyaknya
siswa yang mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat tinggi adalah 76,67 , atau sebanyak 23 siswa dan 23,33
siswa lainnya mempunyai minat membaca kurang dari 3,00 kriteria sedang, rendah, dan sangat rendah, atau sebanyak 7 siswa. Sedangkan
rata-rata minat membaca secara klasikal sesuai dengan lampiran 29 halaman 144 diperoleh 3,38.
commit to user 70
d. Refleksi
Hasil analisis data dan balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode
mendongeng story
telling guna meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Kegiatan siswa dalam pembelajaran juga meeningkat. Siswa lebih
banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Dengan meningkatknya kegiatan siswa dalam pembelajaran,
semua kelas menjadi hidup dan lebih menyenangkan. Dari hasil analisis tindakan siklus II dapat diketahui bahwa minat
membaca siswa meningkat menjadi 76,67 siswa, yaitu sebanyak 23 siswa mempunyai minat membaca lebih dari 3,00 kriteria tinggi dan sangat
tinggi. Atas dasar ketentuan hasil yang telah dicapai, peningkatan minat
membaca siswa melalui metode mendongeng story telling yang dilaksanakan pada tindakan siklus II dapat dikatakan berhasil. Sehingga
tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Namun, guru harus tetap meneruskan metode tersebut hingga anak benar-benar terbiasa dengan
membaca dan merasa bahwa membaca itu penting bagi dirinya masing- masing, bahkan hingga siswa merasa senang membaca.
Dalam siklus II masih ada 7 siswa yang mempunyai minat membaca kurang dari 3,01 kriteria sedang, rendah, dan sangat rendah.
Kendala yang dihadapi yaitu siswa-siswa tersebut kurannya fasilitas yang dimiliki siswa untuk menjadikannya gemar membaca dan ketertarikannya
dengan buku bacaan rendah. Bahkan ada salah satu siswa yang kemampuan membacanya masih rendah atau belum lancer membaca.
Oleh karena itu, guru hendaknya membuat suatu usaha atau strategi yang sekiranya cocok bagi siswa-siswa tersebut pada peningkatan minat
membaca selanjutnya.
commit to user 71
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian