commit to user 76
c. Stereotipe
Stereotipe merupakan pelabelan atau penandaan negatif terhadap seseorang atau sekelompok tertentu yang dapat menimbulkan
ketidakadilan. Stereotipe dapat merubah status sosial, kondisi ekonomi dan budaya, dan eksploitasi fisik seseorang. Adanya
stereotipe tersebut bersumber dari pandangan dan pemahaman gender
dan jenis kelamin yang salah kaprah.
Kita semua tahu, tidak ada perempuan jelek selama perempuan- perempuan itu bisa bikin lelaki ereksi Sylado, 2007: 82.
Pada kutipan di atas menjelaskan adanya stereotipe pada kaum perempuan. Perempuan ideal bagi mereka adalah perempuan yang
dapat membuat laki-laki ereksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan hanya dipandang sebagai objek pemuas hasrat laki-laki.
Adanya stereotipe sangat merendahkan harkat dan martabat kaum perempuan. Perempuan hanya dipandang sebelah mata. Harga diri
seorang perempuan hanya diukur sebatas alat reproduksi. Adanya anggapan yang salah tentang penilaian diri perempuan, akan
berdampak pada pola pikir masyarakat yang kian mengeksploitasi tubuh perempuan.
Di seluruh dunia orang tahu, bahwa bintang-bintang film, selebriti sinema, para artis hidupnya berkaitan dengan vaginanya. Sebut saja
biangnya Maria Schneider: last Tango in Paris, Sharon Stone: Basic Instinct, Angelina Jolie: Orginal Sin, Helle Berry: Monster’s Ball,
dan seterusnya. Persisnya tidak ada beda antara keartisan dan kesundalan Sylado, 2007: 24.
commit to user 77
Pada kutipan novel di atas menjelaskan stereotipe yang menimpa selebriti perempuan. Mereka kerap disamakan dengan pekerja seksual.
Mereka tidak hanya berakting tetapi juga menjual vaginanya. Perbedaannya hanya terletak pada cara menjual tubuhnya. Para
selebriti menjual tubuhnya dengan cara terhormat mereka membintangi film kenamaan dengan beradegan intim dengan
aktornya. Stereotipe yang menimpa pekerja seni identik dengan kaum
perempuan, padahal laki-laki pun banyak yang membintangi film porno. Hal tersebut membuktikan bahwa hanya perempuan yang
dipandang negatif. Stereotipe yang menimpa selebriti perempuan sangatlah tidak adil. Adanya pelabelan negatif didasari perbedaan
jenis kelamin. Asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa hanya tubuh perempuan yang dapat dieksploitasi menjadikan laki-laki luput
dari pelabelan negatif. Bolehlah dikatakan, perusahaan-perusahaan kosmetik menjadi
maju sebab barang-barangnya gincu, minyak wangi, bedak-pupur, cat kuku, bulu mata palsu dan seterusnya dipakai tiap hari oleh
perempuan dalam rangka membentuk kecantikannya supaya dikagumi dan dipuji Sylado, 2007: 14.
Pada kutipan di atas menjelaskan adanya stereotipe terhadap kaum perempuan. Perempuan lebih banyak dilihat dari tubuh, sehingga segi
intelektual perempuan dipandang sebelah mata.
commit to user 78
Kaum laki-laki beranggapan bahwa semua perempuan akan mempercantik diri untuk menarik perhatian mereka. Hal tersebut
dimanfaatkan oleh industri kecantiakan untuk meraih untung sebanyak-banyaknya. Adanya anggapan tersebut membuat perempuan
menjadi objek eksploitasi. Kutipan di bawah ini juga menjelaskan stereotipe pada perempuan
korban trafficking. Harkat dan martabat mereka diinjak-injak dan dipandang sebelah mata. Mereka diperlakukan seperti robot, tenaga
mereka diperas untuk memuaskan nafsu laki-laki. Mereka diperlakukan semena-mena apabila tidak memberikan manfaat nyawa
mereka menjadi taruhannya. Dalam hati Indayati muncul kata-kata berikut: “dasar laki-laki
Mereka menyukai tubuh yang mulus, mengabaikan hati yang tulus. Mereka cuma memandang perempuan dari sudut manfaat, bukan
martabat. Mereka, melulu berpikir tentang nikmat perempuan, ketimbang hikmat perempuan. Mereka bukan memberdayakan tapi
memperdayakan Sylado, 2007: 104. Stereotipe pada kutipan di atas nampak pada pengalaman hidup
Indayati. selama ini laki-laki yang datang padanya hanya mengharapkan tubuh Indayati yang mulus. Mereka hanya
memanfaatkan perempuan untuk melampiaskan nafsu. Laki-laki selalu mempunyai cara untuk menikmati perempuan. Mereka tidak
memandang ketulusan hati dan budi pekerti yang terpenting adalah kepuasan.
commit to user 79
2. Kekerasan