2. Bagaimana pengaturan pengelolaan perseroan dan Business Judgement Rule
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? 3.
Bagaimana penentuan standar kaeori Mala Inse dan Mala In Prohibita bagi tindakan Direksi dalam pengelolaan perseroann menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? 2.
Rudi Dogar Harahap, NIM : 067005078, mahasiswa Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Penerapan Business
Judgement Rule dalam pertanggungjawaban Direksi Bank yang berbadan hukum Perseroan Terbatas”, dengan perumusan masalah yang dibahas:
1. Bagaimana pengelolaan Bank dikaitkan dengan manajemen risiko?
2. Bagaimana batasan Businesss Judgement Rule dalam pengelolaan Perseroan
Terbatas oleh Direksi? 3.
Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Business Judgement Rule dalam pertanggungjawaban direktur bank Direktur Terbatas?
Jika diperbandingkan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian, maka
penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Kata teori pada dasarnya banyak digunakan, sebanyak seperti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menurut kamus Concise Oxford Dictionary sebagai
suatu indikator dari makna sehari-hari, anggapan yang menjelaskan tentang suatu, khususnya yang berdasarkan pada prinsip-prinsip independen suatu fenomena dan
lain – lain yang perlu dijelaskan. Bagi semua ahli, teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria
tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.
19
Kerangka teori adalah kerangka pemikiranbutir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem, yang menjadi bahan
perbandingan, Pemegangan teoristis.
20
Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan kontinuitas
perkembangan ilmu hukum selain bergantung pasca metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi penelitian.
21
Dalam pengelolaan perseroan atau perusahaan, para anggota Direksi dan komisaris sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut merupakan
pemegang amanah fiduciary yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.
22
19
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, Bandung : Refika Aditama, 2007, hal. 23.
20
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 27.
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2005, hal. 6.
22
Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan”, http:bismar.wordpress.com20091223 , diakses tanggal 17 Februari 2011.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan terbatas mampu bertindak melakukan perbuatan hukum melalui “wakilnya”. Untuk itu ada yang
disebut “agent” yaitu orang yang mewakili Perseroan serta bertinndak untuk dan atas nama Perseroan. Karena itu perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek
hukum yang mandiri. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau naturalijke persoon, dia
bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.
23
Allots memandang bahwa hukum sebagai sistem merupakan proses komunikasi, oleh karena itu hukum menjadi subjek bagi persoalan yang sama dalam
memindahkan dan menerima pesan, seperti sistem komunikasi yang lain. Ciri yang membedakan hukum adalah keberadaan sebagai fungsi yang otonom dan
membedakan kelompok sosial atau masyarakat politis. Ini dihasilkandikenakan oleh mereka yang mempunyai kompetensi dan kekuasaan yang sah itu. Suatu sistem
hukum tidak hanya terdiri dari norma-norma tetapi juga lembaga-lembaga termasuk fasilitas dan proses.
24
Dalam kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah teori organ yakni teori yang lahir sebagai reaksi terhadap teori fiksi yang dikemukakan oleh Otto
Von Gierke. Pada pokoknya teori ini mengemukakan bahwa badan hukum merupakan suatu badan yang membentuk suatu kehendaknya melalui perantaraan
23
Rachmadi Usman, Op. Cit, hal. 50.
24
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Op. Cit, hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
alat-alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya, seperti manusia melakukan segala perbuatannya dengan organ-organ
tubuhnya. Menurut teori ini, badan hukum benar-benar ada, berfungsi sama seperti manusia, dan perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan badan hukum itu
sendiri. Tujuan badan hukum adalah tujuan yang kolektif, terlepas dari tujuan individu-individu yang menjadi organ-organnya.
25
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum namun tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum dengan sendirinya tanpa organ-organ perseroan yang
bertindak untuk dan atas nama perseroan dan tanggung jawab badan hukum. Perseroan ini memiliki organ – organ selayaknya manusia untuk melakukan tujuan
pendiriannya, sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha ynag ingin dicapai oleh Perseroan. Organ – organ Perseroan mencakup 3 tiga bagian,
yaitu: 1.
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Menurut Pasal 1 ayat 4 Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam Undang-Undang ini dan atau anggaran dasar. 2.
Direksi
25
Hardijan Rusli, Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan di Indonesia, Jakarta : Huperindo, 1989, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 1 ayat 5 Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Direksi adalah organ perseroan yang berwewenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. 3.
Dewan Komisaris Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi. Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang
bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-
bawahan sesaat.
25
Doktrin fiduciary duty berasal dari sistem hukum Common Law yang berasal dari Inggris dan hingga kin mempengaruhi sistem hukum negara-negara bekas
jajahannya dan juga dianut di Amerika Serikat. Karena hubungan hukum antara perseroan dan Direksi didasarkan pada doktrin fiduciary duty, maka berdasarkan
doktrin ini Direksi dalam menjalankan kepengurusan mempunyai duty of care dan duty of loyalty terhadap perseroan.
26
25
Bismar Nasution, Op. Cit, diakses tanggal 17 Februari 2011.
26
Suharnoko, Op.Cit, hal.152.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas sebagai salah satu subjek hukum recht person memiliki status, kedudukan,dan kewenangan yang dipersamakan dengan subjek hukum lainnya
seperti manusia yang memiliki maksud dan tujuan dalam proses pendiriannya namun tidak dapat bertindak secara sendiri. Keberadaan Perseroan Terbatas sebagai status
badan hukum diperoleh ketika Perseroan Terbatas tersebut telah memperoleh pengesahan dan pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban serta
harta kekayaan sendiri bagi Perseroan tersebut, terpisah dari hak, kewajiban, dan harta kekayaan para pendiri Perseroan Terbatas, para pemegang saham dan para
pengurus Perseroan Terbatas. Hak dan kewajiban tiap anggota badan hukum ditetapkan dalam peraturan-
peraturan yang menjadikan badan hukum atau perkumpulan tersebut didirikan atau diakui, menurut akta pendirian sendiri, perjanjian sendiri, atau peraturan perundang-
undangan. Para anggota badan hukum sebagai perseorangan tidak bertanggung jawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua hutang perkumpulan itu hanya
dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.
27
Dengan kata lain pertanggungjawaban tersebut adalah pertanggungjawaban terbatas atau tanggung jawab terbatas berkaitan dengan tindakan pengurus, pemegang
saham maupun perseroan terbatas itu sendiri. Jadi makna terbatas itu sekaligus mengandung arti keterbatasan, baik dari sudut perseroan terbatas, penanam modal
maupun pengurus perseroan terbatas. Oleh karena itulah tanggung jawab terbatas
27
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas PT, Jakarta : Visimedia, 2009, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
mengandung arti penting sebagai umpan pendorong agar orang bersedia ikut serta menanamkan modal. Jadi dengan pertanggungjawaban terbatas itu sudah dapat
diramalkan seberapa besar maksimal resiko kerugian yang mungkin diderita.
28
Dalam Pasal 97 ayat 3 UUPT menyatakan bahwa: “Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.”
Perseroan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu sistem keberadaan organ-organ
Perseroan yang melakukan kegiatan usaha. Keberadaan organ-organ Perseroan ini memiliki fungsi dan kedudukan yang telah ditentukan, serta memiliki hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakasanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Sehingga, wewenang dan tanggung jawab organ-organ Perseroan,
Direksi dapat dibenarkan atau dipersalahkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang mengaturnya.
Teori Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat populer untuk menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad baik.
Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan, khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu
28
Prasetya Rudhi, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas dan Pertanggungjawaban Terbatas dari Perseroan Terbatas, Surabaya : Airlangga University Pers, 1983, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
keputusan bisnis, artinya tidak terdapat kepentingan pribadi yang dilakukan oleh Direksi dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Plato, keadilan adalah: “apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan
kemampuan yang ada padanya.” Setiap anggota masyarakat mempunyai tugas-tugasnya sendiri yang khusus dan
hendaknya membatasi pekerjaannya kepada pelaksanaan dari tugas-tugas tersebut.
29
Dalam mengurus Perseroan, anggota Direksi tidak boleh “sembrono” carelessly dan lalai negligence. Apabila ia sembrono dan lalai melaksanakan
kepengurusan, menurut hukum ia telah melanggar kewajiban berjhati-hati duty care atau bertentangan dengan “prudential duty”. Apabila patokan kehati-hatian ini
diabaikan oleh anggota Direksi dalam menjalankan Perseroan, dia dianggap bersalah melanggar kewajiban mesti melaksanakan pengurusan penuh dengan tanggung jawab.
Tiada maaf bagi seseorang yang menduduki jabatan anggota Direksi dengan gaji dan tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati melaksanakan pengurusan
Perseroan.
30
Dalam praktek agak sulit untuk membedakan mana suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan dengan itikad baik dan makna perbuatan yang memang sudah
sewajarnya dalam menjalankan tugas yang diembannya, Pada umumnya, setelah
29
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 256.
30
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 378.
Universitas Sumatera Utara
terjadi perseroan menderita kerugian yang merupakan suatu akibat, barulah dapat diketahui baik atau buruknya perbuatan seseorang.
31
Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal 1365 dan 1366 KUHPerdata, Direksi artinya semua anggota Direksi secara pribadi dapat ikut
dipertanggungjawabkan atas kerugian yang diderita pihak ketiga karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan.
32
2. Kerangka Konsepsi