Faktor yang mempengaruhi eksistensi

commit to user 90 kecemasan yang mencekam menjadikannya tidak memiliki keberanian untuk menjalani hidup.

2. Faktor yang mempengaruhi eksistensi

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari lingkungan masyarakat. Kehidupan manusia memerlukan adanya sebuah eksistensi, tak terkecuali perempuan. Eksistensi perempuan merupakan keberadaan perempuan dalam merealisasikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat. Perjuangan untuk mewujudkan eksistensi perempuan tidaklah mudah. Perlu adanya perjuangan untuk mewujudkannya. Hal tersebut dikarenakan adanya hambatan yang timbul akibat ketidaksetaraan gender. Eksistensi perempuan tidak dihargai karena perempuan dianggap tidak memiliki kualitas tertentu seperti yang dimiliki laki-laki. Perempuan disetereotipkan sebagai makhluk yang lemah, bodoh dan miskin. Ada beberapa hal yang mempengaruhi eksistensi perempuan diantaranya: keluarga, pendidikan, dan budaya. a. Budaya Manusia tidak bisa hidup tanpa masyarakat sekitarnya. Sebagai makhluk sosial manusia tentu akan patuh terhadap norma, adat dan budaya yang ada di sekitarnya demi mewujudkan ketentraman hidupnya. Norma, adat dan budaya yang terdapat di masyarakat tidak selamanya menjadi pijakan menguntungkan. Budaya dapat merugikan commit to user 91 dan menguntungkan kelompok tertentu, Misalnya budaya patriarkhi yang masih berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat. Budaya Patriarkhi dapat merugikan kaum perempuan apabila tidak melihat konteks kehidupan pada waktu sekarang. Budaya memberikan pengaruh negatif terhadap kemajuan eksistensi perempuan dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. “Salahnya juga lingkungan masyarakat tradisional di Indonesia yang membentuk pikiran suami untuk melarang istrinya bekerja. Inilah akibat-akibatnya Sylado, 2007: 233. Budaya patriarkhi dalam kutipan novel di atas memberikan dampak negatif terhadap eksistensi perempuan. Petruk suami Indayati masih mempertahankan nilai-nilai budaya patriarkhi yang sudah tidak dapat diterapkan pada zaman sekarang. Selama menjadi istri Petruk, Indayati tidak diperbolehkan untuk bekerja. Indayati hanya diperkenankan untuk berada diranah domestik. Kehidupan Indayati hanya sebatas sumur, kasur dan dapur. Hal tersebut sangatlah bertentangan dengan prinsip hidup Indayati. Indayati yang pernah mengenyam pendidikan Sekolah Asisten Apoteker ingin memanfaatkan ilmu yang diperolehnnya. Pendidikan yang diperolehnya merupakan sarana untuk mewujudkan eksistensinya di masyarakat. Pengaruh budaya patriarkhi yang menempatkan perempuan pada ranah domestik menghambat eksistensi perempuan. Pasalnya ruang commit to user 92 gerak perempuan dibatasi dan tidak memiliki wadah untuk mengembangkan potensinya. Budaya patriarkhi sudah sepatutnya tidak membelenggu kebebasan perempuan. Perempuan yang berkiprah dalam ranah publik tidak selamanya merusak keharmonisan rumah tangga. b. Keluarga Dulu, sebelum kawin dengan petruk, dia bekerja di apotek besar di Ungaran. Dia keluar dari situ, sebab setelah nikah dengan petruk, suaminya ini melarangnya bekerja Sylado. 2007: 9. Pada kutipan di atas menerangkan adanya kekecewaan Indayati terhadap budaya patriarkhi. Budaya patriarkhi yang berkembang di Indonesia memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir masyarakat. Laki-laki menganggap budaya patriarkhi sebagai aturan yang harus ditaati. Aturan tersebut bersifat mengikat, meskipun tidak terdapat sanksi moral bagi yang melanggar. Budaya patriarkhi merupakan sistem norma yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Adanya budaya patriarkhi yang diturunkan secara turun temurun menjadikannya sebagai landasan untuk melegalkan dominasi laki-laki baik dalam ranah domestik maupun publik. Akibatnya keluarga justru menjadi penghambat eksistensi perempuan. commit to user 93 Dalam kutipan novel di atas suami Indayati termasuk laki-laki yang memegang teguh budaya patriarkhi. Petruk yang dibesarkan dalam keluarga Jawa memiliki pandangan bahwa kodrat perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga. Oleh sebab itu, Indayati tidak diizinkan untuk bekerja. c. Pendidikan Terpikir olehnya, siapa nyana ilmu yang dulu diperolehnya dari SAA, Sekolah Asisten Apoteker di Semarang, bisa memberinya pekerjaan sesuai bakatnya Sylado, 2007: 9. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mendukung eksistensi. Perempuan yang berpendidikan akan berusaha menunjukkan eksistensinya pada ranah publik. Pendidikan yang ditempuh perempuan merupakan salah satu cara untuk melegalkan bahwa perempauan memiliki kepandaian yang sama dengan laki-laki. Mereka pun dapat menjadi patner yang baik dalam bekerja. Hendaknya seluruh kaum perempuan menyadari betapa pentingnya pendidikan dalam membangun kesetaraan gender. Pendidikan merupakan salah satu cara bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya. commit to user 94

3. Emansipasi