Universitas Sumatera Utara
d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat.
Analisis isi digunakan untuk menilai perubahan pada kebijakan media terhadap kelompok tertentu, untuk membuat kesimpulan tentang responsitas
media dalam cara pemberitaan yang lebih baik atau untuk mendokumentasi kecenderung sosial.
e. Mendukung studi efek media massa
Analisis isi juga digunakan dalam studi agenda setting. Analisis isi media yang relevan adalah penting agar dapat menentukan pentingnya topic berita.
2.5 Konsep Objektivitas Berita
Berita merupakan sebuah pemberitahuan tentang fakta atau ide dengan dalam periode tertentu, yang dipilih oleh redaksi suatu surat kabar untuk di
siarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca karena ia luar biasa, atau karena penting dan akibat yang ditimbulkannya, atau kerena mencakup human interest,
emosi dan ketegangan Assegaf, 1991:24. Oleh karena itulah, dalam melaporkan sebuah berita haruslah bersifat
objektif, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini. Objektivitas adalah prinsip yang sering kali hanya dihubungkan dengan isi. Prinsip tersebut tidak
dapat diteliti secara isi dan secara langsung baik pada tingkat masyarakat maupun tingkat organisasi media, meskipun pandangan para komunikator media tentang
prinsip itu tetap ada kaitannya dengan pengujian. McQuail 1987 menambahkan objektivitas merupakan nilai sentral yang
mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh wartawan sendiri. Prinsip tersebut sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang di luar
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bidang media massa, terutama dalam kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan
dan birokrasi.
Objektivitas mempunyai
korelasi dengan
independensi, prinsip tersebut sangat dihargai bilamana kondisi keanekaragaman mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai oleh semakin menurunnya
jumlah sumber dan uniformitas situasi monopoli semakin tampak. Semakin banyak tipe media independent, semakin banyak pula dukungan
terhadap prinsip pluralitas. Objektivitas sangat dihargai bilamana kondisi pluralitas mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai makin
menurunnya jumlah sumber dan kian meningkatknya uniformitas. Objektivitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas.
Namun persoalan objektivitas itu sendiri bukan tanpa kontroversi. Setidaknya ada dua pandangan dominan mengenai objektivitas ini. Salah satu
perdebatan bermutu yang mewakili dua pandangan adalah perdebatan yang melibatkan John C.Merril dan Everette E. Dennin Kupas 2001:17.
Merril berpendapat objektivitas jurnalisme itu omong kosong dan mustahil. Hal ini karena semua kerja jurnalistik pada dasarnya adalah subjektif.
Mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan, sampai editing berita. Nilai-nilai subjektif wartawan ikut memberi pengaruh dalam semua proses kerja jurnalistik.
Kenapa suatu peristiwa diliput, siapa yang diwawancara, apa yang ditanyakan, kemana kecenderungan berita ditulis, bagian mana yang dihilangkan, bagian mana
yang ditonjolkan, semua proses tersebut adalah pertimbangan subjektif, bukan objektif. Karena itu peliputan dua sisi adalah mitos karena pada dasarnya
wartawan bukan robot yang mengambil fakta berdasarkan pertimbangan- pertimbangan objektif.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, Everette E. Dennis mengatakan bahwan objektivitas jurnalisme itu sesuatu yang mungkin, bukan mutahil Kupas, 2001:18. Karena
semua proses kerja jurnlistik pada dasarnya dapat diukur dengan nilai-nilai objektif. Misalnya memisahkan fakta dan opini, menghindari pandangan
emosional dalam melihat peristiwa dan memberitakan prinsip keseimbangan, keadilan dan melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya objektivitas
jurnalisme mungkin dilakukan jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subjektivitas wartawan atau editor.
Prosedur ini diterapkan baik pada tingkat peristiwa yang diliput ada pertimbangan ojektif dan rasional mengapa meliput suatu peristiwa, mencari data
dari mana data akan diambil sampai menulis kata-kata apa yang dipakai dan editing tulisan apa alasan menempatkan bertita menjadi headline dan
sebagainya. Meskipun kedua ahli ini berbeda pandangan dalam hal objektivitas media, keduanya mempunyai pandangan yang sama dalam hal standar jurnalisme.
Pada akhirnya keberpihakan media tidak boleh melupakan standar baku jurnalisme-fairness, balance dan cover both side.
Westersthal 1983 mengembangkan kerangka konseptual dasar bagi meneliti dan mengukur objektivitas pemberitaan yang kemudian dirinci lebih
lanjut oleh McQuail:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.6 Objektivitas Pemberitaan