14
akrilik swapolimerisasi lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas.
9,25,36
2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer yang paling banyak digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibandingkan jenis resin yang lain.
Bahan ini terbuat dari bahan polimetil metaklirat yang memerlukan energi termal atau energi panas dalam proses polimerisasinya. Energi termal yang dibutuhkan untuk
proses polimerisasinya dapat diperoleh dari waterbath atau microwave.
10,25
2.3.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik terdiri dari:
8,35,37,38
a Bubuk Polimer
1. Polimer : polimetil metakrilat
2. Inisiator : 0,2 - 0,5 benzoil peroksida
3. Pigmen : merkuri sulfida, kadmium sulfida, kadmium selenida, ferric
oxide 4.
Opacifiers : seng, titanium oksida 5.
Plasticizers : dibutil pthalat 6.
Serat sintetikorganik : serat nilon atau serat akrilik 7.
Partikel inorganik : serat kaca, zirkonium silikat b
Cairan Monomer 1.
Monomer : metil metakrilat 2.
Inhibitor : 0,003 – 0,1 hidrokuinon untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan
3. Plasticizers : dibutil pthalat
4. Bahan untuk memacu ikatan silang cross-linking agent seperti etilen
glikol dimetakrilat EGDMA. Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap
pelarut.
8,35,37,38
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:
a Perbandingan polimer dan monomer
Perbandingan polimer dan monomer yang baik adalah 3 atau 3,5 : 1 berdasarkan volume dan 2,5 : 1 berdasarkan berat. Dengan perbandingan yang benar
maka monomer akan cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer terbasahi sehingga saat kuring,
resin akrilik masih ada yang berbentuk butir-butir. Bila monomer terlalu banyak maka akan terjadi peningkatan pengerutan volume polimerisasi yang lebih besar
21 satuan volume dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik yang seharusnya 7 volume sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mencapai fase dough konsistensi dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resin akrilik.
10,25
b Pencampuran
Bubuk dan cairan dalam perbandingan yang benar dicampur di dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage.
2,10,35
Pada saat pencampuran ada lima tahap yang terjadi yaitu: i
Tahap I sandy stage : polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu.
ii Tahap II sticky stage : permukaan polimer larut dalam monomer
dan melekat dengan pot, serta berserabut bila ditarik. iii
Tahap III dough stage : polimer telah jenuh di dalam monomer. Massa yang lebih halus dan dough like seperti adonan. Pada tahap ini massa dapat
dimasukkan ke dalam mold. iv
Tahap IV rubber hard stage : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan tidak plastis lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mold.
v Tahap V hard stage : selama periode tertentu, adonan menjadi keras
yang disebabkan oleh penguapan monomer bebas. Secara klinis, adonan nampak amat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.
2,10,35
Universitas Sumatera Utara
16
c Mould lining
Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator cold
mould seal untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold dan
berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold, dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.
2,10
d Pengisian
Mengisi resin akrilik ke dalam mold disebut packing. Tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis gigitiruan. Sewaktu
melakukan pengisian resin akrilik ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold terisi penuh dan sewaktu di-press terdapat tekanan yang cukup pada mold. Hal ini dapat
dicapai dengan mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan yang dimasukkan ke dalam mold kurang maka dapat menyebabkan
terjadinya shrinkage porosity.
2,10,35
e Kuring
Mold yang telah diisi dipanaskan dalam oven atau waterbath dimana besar temperatur dan lama pemanasan harus dikontrol. Jika suhu pemanasan saat kuring
terlalu rendah maka basis gigitiruan akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Hal ini sangat penting dan harus dihindari. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat menyebabkan internal porositas.
9,10,35
Proses kuring yang paling tepat yang disarankan oleh Japan Industrial Standard’s JIS adalah pemanasan pada suhu
70°C selama 90 menit, kemudian ditingkatkan mejadi suhu 100°C selama 30 menit.
39
f Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai
mencapai suhu kamar. Kemudian kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan, dilakukan penyelesaian akhir dan dipoles.
2,10
2.3.3 Sifat