Tanah Kondisi Fisik Wilayah

30 C. sehingga iklimnya tropis lembab. Keadaan iklim demikian membantu meningkatkan aktivitas pertanian yang ad di kota Jatinom. Produktivitas pertanian yang meningkat akan berdampak baik pada system perdagangan yang ada, bagitu juga pendapatan penduduk Kota Jatinom juga akan meningkat pula. Bentuk Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kota Jatinom dan di daerah hinterland kota Jatinom terdiri dari lahan bentuk sawah, permukiman, tegal. Penggunaan lahan untuk sawah merupakan penggunaan lahan yang terbesar disbanding dengan penggunaan lahan lainnya lihat tabel 2.2.. Sebagian besar sawah di Kota Jatinom dan di daerah hinterland ditanami padi sepanjang tahun. Sawah ini merupakan sawah irigasi dalam satu tahun mempunyai pola tanam dua kali padi. Tanah yang di tanami padi mendapatkan air dari sumber mata air. Sedangkan sawah yang memiliki pola tanam non padi terletak pada dataran agak tinggi dan untuk dataran tinggi khususnya sebelah barat kota Jatinom yang tanahnya merupkan tanah tegalan di tanami tanaman polowijo dengan mengandalkan sumber air tadah hujan. Tanaman non padi seperti sayur-sayuran cabe, tomat, sawi, kacang panjang, timun tumbuh di Kota Jatinom dan daerah hinterland bagian timur, selatan dan utara. Sedangkan hinterland bagian barat yang didominasi dataran tinggi serta lahan kering ditanami tanaman polowijo, pisang, rambutan, mangga, jeruk, kayu. Penggunaan lahan di kota Jatinom dan daerah hinterland Kota Jatinom pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Penggunaan Lahan di Kota Jatinom dan Daerah Hinterland Kota Jatinom Tahun 2003 No Wilayah Luas Penggunaan Lahan Ha Permukiman Sawah Tegal Lain Jumlah 1 2 3 4 5 6 Kota Jatinom Kec. Jatinom Kec. Tulung Kec.Kr.Anom Kec. Ngawen Kec. Karangko 342 90,5 1.168 35,2 816 26,9 577 25,3 598 36 909 36 10 2,6 610 18,4 1745 57,6 1696 74,3 1053 63,4 766 30,3 15 4 1540 46,3 466 15,3 9 0,3 8 0,4 848 33,5 11 2,9 3 0,1 1 0,09 - - 3 0,1 378 3321 3028 2282 1659 2526 Jumlah 4410 33,4 5880 44,6 288621,6 18 0,1 13194 Sumber: Kabupaten Klaten Dalam Angka 2003 Tabel 2.2. menunjukkan bahwa lahan di kota Jatinom dan daerah hinterland Kota Jatinom banyak digunakan sebagai lahan pertanian 44,6 sedangkan untuk permukiman 33,4 sehingga penduduk kota Jatinom dan daerah hinterland sumber perekonomiannya berasal dari pertanian. Penggunaan lahan sawah yang terluas antara Kota Jatinom hinterland adalah Kecamatan Karanganom 74,6 , sedangkan penggunaan lahan sawah yang luasnya kecil adalah Kecamatan Jatinom 18,4 . Penggunaan lahan untuk permukiman yang paling luas adalah Kota Jatinom 90,5 , sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman yang luasnya kecil adalah Karanganom 25,3. Hal ini disebabkan kecamatan Karanganom mempunyai daerah yang datar dengan sumber mata air cukup banyak. Sedangkan Kecamatan Jatinom mempunyai topografi bergelombang, dengan kondisi wilayah pegunungan sehingga dominasi lahan adalah tegalan 46,3. Penggunaan lahan untuk kota Jatinom lebih dominan untuk pemukiman 90,5, sesuai dengan fungsi Kota Jatinom sebagai pusat perdagangan dan jasa maka Kota Jatinom dapat mendukung perekonomian daerah sekitar yaitu kecamatan-kecamatan sekitar Kota Jatinom untuk menjual hasil pertanian ke kota ini. Penduduk 2.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk di Kota Jatinom pada tahun 2003 adalah 12.283 jiwa. Jumlah Penduduk yang terbanyak diantara desa-desa di Kota Jatinom adalah Desa Krajan yaitu sekitar 3.560 jiwa, sedangkan yang sedikit penduduknya adalah Desa Jatinom yaitu sekitar 2.617 jiwa. Kepadatan penduduk diantara desa-desa di Kota Jatinom yang paling padat adalah desakelurahan Jatinom yaitu 59,4 jiwaKm 2 . Di Kelurahan Jatinom mempunyai penduduk yang padat karena Jatinom merupakan pusat kota. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kota Jatinom pada tahun 2003 tertera pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 2003 No Luas Ha Jumlah Penduduk jiwa Kepadatan jiwaHa 2003 2003 1 2 3 4 Jatinom Krajan Bonyokan Pandeyan 2617 3560 2788 3318 21,3 29,0 22,7 27,0 59,4 22,4 29,4 17,6 12283 100 128,04 Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

2.4.2 Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk penduduk Kota Jatinom selama 5 tahun terakhir 1998-2003, dihitung berdasarkan rumus Barcley yaitu : Pt = Po . 1+r t Keterangan : Pt : Jumlah PK akhir tahun Po : Jumlah PK awal tahun r : laju pertumbuhan PK t : selisih tahun pt-po Tabel 2.4. Pertambahan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 1998-2003 No DesaKelurahan Σ PK Pertumbuhan Penduduk 1998 2003 1 2 3 4 Jatinom Krajan Bonyokan Pandeyan 3149 2588 2613 3277 3560 2617 2788 3318 2,13 1,98 1,34 1,25 11627 12283 1,44 Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

2.4.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin menunjukkan susunan penduduk berdasarkan interval umur tertentu pada masing-masing jenis kelamin Mantra 1985. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di kota Jatinom seperti tersaji pada tabel 2.5. berikut. Tabel 2.5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Jatinom Tahun 2003 No Umur Jenis Kelamin 2003 Laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 7 8 0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 26 27 – 40 41 – 56 57 ke atas 106 310 587 617 741 998 1081 1452 0,9 2,5 4,8 5 6 8,1 8,8 11,8 299 394 523 633 717 1062 1260 1503 2,4 3,2 4,3 5,2 5,8 8,6 10,3 12,2 405 704 1110 1250 1458 2060 2341 2955 3,3 5,8 9 10,2 11,9 16,6 19,1 24,05 5892 48 6391 52 12283 100 Sumber: Monografi Kecamatan, 2003 Suatu kenyataan bahwa pada umumnya Kota lebih banyak dihuni oleh wanita dari pada pria Bintarto,1983. Berdasarkan tabel tersebut jumlah wanita lebih banyak dari pada jumlah pria yaitu pada tahun 2003 jumlah wanita 6391 jiwa dan jumlah pria 5892 jiwa. Angka beban ketergantungan yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk usia kerja produktif dan non produktif, juga dapat dihitung berdasarkan tabel 2.5.

2.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk menurut pendidikan dapat menggambarkan tingkat kemajuan dan ketersediaan tenaga terampil dari suatu kota dalam kegiatan mengelola sumber daya yang ada, di samping itu apabila ada penduduk yang berpendidikan tinggi maka hal itu merupakan suatu faktor pendorong bagi kemajuan perkembangan suatu kota.