6 jajanan anak-anak kita yang ternyata tidak memenuhi syarat kesehatan. Bisa jadi
karena di dalam makananminuman tersebut mengandung zat yang mampu merangsang timbulnya penyakit.
a. Pewarna MakananMinuman
Anak-anak kita pasti tertarik dengan makananminuman yang memiliki warna mencolok. Namun tunggu dulu, karena warna mencolok itu salah satu ciri
zat pewarna tekstil yang sengaja ditambahkan pada makanan agar menarik perhatian dan selera anak-anak kita.
Secara umum zat pewarna pada makananminuman dibagi dua, yaitu zat pewarna alami dan sintetis buatan. Zat pewarna alami diantaranya hijau dari daun
suji atau pandan, merah dari karoten wortel atau cabe, kuning dari kunyit, ungu dari kulit manggis, coklat dari gula dipanaskan karamel. Zat pewarna alamai kurang
disukai, selain kurang praktis, warna yang dihasilkan tidak tahan lama cepat memudar dan kurang menarik pucat, sedangkan zat pewarna sintetis lebih
variatif warnanya, tahan lama, dan lebih menarik. Oleh Departemen Kesehatan dibuatlah Peraturan Menkes RI No 239
MenKesPerV1985 tentang zat pewarna makanan, baik yang diijinkan maupun dilarang untuk digunakan lihat lampiran. Biasanya zat pewarna sintetis yang
dilarang adalah zat pewarna yang seharusnya untuk mewarnai tekstil, bukan untuk makanan. Jika ini nekat digunakan, maka zat pewarna ini tidak dapat dicerna dan
disaring oleh ginjal, akibatnya akan merangsang terjadinya kanker karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan YLKI tahun 1990 terhadap beberapa
makanan jajanan di sekitar SD Jakarta Selatan, Semarang, dan Surabaya membukti- kan bahwa beberapa makanan jajanan, seperti pisang molen dan manisan kedon-
dong ternyata mengandung zat pewarna terlarang methanil yellow Intisari, 1991. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan
Konsumen LP2K Semarang menunjukkan bahwa dari 58 sampel makanan di Kotamadya Semarang yang biasa disukai anak-anak SD, seperti es cincau dan
makanan jajanan lainnya, 43,1nya mengandung rhodamin B salah satu zat pewarna tekstil dan 12,07 mengandung methanil yellow, keduanya termasuk zat
pewarna yang berbahaya untuk makanan Jawa Pos, 28 Januari 1991.
7 Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Sihombing yang dimuat dalam
Warta Konsumen No. 163 1987: 14 membuktikan bahwa rhodamin B dan methanil yellow bersifat karsinogenik terhadap tikus dan mencit, sedangkan Irving
Sax menyatakan bahwa auramine bersifat karsinogenik bagi manusia menurut hasil eksperimen yang dilakukannya. Penelitian Miller 1986 menyatakan bahwa zat
pewarna butter yellow dapat menyebabkan kanker hati Subandi, 2000: 239-241. Pada umumnya zat pewarna sintetis yang merupakan zat pewarna tekstil
masih banyak diperjualbelikan. Bagi masyarakat awam yang tidak mengetahui ciri- cirinya akan terkecoh dengan zat pewarna ini, karena selain harganya murah juga
memberikan warna yang lebih mencolok. Salah satu cara mudah untuk mengetahui zat pewarna yang diijinkan dan dilarang Pemerintah adalah dengan melihat bung-
kusnya atau melihat warnanya. Ditinjau dari bungkusnya, zat pewarna tekstil teres wantek dibungkus dengan kertas seadanya, seperti kertas koran atau kertas buram
yang diberi merk tertentu misal: cap Petruk, Tan Tjoen Sing, Jitu dengan harga relatif murah Rp. 100,- - Rp. 200,-bungkus. Sedangkan zat pewarna makanan
yang diijinkan dibungkus dalam plastik rapi dan tertulis nomor ijin dari Depkes dengan harga yang relatif jauh lebih mahal Rp. 800,- - Rp. 1.000,-bungkus.
b. Perasa MakananMinuman