Adapun ketentuan yang mengandung prinsip Corporate Ratification dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah:
1. Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yang menyebutkan: “Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan
yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima
atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya.”
B. PENGERTIAN DAN PENGATURAN PRINSIP CORPORATE
OPPORTUNITY
Pada prinsipnya oportunitas perseroan Corporate Opportunity merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa seorang direktur, komisaris atau pegawai
perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan mengambilkan kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan
yang dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu.
Defenition of Corporate Opportunity means: 1.
Any opportunity to engage in a business activity of which a director or senior executive becomes aware, either:
- In connection with performance of function as a director, or senior
executive, or under circumstances that should reasonably lead the director or senior executive to believe that the person offering the
opportunity expect it to be offerd to the corporate; or
- Through the use of corporate information or property, if the resulting
opportunity is one that the director or senior executive should
Universitas Sumatera Utara
reasonably be expected to believe would be of interest to the corporation; or
2. Any opportunity to engage in a business activity of which a director or senior
executive become aware and knows is closely related to abusiness in which the corporate is engaged or expect to engage.
93
Dengan demikian, manakala tindakan tersebut merupakan kesempatan opportunity bagi perseroan dalam menjalankan bisnisnya, Dierksi tidak boleh
mengambil kesempatan tersebut untuk kepentingan pribadinya, karena kesempatan tersebut seyogianya diberikan untuk perusahaan. Dengan perkataan lain, sebenarnya
oportunitas perusahaan tidak lain dari suatu hak, kepemilikan, kepentingan atau suatu harapan yang menurut sendi-sendi keadilan merupakan milik perseroan.
94
Doktrin oportunitas perusahaan Corporate Opportunity yang melarang Direksi untuk mengambil kesempatan bagi dirinya pribadi dimana kesempatan
tersebut sebenarnya dapat diambil untuk kepentingan perseroan, sebenarnya merupakan salah satu sisi dari pengejawantahan atas tugas fiduciary duty dari Direksi
dan juga komisaris dan petinggi perseroan lainnya.
95
Transaksi kesempatan perseroan corporate opportunity mengajarkan bahwa akibat dari adanya fiduciary duty dari Direksi, maka Direksi haruslah terlebih dahulu
mengutamakan kepentingan perseroan daripada kepentingan pribadi. Dengan demikian, jika perusahaan mempunyai kesempatan opportunity untuk melakukan
suatu transaksi dengan pihak ketiga sementara pihak Direksi juga ingin melakukan
93
Robert W. Hamilton, Cases and Material Corporation Including Partnerships and Limited Liability Companies Seventh Edition, American : West Group, 2001, hal. 845-846.
94
Munir Fuady Munir Fuady III, Op. Cit, hal. 224.
95
Ibid, hal 223.
Universitas Sumatera Utara
transaksi yang sama dengan pihak ketiga, maka pihak Direksi perusahaan harus mengutamakan kepentingan terlebih dahulu dengan mempersilahkan perusahaan
untuk melakukan transaksi tersebut, dan Direksi harus mengalah untuk itu.
96
Jadi, tidak mengambil keuntungan pribadi atas suatu kesempatan yang sebenarnya milik
atau diperuntukkan bagi perseroan no secret profit rule-doctrine of corporate opportunity.
97
Ketentuan yang mengandung prinsip Corporate Opportunity dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain sebagai
berikut: 1.
Pasal 97 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa:
“Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.”
2. Pasal 99 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang menyatakan bahwa: Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:
a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi
yang bersangkutan; atau b.
anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
Institut Hukum Amerika American Law Institute memberikan defenisi kepada oportunitas perseroan sebagai berikut:
96
Ibid, hal 63.
97
Wicaksono Frans Satrio, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas PT, Jakarta : Visimedia, 2009, hal. 121.
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap kesempatan oportunitas untuk melibatkan diri dalam aktivitas bisnis di
mana pihak Direksi atau eksekutif senior sadar sepenuhnya bahwa: a.
dalam hubungannya dengan pelaksanaannya tugasnya selaku Direksi atau eksekutif senior, atau dalam keadaan yang menyebabkan pihak Direksi atau
eksekutif senior secara logis berkeyakinan bahwa orang yang menawarkan kesempatan tersebut sebenarnya ingin menawarkan kesempatan tersebut
sebenarnya ingin menawarkannya kepada perseroan, atau b.
melalui pemanfaatan informasi atau aset perseroan, jika pihak Direksi atau eksekutif senior secara logis berkeyakinan bahwa kesempatan tersebut dapat
diharapkan untuk membawa manfaat bagi perseroan. 2.
Setiap kesempatan oportunitas untuk melibatkan diri dalam aktivitas bisnis di mana pihak Direksi atau eksekutif senior sadar dan mengetahui bahwa aktifitas
tersebut sangat berhubungan dengan bisnis di mana perseroan terlibat atau diharapkan akan terlibat.
98
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kesempatan bagi Direksi dianggap sebagai oportunitas perseroan, akan dilihat dari berbagai factor dominant disekitar
tindakan yang dicurigai sebagai oportunitas perseroan. Faktor-faktor dominant yang sering digunakan oleh hukum adalah sebagai berikut:
1. Tentang Keterbukaan
Yakni, apakah direktur tersebut melakukan Idisclosure kesempatan tersebut kepada perseroan atau menikmati manfaat secara diam-diam.
98
Munir Fuady Munir Fuady III, Op. Cit, hal. 225.
Universitas Sumatera Utara
2. Tentang Negoisasi
Yakni, apakah sebelumnya Direksi melakukan negoisasi dengan perseroan tentang kesepakatan memperoleh keuntungan tersebut dan kemudian tidak
dilanjutkan oleh Direksinya itu. 3.
Tentang Penawaran Yakni, pakah dilakukan penawaran tentang kesempatan tersebut kepada perseroan
atau kepada Direksi sebagai wakilagen dari perseroan. 4.
Tentang Pengetahuan Direksi Yakni, apakah Direksi mengetahui adanya kesempatan tersebut dalam posisinya
selaku Direksi dari perseroan. 5.
Tentang Kebutuhan Perseroan Yakni, apakah ada kebutuhan yang cukup substansial dari perseroan agar
kesempatan tersebut deiberikan kepada perseroan. 6.
Tentang Keunikan Yakni, apakah harta benda yang ditransaksikan tersebut cukup unik sehingga sulit
didapatkan penggantinya. 7.
Tentang Fasilitas Yakni, apakah dalam mengambil manfaat dari kesempatan tersebut, Direksi
menggunakan fasilitas atau asset dari perseroan. 8.
Tentang Penggunaan dana Perseroan Yakni, apakah digunakan dana perseroan dalam hubungan dengan transaksi yang
merupakan oportunitas perseroan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
9. Tentang Keterlibatan Direksi di Perusahaan Lain
Yakni, apakah perusahaan lain dimana Direksi juga terlibat yang mengambil kesempatan tersebut, bukan satu-satunya perseroan yang mungkin melakukan
tindakan untuk mengambil kesempatan tersebut. 10.
Tentang Permintaan Diskon Yakni, apakah Direksi meminta semacam diskon dari perseroan jika perseroan
tersebut yang mengambil kesempatan tersebut. 11.
Tentang Persaingan atau Penghalangan Yakni, apakah dengan Direksi mengambil manfaat dari kesempatan tersebut,
Direksi akan bersaing dengan perseroan atau menghalangi kebijaksanaan perseroan.
12. Tentang Persetujuan Perseroan
Yakni, apakah pihak perseroan menyetujui tindakan oportunitas perseroan yang diambil oleh direktur tersebut. Persetujuan perseroan ini dapat melalui
persetujuan Direksi independent atau persetujuan pemegang saham independen. 13.
Tentang Penugasan Yakni, apakah Direksi atau pegawai perusahaan tersebut memang ditugaskan oleh
perusahaan untuk mendapatkan kesempatan atau transaksi yang merupakan oportunitas perseroan tersebut.
14. Tentang Penawaran kepada Perseroan
Yakni, apakah Direksi bermaksud untuk menawarkan aset yang dibelinya tersebut kepada perseroan yang dipimpinnya.
Universitas Sumatera Utara
15. Tentang Kemampuan Perseroan
Yakni, apakah perseroan cukup mampu untuk mendapatkan kesempatan bertransaksi tersebut.
16. Tentang Keaktifan Perseroan
Yakni, apakah perseroan selama ini cukup aktif berusaha untuk mengambil kesempatan tersebut. Dan jika cukup aktif, apakah kemudian perseroan telah
mengabaikan usaha pencapaian perolehan kesempatan tersebut.
99
Adakalanya, meskipun
tindakan Direksi termasuk ke dalam oportnitas
perseroan bila dilihat menurut doktrin oportuitas perseroan, tetapi oleh hukum masih dapat dibenarkan jika tindakan tersebut dilakukan oleh Direksinya. Kekecualian
terhadap larangan melaksanakan tindakan oportunitas perseroan tersebut diberikan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Pelepasan Tindakan Oportunitas Perseroan
Bisa saja perseroan secara sukarela melepaskan haknya untuk mengambil oportunitas perseroan atau mengabaikan saja oportunitas perseroan tersebut. akan
tetapi, jika kemudian Direksi bermaksud untuk mengambil oportunitas perseroan maka tindakan pelepasan hak atau mengabaikan oportunitas perseroan oleh
perseroan tersebut tentunya juga dilakukan melalui Direksi yang bersangkutan. 2.
Ketidakmungkinan Perseroan Untuk Melakukan Tindakan Oportunitas Perseroan
99
Ibid, hal 233-234.
Universitas Sumatera Utara
Adakalnya perseroan berada dalam posisi yang tidak mungkin untuk melakukan tindakan oportunitas perseroan tersebut. Misalnya, jika pihak dengan siapa deal
harus dilakukan, hanya mau melakukan transaksi tersebut dilakukan untuk Direksi pribadi, bukan untuk perseroan. Maka, dalam hal ini Direksi tersebut
secara hukum dapat melakukan tindakan tersebut meskipun tindakan tersebut merupakan oportunitas perseroan.
3. Ketidakmampuan Perseroan Untuk Melakukan Tindakan Oportunitas Perseroan
Di samping itu, mungkin juga terjadi bahwa suatu tindakan sebenarnya tergolong ke dalam oportunitas perseroan, tetapi oportunitas tersebut tidak mampu
mengambil kesempatan tersebut, misalnya karena ketidakmampuan menyediakan dana atau tidak memperoleh sumber keuangannya.
4. Restu dari Perseroan
Jika tindakan Direksi atau pejabat lainnya dari perseroan mengambil oportunitas perseroan dan sebelum atau sesudah transaksi terjadi sudah terlebih dahulu
disetujui oleh perseroan diwakili oleh Direksi independen atau oleh pemegang saham independen, maka tindakan tersebut secara yuridis dapat dilakukan oleh
Direksi perseroan, sebab tindakan tersebut sudah mendapatkan restu berdasrkan disclosure yang cukup informed consent.
100
Jika dilihat dalam ketentuan pengaturan yang terdapat pada pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka tidak terdapat di dalamnya
100
Ibid, hal 235-237.
Universitas Sumatera Utara
ketentuan yang secara tegas yang bersifat melarang ataupun mengatur mengenai bagaimana status dari transaksi yang dilakukan oleh Direksi demi kepentingan
pribadi Direksi tersebut secara dunia ilmu hukum perseroan.
C. BATASAN-BATASAN PRINSIP CORPORATE OPPORTUNITY YANG