4 seimbang, sebab yang dimaksud seimbang adalah pemenuhan kebutuhan semua zat
gizi yang diperlukan tubuh dari makanan yang dikonsumsi, bukan beraneka ragam jenis makanan tetapi hanya memenuhi salah satu zat gizi.
Tubuh kita adalah buatan Tuhan Yang Maha Besar, yang telah dibekali dengan berbagai perangkat untuk mengatasi jika ada zat asing yang masuk ke
dalam tubuh. Namun demikian perangkat tersebut tentu memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengatasi jumlah zat asing yang masuk. Hal ini berarti ketika
kita mengonsumsi jenis makananminuman tertentu harus dalam batas-batas kewajaran. Sebagai contoh, kita diberi bekal berupa senyawa glisin yang mampu
mengikat asam benzoat atau natrium benzoat bahan pengawet yang ada pada berbagai makanan instant hingga menjadi asam hipurat yang dikeluarkan bersama
urine. Namun glisin yang ada dalam tubuh kita jumlahnya terbatas, sehingga jika kita mengonsumsi makanan dengan bahan pengawet berlebihan, tentunya tubuh
tidak mampu lagi menetralisir, akibatnya akan terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan suatu penyakit. Demikian juga lemak dibutuhkan oleh tubuh kita
sebagai cadangan energi, tetapi jika kita mengonsumsi lemak berlebihan akan menyebabkan penyakit, seperti obesitas, jantung koroner, dan lain-lain.
2. Bahan Tambahan Makanan BTM
Secara umum dalam makananminuman jajanan ditambahkan berbagai zat aditif bahan tambahan makanan yang tujuannya bermacam-macam, seperti agar
lebih menarik zat pewarna, awet dan tahan lama zat pengawet, lebih gurih zat penyedap, lebih manis zat pemanis, dan lain-lain. Oleh karena fungsinya hanya
sebagai tambahan, maka tentunya dalam penggunaannya ada batas ukurannya atau disebut batas ambang yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan. Batas ambang
tersebut harus ditaati oleh produsen yang memproduksi makanan dalam kemasan, karena jika tidak, akan membahayakan kesehatan kita. Menurut WHO World
Health Organization, zat aditif didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk, cita
rasa, tekstur, atau memperpanjang masa penyimpanan. Suatu zat aditif makanan dapat digunakan asalkan memenuhi syarat dapat
mempertahankan gizi makanan; tidak mengubah zat-zat esensial dalam makanan;
5 dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan; dan tidak digunakan
untuk menutupi cacat pada makanan. Sebaliknya tidak boleh ditambahkan dalam makananminuman jika ternyata menutupi cacat pada makanan karena termasuk
penipuan bagi konsumen; menyembunyikan kesalahan pada pengolahan; menye- babkan turunnya gizi makanan; dan hanya semata-mata untuk kepraktisan, ekono-
mis, tetapi tidak aman Wisnu Cahyadi, 2008: 13.
3. Kebiasaan Jajan
Salah satu dunia anak adalah ”jajan”, sehingga tak ada satupun anak yang tidak mengenal kebiasaan jajan. Ketika anak-anak jajan di rumah, mungkin sebagai
orangtua kita masih dapat mengawasi apa saja yang menjadi jajanan anak-anak kita. Namun ketika mereka di lingkungan sekolah, rasanya sulit untuk memoni-
toring makananminuman apa saja yang dibeli anak-anak kita. Tindakan melarang anak untuk jajan bukan suatu tindakan bijaksana, karena
setiap saat mereka keinginan untuk membeli jajanan. Kita tidak mungkin juga selalu mengawasi segala aktivitas anak secara intensif di sekolah. Jika anak kita
bekali makananminuman dari rumah, tentu lama-lama mereka bosan juga. Hal ini karena dunia anak adalah dunia eksploratif, mereka suka mencari-cari sesuatu yang
baru dan sedang trend diantara teman-teman sebayanya. Jadi memberhentikan mereka jajan sepertinya kurang dapat mengatasi masalah kekhawatiran orangtua
terhadap bahaya jajanan bagi kesehatan anak. Tindakan yang bijaksana adalah membiarkan anak jajan tetapi dengan
memberikan bekal pengetahuan dengan bahasa dan pemahaman yang sesuai dengan usia mereka. Bekal itu berupa penjelasan secara sederhana tentang ciri-ciri
dan contoh-contoh makananminuman yang sehat dan diperbolehkan dibeli, dan penjelasan tentang dampak gangguan kesehatan bagi diri sendiri jika mereka nekat
membeli secara sembunyi-sembunyi. 4. Jajanan Sehat
Sehat adalah dambaan setiap manusia, karena itu tidak ada satupun manusia yang ingin sakit. Banyaknya penyakit yang muncul saat ini adalah salah satu
penyebab utamanya adalah banyaknya makananminuman instan yang menjadi
6 jajanan anak-anak kita yang ternyata tidak memenuhi syarat kesehatan. Bisa jadi
karena di dalam makananminuman tersebut mengandung zat yang mampu merangsang timbulnya penyakit.
a. Pewarna MakananMinuman
Anak-anak kita pasti tertarik dengan makananminuman yang memiliki warna mencolok. Namun tunggu dulu, karena warna mencolok itu salah satu ciri
zat pewarna tekstil yang sengaja ditambahkan pada makanan agar menarik perhatian dan selera anak-anak kita.
Secara umum zat pewarna pada makananminuman dibagi dua, yaitu zat pewarna alami dan sintetis buatan. Zat pewarna alami diantaranya hijau dari daun
suji atau pandan, merah dari karoten wortel atau cabe, kuning dari kunyit, ungu dari kulit manggis, coklat dari gula dipanaskan karamel. Zat pewarna alamai kurang
disukai, selain kurang praktis, warna yang dihasilkan tidak tahan lama cepat memudar dan kurang menarik pucat, sedangkan zat pewarna sintetis lebih
variatif warnanya, tahan lama, dan lebih menarik. Oleh Departemen Kesehatan dibuatlah Peraturan Menkes RI No 239
MenKesPerV1985 tentang zat pewarna makanan, baik yang diijinkan maupun dilarang untuk digunakan lihat lampiran. Biasanya zat pewarna sintetis yang
dilarang adalah zat pewarna yang seharusnya untuk mewarnai tekstil, bukan untuk makanan. Jika ini nekat digunakan, maka zat pewarna ini tidak dapat dicerna dan
disaring oleh ginjal, akibatnya akan merangsang terjadinya kanker karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan YLKI tahun 1990 terhadap beberapa
makanan jajanan di sekitar SD Jakarta Selatan, Semarang, dan Surabaya membukti- kan bahwa beberapa makanan jajanan, seperti pisang molen dan manisan kedon-
dong ternyata mengandung zat pewarna terlarang methanil yellow Intisari, 1991. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan
Konsumen LP2K Semarang menunjukkan bahwa dari 58 sampel makanan di Kotamadya Semarang yang biasa disukai anak-anak SD, seperti es cincau dan
makanan jajanan lainnya, 43,1nya mengandung rhodamin B salah satu zat pewarna tekstil dan 12,07 mengandung methanil yellow, keduanya termasuk zat
pewarna yang berbahaya untuk makanan Jawa Pos, 28 Januari 1991.
7 Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Sihombing yang dimuat dalam
Warta Konsumen No. 163 1987: 14 membuktikan bahwa rhodamin B dan methanil yellow bersifat karsinogenik terhadap tikus dan mencit, sedangkan Irving
Sax menyatakan bahwa auramine bersifat karsinogenik bagi manusia menurut hasil eksperimen yang dilakukannya. Penelitian Miller 1986 menyatakan bahwa zat
pewarna butter yellow dapat menyebabkan kanker hati Subandi, 2000: 239-241. Pada umumnya zat pewarna sintetis yang merupakan zat pewarna tekstil
masih banyak diperjualbelikan. Bagi masyarakat awam yang tidak mengetahui ciri- cirinya akan terkecoh dengan zat pewarna ini, karena selain harganya murah juga
memberikan warna yang lebih mencolok. Salah satu cara mudah untuk mengetahui zat pewarna yang diijinkan dan dilarang Pemerintah adalah dengan melihat bung-
kusnya atau melihat warnanya. Ditinjau dari bungkusnya, zat pewarna tekstil teres wantek dibungkus dengan kertas seadanya, seperti kertas koran atau kertas buram
yang diberi merk tertentu misal: cap Petruk, Tan Tjoen Sing, Jitu dengan harga relatif murah Rp. 100,- - Rp. 200,-bungkus. Sedangkan zat pewarna makanan
yang diijinkan dibungkus dalam plastik rapi dan tertulis nomor ijin dari Depkes dengan harga yang relatif jauh lebih mahal Rp. 800,- - Rp. 1.000,-bungkus.
b. Perasa MakananMinuman
Rasanya tidak ada satupun anak yang tidak suka rasa manis, tetapi rasa manis yang seperti apa yang sehat bagi mereka? Krisis ekonomi menyebabkan
harga gula pasir sebagai zat pemanis alami melambung, sehingga berakibat produ- sen kecil makananminuman mencoba menyiasati rasa manis dengan menambah-
kan zat pemanis buatan yang sebenarnya non-nutritif, seperti sakarin, sorbitol, dan siklamat. Zat pemanis buatan semula ditujukan untuk ”mengelabui” rasa manis
pada penderita diabetes, karena mereka tidak diijinkan mengonsumsi gula. Pada perkembangannya, pemanis buatan yang harganya relatif murah menjadi alternatif
pengganti gula. Jika ditinjau dari rasa manisnya, memang ketiganya memiliki rasa manis
yang lebih tinggi dibandingkan gula. Bahan pemanis ini mempunyai rasa manis 10 – 3000 kali lebih manis daripada gula. Sakarin dan siklamat digunakan untuk
permen, es krim, makanan ringan, buah kalengan, dan sirup. Sorbitol digunakan
8 untuk kismis dan jeli. Bagi anak-anak yang sensitif, maka jika dalam makanan
minuman jajanannya mengandung zat pemanis buatan biasanya kemudian menga- lami ”serak” dan ”batuk. Hal ini karena zat pemanis buatan terbuat dari bahan
kimia yang tidak dapat dicerna dan dikeluarkan kembali lewat urine. Saat ini ada satu pemanis buatan yang dilarang penggunaannya, yaitu Dulsin PerMenKes RI
No. 72 1988.
c. Pengawet MakananMinuman
Siapapun produsen makananminuman pasti menginginkan barang dagang- an mereka awet dan tahan lama? Untuk membuat awet makananminuman biasanya
mereka menambahkan zat pengawet ke`dalamnya, dapat berupa natrium benzoat untuk makanan dan minuman berasa asam, kalsium propionat dan natrium
propionat untuk mencegah jamur pada roti dan kue, asam sorbat, dan natrium
nitrat untuk daging olahan, dan keju. Zat pengatur keasaman buffer juga
termasuk bahan pengawet, karena bahan ini dapat menetralkan, mengasamkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Buffer yang digunakan antara lain
asam sitrat, asam tartrat, asam asetat, ammonium bikarbonat, dan natrium bikarbonat. Zat antioksidan juga termasuk pengawet, seperti asam askorbat pada
daging olahan, kaldu dan buah kalengan, BHA untuk olahan lemak atau minyak, sedangkan BHT untuk margarine dan mentega.
Permasalahannya, zat pengawet yang ditambahkan pada makananminuman haruslah jumlahnya terbatas seperti yang ditetapkan Depkes, sebab jika berlebihan
akan mengganggu kesehatan. Saat ini banyak sekali makananminuman yang dijual di depan sekolah, padahal anak-anak kita tidak mengetahui bahaya mengancam
kesehatan mereka. Sebagai orangtua kita wajib mengingatkan anak-anak untuk tidak membeli makananminuman dengan kemasan yang tidak berlabel, karena hal
itu perlu diragukan kehieginisan dan keamanannya. Selain itu saat ini juga banyak gorengan dijual di depan sekolah. Gorengan
yang dijual biasanya menggunakan minyak goreng yang sudah dipakai berulang- ulang hingga warnanya hitam. Hal ini berbahaya karena dalam minyak tersebut
sudah terkandung luar biasa banyaknya radikal bebas yang dapat menimbulkan kanker.
9 Bahan pengawet yang digolongkan tidak aman, diantaranya natamysin.
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit. Selain itu, ada kalium
asetat, makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal. Butil
Hidroksi Anisol BHA yang biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instant juga diduga bisa
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker. Kita pasti pernah mendengar kasus penggunaan bahan pengawet formalin
untuk mengawetkan ikan, mie basah, dan tahu yang dijual di pasar. Formalin merupakan bahan kimia yang terdiri dari 37 formaldehid dan 7 - 15 metanol
dalam air. Pada umumnya digunakan untuk mengawetkan contoh biologi preparat atau mengawetkan mayat. Dengan demikian formalin tidak boleh digunakan untuk
mengawetkan makanan, karena dapat mengakibatkan iritasi pada saluran perna- fasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa terbakar pada tenggorokan yang dirasakan
dalam jangka pendek. Jika konsumsi terhadap makanan yang mengandung forma- lin terus menerus, menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan saraf pusat dan ginjal. Cara mengidentiffikasi makanan yang mengandung formalin adalah:
1
Untuk jenis mie basah, ciri-cirinya : tidak rusak sampai 2 hari pada suhu
kamar 25
o
C, bertahan 15 hari pada suhu lemari es 10
o
C, bau bau khas formalin agak menyengat, tidak lengket, lebih mengkilap dibanding mie tanpa
formalin. 2
Untuk jenis tahu, ciri-ciri : tidak rusak hingga 3 hari pada suhu kamar,
bertahan 15 hari pada suhu lemari es, keras namun tidak padat, bau agak menyengat khas formalin.
3
Untuk jenis bakso, ciri-ciri : tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar,
memiliki tekstur sangat kenyal. 4
Untuk jenis ikan segar, ciri-ciri : tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar,
warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.
10 5
Untuk jenis ikan asin, ciri-ciri : tidak rusak sampai lebih 1 bulan pada suhu
kamar, warna ikan asin bersih cerah namun tidak bau khas ikan asin. Selain formalin, zat kimia yang sering disalahgunakan untuk pengawet
adalah boraks, yang memiliki nama kimia natrium tetraboratnatrium biborat natrium piroborat H
3
BO
3
. Orang awam menyebutnya ”bleng” atau ”cethithet”.
Berbentuk kristal lunak, bersifat antiseptik, mudah larut dalam air menjadi NaOH dan asam borat. Penambahan boraks dimaksudkan agar makanan menjadi lebih
awet, empuk, kenyal, dan memiliki cita rasa yang enak. Mengingat sifat yang sesungguhnya dari boraks sebagai antiseptik boorwaterobat cuci mata dan
pengawet kayu dan juga dapat terurai menjadi basa kuat, maka boraks sesungguhnya bukan untuk makanan.
d. Penyedap Makanan
Penyedap rasa MSG atau vetsin adalah bahan yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa makanan. Bahan yang tidak mempunyai rasa
tetapi dapat menguatkan atau mengaktifkan rasa yang telah ada dalam makanan termasuk dalam golongan ini. MSG menyebabkan sel reseptor lebih peka sehingga
dapat menikmati rasa dengan lebih baik. Namun demikian, pemakaian MSG tidak diijinkan melebihi dosis 5 gram per hariorang.
Sebenarnya untuk membuat masakan kita menjadi sedap tidak harus menggunakan penyedap semacam MSG, tetapi dapat menggunakan bahan alami
yang dapat memberikan rasa dan aroma sedap, seperti daun salam, daun pandan, atau daun jeruk. Namun demikian kebiasaan menggunakan MSG sudah mengakar
di masyarakat kita. Hal ini tidak menjadi masalah karena tubuh kita mampu menetralisir apapun yang masuk dalam tubuh dalam batas-batas kemampuan yang
diberikan Tuhan.
5. MakananMinuman Vitamin Dosis Tinggi
Saat ini banyak anak-anak kita yang suka mengonsumsi vitamin C dosis tinggi atau minuman multivitamin, padahal kebutuhan vitamin anak-anak relatif
kecil. Kelebihan konsumsi justru dapat berakibat fatal bagi kesehatannya, yaitu
11 menye-babkan hipervitaminosis. Sebagai contoh, hipervitaminosis A lebih sering
terjadi karena vitamin A larut dalam lemak, dan bisa menyebabkan dimensia lupa
linglung. Kelebihan vitamin C meski larut dalam air dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.
C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Banyaknya jajanan yang diproduksi pada skala rumah home industry perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama kita yang masih memiliki anak-anak usia
sekolah TK dan SD yang belum memiliki pengetahuan tentang bahayanya bagi kesehatan. Hal ini karena jajanan makananminuman yang diproduksi pada skala
rumah biasanya tidak ada uji layak dan aman untuk dikonsumsi. Mereka hanya membuat makananminuman sesuai pengetahuannya, dengan cara dan peralatan
sederhana, dan bahan-bahan sesuai pengetahuannya. Adakalanya mereka menggu- nakan bahan tambahan makananminuman zat aditif hanya berdasarkan pengeta-
huan dari mulut ke mulut, tanpa dasar ilmu tentang kesehatan. Sebagai contoh, penjual es plastik dan harum manis yang seringkali menggunakan zat pewarna dan
pemanis yang tidak diijinkan DepKes yang dapat membahayakan kesehatan. Selain itu, tidak sedikit pula jajanan yang diproduksi massal oleh perusaha-
an tertentu yang “curang” melanggar batas ambang yang diijinkan DepKes, artinya
mereka tahu tetapi pura-pura tidak tahu. Ada pula yang sengaja meniru produksi yang benar dengan menambah bahan tambahan yang berbahaya. Berkaitan dengan
keadaan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk memberikan pemahaman pengetahuan kepada guru-guru TK dimana siswa-siswanya sangat
rawan mengonsumsi jajanan atau makananminuman instant yang mengandung bahan tambahan makanan secara berlebihan. Berdasarkan analisis situasi, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah kegiatan ini dapat memberikan pemahaman pengetahuan tentang bahan tambahan pada makananminuman dan pendeteksiannya secara sederhana bagi
guru-guru TK di Kota Yogyakarta? 2.
Apakah kegiatan ini mampu menjelaskan dampak penggunaan bahan tambah- an pada makananminuman bagi kesehatan jika tidak sesuai anjuran Depar-
temen Kesehatan?
12 3.
Apakah kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran guru-guru TK untuk melakukan penyuluhan bagi orangtua siswa di lingkungan TK masing-masing
agar lebih memperhatikan dan mengingatkan bahaya jajanan yang tak sehat bagi anak-anak mereka?
D. TUJUAN KEGIATAN PPM
Kegiatan PPM ini bertujuan untuk: 1.
memberikan pemahaman pengetahuan tentang bahan tambahan pada makanan minuman dan pendeteksiannya secara sederhana bagi guru-guru TK di Kota
Yogyakarta. 2.
menjelaskan dampak penggunaan bahan tambahan pada makananminuman bagi kesehatan jika tidak sesuai anjuran Departemen Kesehatan.
3. menumbuhkan kesadaran guru-guru TK untuk melakukan penyuluhan bagi
orangtua siswa di lingkungan TK masing-masing agar lebih memperhatikan dan mengingatkan bahaya jajanan yang tak sehat bagi anak-anak mereka.
E. MANFAAT KEGIATAN PPM
Kegiatan PPM ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat di lingkungan sekolah, yaitu guru-guru TK, dalam hal:
1. Peningkatan pemahaman pengetahuan tentang bahan tambahan pada makanan
minuman yang menjadi jajanan dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Pengetahuan tentang dampak penggunaan bahan tambahan pada makanan minuman bagi kesehatan jika tidak sesuai anjuran Departemen Kesehatan,
dalam hal ini Badan POM Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI. 3.
Pengetahuan tentang cara-cara mendeteksi keberadaan bahan tambahan makananminuman secara sederhana, sehingga dapat ditularkan keterampilan
tersebut di lingkungan tempat kerja maupun lingkungan masyarakat. 4.
Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan anak didiknya dengan memberikan penjelasan langsung kepada anak didik dengan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami, dan diharapkan peran sertanya menular- kan pengetahuan yang diperoleh pada PPM ini kepada orangtua siswa.