Logam Berat KESIMPULAN DAN SARAN

Menurut Ranoemihardjo 1988, konsentrasi nitrat akan menurun pada musim panas akibat adanya aktivitas fotosintesa yang tinggi, tetapi pada saat yang sama akan terjadi peningkatan konsentrasi nitrat sebagai akibat proses membusuknya zat-zat organik. Di lautan terbuka, kadar nitrat akan semakin besar dengan besarnya kedalaman lautan, hal ini disebabkan tenggelamnya partikel- partikel yang mengandung nitrat serta terjadinya peruraian pertikel tersebut menjadi nitrogen anorganik, sehingga distribusi nitrat pada lautan terbuka dapat dikatakan hampir seragam baik secara horisontal maupun vertikal. 4.6.7. Kadar Fosfat PO4 Kadar nitrat selama penelitian berkisar antara 0.2 – 0.44 mgl tergolong tinggi hal ini sesuai dengan pendapat Goldman dan Horne 1983 Fosfor merupakan unsur pembatas pertumbuhan yang umum pada fitoplankton, meskipun fosfor ini dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Pada umumnya fosfat di perairan alami tidak lebih dari 0.1 mg1. Apabila kandungan fosfat cukup tinggi maka akan terjadi eutrofikasi. Ortofosfat PO4-P terlarut merupakan fosfor dalam bentuk anorganik yang dapat langsung dimanfaatkan dan mudah diserap oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya Lind 1979.

4.7. Logam Berat

Hasil analisis konsentrasi logam berat Kadmium Cd dan Timbal Pb pada sampel air laut pada stasiun I Nypah fruticants, stasiun II Heterogen dan stasiun III Sonneratia casiolaris. Tabel 4.8. Hasil Analisis Konsentrasi Logam Berat Kadmium Cd dan Timbal Pb. No Parameter Sat Baku Hasil Analisis Metoda Mutu St 1 St 2 St 3 1 Kadmium mgl 0.01 0.0003 0.0004 0.0004 APHA3120B,22nd ed.2012 2 Timbal mgl 0.05 0.0051 0.0077 0.0095 APHA3120B,22nd ed.2012 Universitas Sumatera Utara Hasil pengujian laboratorium konsentrasi logam berat Cd dan Pb pada perairan di setiap stasiun menunjukkan konsentrasi logam berat di bawah Baku Mutu logam berat Tabel 4.8. Pencemaran logam berat dalam air harus mendapat perhatian yang serius, karena bila terserap dan terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian. Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Darmono 1995. Kerang P erosa menjadi salah satu indikator pencemaran Pb di perairan. Penelitian yang dilakukan oleh Amnan 1994 menggunakan P erosa sebagai indicator pencemaran Pb di perairan Segara Anakan, menyebabkan bahwa P erosa mengandung Pb dengan konsentrasi sebesar 3.030 ppm – 9.524 ppm rata-rata 5.609. Batas maksimum kandungan logam berat Pb dalam makanan hasil laut yang dikonsumsi menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan adalah 2.0 ppm Amnan, 1994. Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai dihilangkan, dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut Amriani, 2011. Kerang Darah Anadara granosa dan kerang bakau Polymesoda bengalensis. dapat digunakan dalam monitoring pencemaran lingkungan dan keamanan pangan, serta pemaparan logam berat Timbal Pb dan Seng Zn pada manusia melalui konsumsi Amriani, 2011. Sedimen biasanya mengandung kepekaan logam tertinggi didalam system yang tercemar Connel dan Miller, 1995. Sifatnya yang menetap di suatu habitat tertentu dan pemakan sisa-sisa detrivorous menyebabkan kerang cukup baik digunakan sebagai indikator pencemaran terutama kandungan logam berat seperti timbal, merkuri dan arsen Rahmawaty, 2008. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan dari tinggi ke rendah sebagai berikut merkuri Hg, kadmium Cd, seng Zn, timah hitam Pb, krom Cr, nikel Ni, dan kobalt Co. Logam-logam tersebut diketahui dapat terakumulasi oleh suatu organisme Amin, 2010.

4.8. Korelasi Kepadatan Kerang Lokan dengan Faktor Fisik Kimia