Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filum molusca merupakan suatu kelompok hewan yang bertubuh lunak dan tidak memiliki tulang belakang avertebrata, salah satu dari Filum molusca adalah kelas Bivalvia yang umumnya berbentuk simetri lateral, cangkang terdiri dari dua katup dan kedua katup cangkang dihubungkan oleh suatu engsel pada bagian dorsal ligament dan di tutup dan dibukakan oleh sepasang otot ―abductor‖. Sebagian besar kelompok hewan ini mempunyai cara makan dengan memfilter bahan organik yang tersuspensi di perairan ―filter-feeder‖ dengan menggunakan insangnya. Salah satu jenis bivalvia adalah kerang lokan Geloina erosa yang hidup di daerah pasang surut yang banyak ditumbuhi oleh pohon mangrove. Sesuai dengan kebiasaan spesies ini hidup di dalam sedimen rawa mangrove. Potensi sumberdaya kerang-kerangan di Indonesia mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dengan total nilai ekonomis pada tahun 2007 mencapai Rp. 1,86 trilyun dan perkembangan produksi dalam kurun waktu 2005 - 2007 mengalami peningkatan yaitu dari 144.634 ton pada tahun 2005 menjadi 171.595 ton pada tahun 2007 atau mengalami peningkatan sebesar 18,64 Bengen, 2009. Pada saat ini di pasar lokal Kelurahan Sicanang kerang lokan dijual di dengan harga Rp. 10.000,- – Rp 15.000,- per kilogram serta memiliki nilai gizi yang tinggi. Suaniti 2007 menerangkan bahwa kelompok kerang memiliki kandungan protein sebesar 7,06 - 16,87, lemak sebesar 0,40 - 2,47, karbohidrat sebesar 2,36-4,95 serta memberikan energi sebesar 69 - 88 kkal100 gram daging. Universitas Sumatera Utara 2 Geloina erosa oleh penduduk di daerah sekitar perairan Belawan disebut juga kerang lokan, tetapi pada daerah lain sering juga disebut kerang kepah atau kerang totok. Kerang lokan banyak ditemukan di hutan mangrove di sekitar Daerah Aliran Sungai Belawan, Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada pesisir geografis antara 1 0 - 4 , LU dan 98 – 100 LU dengan panjang garis pantai timur Sumatera Utara 545 km. Hutan mangrove dengan luas 1.510 Ha ini dikelilingi sungai pantai Belawan, sungai polu halia, sungai Belawan dan anak sungai pantai Belawan. Sungai dan anak sungai tersebut bermuara ke selat malaka yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pemukiman warga Belawan Sicanang. Ekosistem mangrove salah satunya dicirikan dengan tingginya keanekaragaman yang berasosiasi diantaranya kelompok kerang –kerangan dari famili Corbioculidae yang berasosiasi dengan mangrove seperti Geloina erosa Morton, 1984. Aspek lain yang turut berperan untuk keberlanjutan kerang mangrove adalah aspek lingkungan diantaranya adalah kondisi mangrove sebagai habitat kerang yang belum pulih akibat bencana alam Wibisono dan Suryadiputra, 2006. Geloina erosa yang mendiami ekosistem mangrove di sekitar rumpun nipah cenderung hidup berkelompok sedangkan di kawasan lain yang memiliki tumbuhan seperti Rhizophora dan sonneratia hidupnya tidak merata Sarong, 2010. Berkurangnya hutan mangrove di sepanjang wilayah perairan Belawan, terutama di sebabkan oleh karena terjadinya konversi hutan mangrove menjadi berbagai keperluan termasuk pemukiman, lokasi industri, alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pemanfaatan kayu bakau untuk berbagai keperluan sehingga habitat kerang lokan mengalami degradasi akibat rusaknya hutan mangrove, seharusnya daerah ini merupakan daerah pengumpul lokan yang dilakukan penduduk setempat sebagai mata pencaharian tambahan oleh nelayan setempat. Apabila hal tersebut terus menerus berlanjut, maka dikwatirkan bahwa sumberdaya lokan dari daerah ini akan semakin menurun dan bahkan tidak mustahil suatu saat akan menjadi punah. Universitas Sumatera Utara 3 Sampai saat ini tidak banyak referensi maupun informasi yang dapat dijadikan acuan tentang studi ekologi baik mengenai distribusi dan pola pertumbuhan kerang G. erosa di perairan Belawan, sehingga sumberdaya kerang ini hampir terlupakan. Padahal bila dibandingkan dari sudut nilai ekonomi yang dimiliki spesies ini cukup strategis untuk dikembangkan di masa yang akan datang, terutama salah satu species budidaya Perikanan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakuan penelitian terhadap kerang lokan Geloina erosa di daerah Perairan Belawan. Hal ini untuk memperoleh data tentang pola pertumbuhan dan distribusi kerang lokan, mengingat pentingnya potensi sumberdaya kerang-kerangan di perairan Belawan selain sebagai plasma nutfah, konsumsi dan sumber mata pencaharian. 1.2. Perumusan Masalah Bila dilihat dari berbagai macam pemanfaatan dan peruntukan sungai Belawan baik yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai maupun perusahaan yang ada di kawasan pesisir perairan Belawan maka permasalahan yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pola pertumbuhan kerang lokan Geloina erosa pada ekosistem hutan mangrove Belawan. 2. Bagaimana pola distribusi kerang lokan Geloina erosa pada ekosistem hutan mangrove Belawan. 3. Bagaimana hubungan korelasi antara kepadatan kerang lokan Geloina erosa dengan faktor fisika dan kimia di perairan Ekosistem Mangrove Belawan. Universitas Sumatera Utara 4

1.3. Tujuan Penelitian