Kekuatan Impak Kekuatan Transversal

20 direndam dalam ekstrak binahong 25 menunjukkan penurunan kekuatan transversal yang signifikan setelah perlakuan. Hal ini disebabkan oleh kandungan polifenol dalam ekstrak daun binahong yaitu sekitar 5. 34 Handayani, dkk 2013, melakukan penelitian tentang perendaman RAPP dalam larutan cabai rawit yang mengandung polifenol dalam bentuk flavonoid menunjukkan adanya penurunan kekuatan impak yang signifikan. Selain itu, dalam penelitiannya yang merendam RAPP dalam ekstrak buah kiwi yang mengandung polifenol dalam bentuk flavonoid menunjukkan adanya penurunan kekuatan impak yang berkaitan dengan durasi perendaman. 31,32

2.3.3.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis RAPP terbagi menjadi kekuatan impak, kekuatan transversal, dan crazing. Beberapa faktor tertentu dapat mempengaruhi kekuatan impak dan transversal RAPP, yaitu mulai dari tahap manipulasi hingga tahap kuring. Kekuatan impak dan transversal yang dihasilkan dapat berbeda-beda tergantung dari teknik pengadukan, kandungan monomer sisa, micro porosity yang tidak terlihat, jarak waktu dari tahap pengisian ke dalam mold sampai pengepresan, dan jarak waktu dari proses pengepresan hingga proses kuring.

2.3.3.4.1 Kekuatan Impak

Kekuatan impak merupakan besar energi yang diserap oleh suatu material ketika material tersebut patah oleh tekanan yang tiba-tiba. 7 Salah satu penyebab mudahnya terjadi fraktur adalah kekuatan impak resin akrilik yang rendah. 23 Basis gigitiruan resin akrilik seharusnya memiliki kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya fraktur apabila terjatuh, seperti saat gigitiruan dibersihkan, batuk, atau bersin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani 2006, diperoleh data bahwa patahnya gigitiruan akibat kekuatan impak yang rendah merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 80,4. 24 Besar kekuatan impak RAPP menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Goguta L 2006 adalah 4,73 x 10 -3 Jmm 2 . 23 Sedangkan menurut hasil penelitian Universitas Sumatera Utara 21 yang dilakukan oleh Desi Watri 2010, besar kekuatan impak RAPP adalah sebesar 4,75 x 10 -3 Jmm 2 . 42 Terdapat dua alat untuk menguji kekuatan impak, yakni alat penguji Charpy dan Izod. Pada alat penguji Charpy, kedua ujung spesimen diletakkan pada posisi horizontal. Pada alat penguji Izod, sampel dijepit pada salah satu ujungnya secara vertikal. Kekuatan impak suatu bahan dapat diukur dengan cara menjepit kedua ujung sampel pada alat penguji kekuatan impak. Pendulum yang ada pada alat dilepaskan hingga membentur sampel sehingga sampel patah. Hasil yang tertera pada alat penguji dicatat, lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak dengan rumus berikut: 10 Keterangan: E = energi joule b = lebar sampel mm d = ketebalan sampel mm

2.3.3.4.2 Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal adalah ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah. 25 Fraktur midline sering disebabkan oleh kekuatan transversal yang rendah, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh tekanan pengunyahan yang berulang-ulang adalah sebesar 16,1. 24 Standar kekuatan transversal basis gigitiruan adalah tidak kurang dari 60 – 65 Mpa. Besar kekuatan transversal RAPP berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi Watri 2010 adalah sebesar 93,57 Mpa. 41 Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nirwana 2005, besar kekuatan transversal RAPP adalah sebesar 94,94 Mpa. 42 Kekuatan transversal atau fleksural suatu bahan dapat diketahui dengan cara memberikan beban pada sebuah sampel berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut diberikan ditengah-tengahnya. Lalu diberikan tekanan Universitas Sumatera Utara 22 secara konstan meningkat hingga sampel patah. Nilai yang tertera pada alat penguji dicatat, lalu dimasukkan kedalam perhitungan menggunakan rumus berikut: 41 Keterangan : S = kekuatan transversal kgcm 2 I = jarak antar beban pendukung cm P = beban kg b = lebar sampel batang uji cm d = tebal sampelbatang uji cm

2.3.3.4.3 Crazing