commit to user 108
begitu mencintai putranya. Rasa cinta yang besar terhadap putranya membuatnya mampu bertahan dalam menghadapi cobaan hidup.
Seorang perempuan, disadari Indayati boleh bohong tentang ketulusan kasih-sayang kepada laki-laki yang menjadi suaminya
sebagai jantung hati, tapi tidak boleh bohong tentang ketulusan cinta- kasih sayang kepada lelaki yang menjadi putranya sebagai
buah hati. Itulah tanggung jawab masa depan yang elok, yang tak boleh lekang dalam roh dan jiwa kendatipun diketahui Indayati,
tubuhnya ditindas, dihisap, diperdayakan seperti sekarang ini dari sisa masa lalu yang cacat Sylado, 2007: 231.
Peribahasa “
Kasih anak sepanjang galah kasih ibu sepanjang jalan”
tergambar jelas dalam diri Indayati. Bagi Indayati rasa cinta terhadap suami dapat hilang, namun rasa cinta terhadap buah hatinya
akan kekal. Indayati memiliki tanggung jawab yang besar untuk masa depan anaknya. Semangat Indayati tidak pernah padam, meskipun ia
ditindas dan diperlakukan semena-mena.
d. Nilai estetika
Nilai estetika mampu menghidupkan pengetahuan pembaca dan membangkitkan aspirasi pembaca untuk melakukan yang terbaik.
Nilai estetika memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial, dan keagamaan yang relevan dengan kehidupan masa kini maupun masa
yang akan datang. Nilai estetika dalam novel
Mimi Lan Mintuna
dapat di lihat pada beberapa kutipan di bawah ini.
Justru ketika hayat masih dikandung badan, dan badan masih mengeluarkan peluhnya entah di susah entah di senang, maka
commit to user 109
sadarlah Indayati terhadap semua peristiwa dari bagian-bagian kehidupan selalu ada waktu-waktunya masing-masing. Indayati
tidak berhenti berharap pada segala waktu yang gaib berubah di rodanya hlm.160.
Nilai estetika dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan selalu ada waktunya masing-
masing. Manusia tidak perlu mengeluh karena dalam kehidupan pasti akan merasakan kesedihan dan kebahagiaan.
Segala peristiwa yang dialami manusia layaknya roda yang berputar. Indayati menyadari bahwa kesusahan yang menimpanya
pasti akan berakhir bahagia. Hal tersebut yang mendorong Indayati tidak berhenti berharap akan datangnya kebahagiaan.
Pada kutipan novel di bawah ini terdapat nilai estetika yang dapat dijadikan perenungan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Tokoh
Indayati menyadari bahwa penyesalan tidak ada gunanya kecuali merubahnya dengah tekad. Segala sesuatu yang terjadi tidak akan
pernah bisa diulang. Kegagalan tidak perlu disesali tetapi perlu diperbaiki.
Dalam diam barangkali ada 1000 kata sesal yang bisa disembuhkan. Namun ada 1000 kata sangkal yang menyadarkan
indrayati bahwa sudah terjadi dalam perbuatan, takkan bisa lagi dihapus dengan stip kecuali menggantikannya dengan tekad untuk
mengubah nasib pada hari-hari mendatang Sylado, 2007: 182. Pada mulanya Indayati kerap menyesali nasip yang menimpanya,
namun ia menyadari bahwa masih ada harapan untuk merubahnya.
commit to user 110
Nilai estetika pada kutipan di atas memberikan pencerahan batin, bahwa penyesalan harus dijadikan motivasi untuk menjadi lebih baik.
Kutipan novel di bawah ini mengandung nilai estetika yang dapat dijadikan arahan untuk memperbaikai diri. Kesalahan yang dilakukan
orang lain akan membawa hikmah bagi orang-orang disekitar. Kata ayahnya, yang takkan pernah dilupakannya, “Kesalahan
memang bisa melahirkan kejahatan. Semua bersumber pada keputusan hati sendiri. Jadi jangan salahkan orang lain, tilik dulu
kesalahan sendiri. Untuk semua hal, yang penting adalah berpikir dan bertindak semadyannya. Dengan memilih jalan itu, hidup
manusia akan selalu laras” Sylado, 2007: 282. Perkataan ayah Petruk pada kutipan di atas mengandung makna
bahwa sebelum menilai buruk orang lain introspeksi diri terlebih dahulu. Kesalahan memang dapat melahirkan kejahatan, namun
semua itu dapat dikendalikan dengan pikiran yang jernih. Kesalahan yang dilakukan seseorang hendaknya dapat dijadikan pelajaran
berharga, baik diri sendiri maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, kesalahan yang diperbuat orang lain hendaknya dapat
diambil hikmahnya. Belajar dari kesalahan orang lain membuat kita berpikir dan bertindak lebih bijak.
Nilai estetika yang dapat diambil dalam kutipan di bawah ini menerangkan betapa pentingnya perjuangan dalam melawan
keraguan. Ketidakyakinan dalam hidup merupakan hambatan besar
commit to user 111
untuk melangkah menjadi lebih maju. Oleh karena itu, perlu adanya keyakinan dalam diri untuk menjalani kehidupan.
Apakah hidup itu hanya satu perpanjangan waktu terhadap kematian yang pasti ataukah hidup itu adalah perlawanan yang
mati-matian terhadap keyakinan yang tidak pasti Sylado, 2007: 78.
B. Pembahasan
1. Bentuk Ketidakadilan Gender
Menurut Fakih 2008:14 ketidakadilan gender termanifestasikan dalam
berbagai bentuk
ketidakadilan meliputi:
marginalisasi, subordinasi, stereotipe dan kekerasan
e. Marginalisasi
Menurut pendapat Fakih 2008:14 marginalisasi merupakan sebuah proses pemiskinan yang terjadi di masyarakat dan negara
yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya penggusuran, bencana alam atau
eksploitasi dan gender. Marginalisasi kerap menimpa kaum perempuan baik di dalam
rumah tangga maupaun ranah publik. Marginalisasi diperkuat oleh sistem adat istiadat maupaun tafsir keagamaan.
Marginalisasi dalam novel
Mimi Lan Mintuna
Karya Remy Syladoberupa ekspoitasi perempuan. Marginalisasi menimpa tokoh
Indayati, Kalyana dan Kokom. Mereka bertiga merupakan korban