2 Studi empiris tentang pengaruh right issue terhadap harga saham di pasar
modal luar negeri memiliki hasil yang beragam. Loughan dan Jay Ritter 1997 meneliti kinerja perusahaan yang melakukan right issue dan yang
tidak melakukan right issue dengan melihat return yang dihasilkannya. Hasilnya menunjukkan return perusahaan yang melakukan right issue lebih
rendah dari pada yang tidak melakukan right issue. Temuan ini konsisten dengan model signalling theory yang mengasumsikan adanya informasi asimetri di
antara berbagai partisipan di pasar modal. Signalling theory menyatakan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman penambahan saham
baru yang mengindikasikan adanya penurunan nilai perusahaan. Investor menangkap keputusan ini sebagai sinyal memburuknya kondisi kesehatan
perusahaan. Right issue merupakan hak bagi pemegang saham lama yang dikeluarkan oleh
emiten, biasanya ditawarkan di bawah harga pasar. Menurut Putra 2006 dalam jurnalnya rasio-rasio keuangan untuk mengukur right issue adalah current ratio,
debt to equiry ratio, asset total turn over, net profit margin, return on asset, return on equity.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap right issue perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2005- 2010?”.
Universitas Sumatera Utara
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap right issue perusahaan sektor perbankan di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005- 2010”.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi penulis untuk dapat
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan serta memperluas wahana berfikir secara ilmiah dalam bidang pasar modal.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai referensi yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang
yang sama yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Achmad 2004 : 5 pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan sekuritas jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
obligasi maupun modal sendiri saham yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal sebagai
wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah
go public. Husnan, 2004 : 34. Menurut Yuliati, dkk 2000 : 34, pasar modal merupakan salah satu
wahana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam atau luar negeri. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana
khususnya dana jangka panjang bagi perusahaan. Sedangkan menurut investor pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan
dananya dalam asset financial. Kehadiran pasar modal akan menambah pilihan investasi, sehingga kesempatan untuk mengoptimalkan fungsi utilitas masing-
masing investor menjadi semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
5 Menurut Usman 1989 pasar modal merupakan pelengkap sektor
keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik
modal dalam hal ini disebut pemodal investor dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten perusahaan yang go public.
Menurut Husnan 2004 pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan,
baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public autortities, maupun perusahaan swasta.
2.1.2 Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti 2001 : 8 manfaat pasar modal bagi emiten adalah sebagai berikut :
a. Jumlah dana yang dapat dihimpun dalam jumlah yang besar.
b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
c. Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam hal
pengolahan dana perusahaan. d.
Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga dapat memperbaiki citra perusahaan.
e. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan. g.
Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. h.
Tidak ada bebas finansial yang tetap.
Universitas Sumatera Utara
6 i.
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. j.
Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu. k.
Profesionalisme dalam manajemen meningkat. Menurut Anoraga dan Pakarti 2001 : 13 manfaat pasar modal bagi para
investor adalah sebagai berikut : 1.
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital
gain. 2.
Memperoleh dividen bagi mereka yang memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengembang bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS Rapat Umum Pemegang Saham, dan
mempunyai hak suara dalam REPO bila diadakan bagi pemegang obligasi. 4.
Dapat dengan mudah mengganti investasi, misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi
resiko.
2.1.3 Sejarah Pasar Modal Indonesia
Sejarah pasar modal Indonesia menurut Achmad 2004 : 34 adalah sebagai berikut :
Pasar modal di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Perdagangan efek dimulai pada tanggal 14 Desember 1912
bersamaan dengan berdirinya vereniging voor de effectenhandel, anggotanya adalah semula 13 makelar yang diperjual belikan adalah saham dan obligasi
perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, juga obligasi yang
Universitas Sumatera Utara
7 dikeluarkan oleh pemerintahan Belanda, sertifikat saham perusahaan Amerika dan
efek Belanda lainnya : a.
Periode 1962 sampai dengan 1929 Pasar modal ini mulai masuk dikalangan perbankan Belanda untuk turut serta
sebagai makelar. Semua anggota bursa adalah pengusaha Belanda dan pemodalnya adalah perorangan, pensiunan, lembaga investasi dan perusahaan
yang dikuasai oleh Belanda. Pada saat berlangsungnya perang dunia II sekitar tahun 1939 Bursa Surabaya
dan Semarang ditutup menyusul kemudian Bursa Efek Jakarta, hingga aktivitas pasar modal Indonesia terhenti.
Tahun 1950 pemerintah Indonesia mengeluarkan obligasi, guna mendorong untuk mengaktifkan pasar modal di Indonesia. Dengan UU Darurat No. 13
tanggal 1 September 1951, yang berubah menjadi UU No. 151952 tentang bursa dan Keputusan Menteri Keuangan No. 189737UU tanggal 1 Nopember
1951. Hingga tanggal 3 Juni 1952 dibuka kembali Bursa Efek Jakarta, setelah terhenti selama kurang lebih 13 tahun. Dengan dibukanya kembali Bursa
Efek Jakarta BEJ, aktivitas pasar modal semakin berkembang, hanya keadaan ini berlangsung hingga sampai tahun 1958.
b. Periode 1967 sampai dengan 1976
Pada masa orde baru banyak kebutuhan pendanaan pembangunan. Sehingga pemerintah pada tahun 1971 memperkenalkan deposit dan tabanas serta
taska. Bersamaan dengan itu Bank Indonesia mengeluarkan Sertifikat Bank
Universitas Sumatera Utara
8 Indonesia. Pada tahun 1974, bank-bank diberi kesempatan untuk mengadakan
interbank call money market. Keppres No. 521976, ditetapkan pendirian pasar modal, membentuk BPPM
dan Bapepam, serta membentuk badan pemecah saham dalam sertifikat yang dilakukan oleh PT. Danareksa. PP No. 251976 ditetapkan penyertaan modal
sebesar Rp. 50 miliar bagi PT. Danareksa, memberikan keringanan pajak bagi perusahaan yang go public dan membeli saham serta peraturan permainan
di pasar modal. Pada tanggal 10 Agustus 1977 kegiatan pasar modal diresmikan oleh Presiden
Soeharto di Jl. Merdeka Selatan Jakarta, dengan misi dan motivasi khas Pasar Modal Indonesia.
Perkembangan selanjutnya ternyata menunjukkan bahwa prioritas yang diberikan kepada PT. Danareksa telah menyebabkan berkurangnya kegairahan
pasar modal Indonesia. Karena sedikitnya banyak mempengaruhi penciptaan capital gain sebagai hal yang menarik pemodal untuk meramalkan pasar
modal, karena fungsinya sebagai stabilisator harga. Menciptakan pasar modal yang sehat, maka pemerintah telah melakukan
berbagai deregulasi seperti Paket Kebijaksanaan Desember 1987. Paket Desember 1988, dan Paket Januari 1990, yang pada prinsipnya merupakan
langkah-langkah penyesuaian peraturan-peraturan yang bersifat mendorong tumbuhnya pasar modal yang sehat.
Universitas Sumatera Utara
9
2.2 Rasio Keuangan 2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak
akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka- angka yang terkandung di dalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat
membentuk rasio-rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan
yang signifikan dari data keuangan perusahaan.
2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan a. Keunggulan Rasio Keuangan
Menurut Harahap 2006 : 298 rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan. 2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan. 5.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
Universitas Sumatera Utara
10 6.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
b. Kelemahan Rasio Keuangan
Menurut Syahyunan 2004 : 81 rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain :
1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian
persediaan. 3.
Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil
manipulasi. 4.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
2.2.3 Pengelompokan dan Perhitungan Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 51 rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti perusahaan tersebut mempunyai alat
pembayaran aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar. Rasio yang umum dipergunakan adalah :
Universitas Sumatera Utara
11 a
Rasio Lancar Current Ratio Rasio lancar, yitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya untuk menghitung current ratio adalah sebagai
berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 52 :
Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi resiko lancar
yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk
membayar deviden, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih. Dalam melihat
rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi ekonomi
makro secara umum. b
Quick Test Ratio Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar dikurangi dengan
persediaan untuk membayar kewajiban lancarnya. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik di dalam melihat likuiditas perusahaan jika
dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama dikonversi menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
12 Rumus untuk menghitung Quick Test Ratio adalah sebagai berikut Darsono
dan Ashari, 2005 : 52:
Dalam menganalisis Quick Test Ratio, faktor lain yang perlu
dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan.
c Rasio Modal Kerja Bersih Net Working Capital
Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal kerja bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya untuk menghitung Net
Working Capital adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2006 : 53 :
d Cash Ratio
Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio
juga mengasumsikan piutang sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam kondisi perekonomian yang
sulit, karena perusahaan akan mengalami kesulitan mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu melunasi kewajiban
jangka pendek hanyalah kas dan surat-surat berharga. Dalam kondisi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi likuiditas
Universitas Sumatera Utara
13 perusahaan secara lebih aktual. Cash ratio yang dianggap ideal bagi
perusahaan adalah sekitar 5 sampai dengan 10. Rumusnya untuk menghitung Cash Ratio adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 :
53 :
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 54 rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam membayar kewajiban jika
perusahaan tersebut dilikuiditasi. Rasio ini disebut juga rasio laverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio yang umum
dipergunakan adalah: a
Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini
menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran
bunga pada kreditur. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan
Universitas Sumatera Utara
14 mengurangi dividen. Rumusnya untuk menghitung debt to asset ratio
adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 54 :
Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba
yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil.
b Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi
rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang,
semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang. Rumusnya untuk menghitung debt to
equity ratio adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 54:
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 56 rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa
Universitas Sumatera Utara
15 efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas sering
digunakan di dalam penelitian ini adalah : a
Gross Profit Margin Rasio gross profit margin yaitu untuk mengukur efisiensi pengendalian
harga pokok penjualan, mengidentifikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan
kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita dapat tahu bahwa setiap satu barang yang terjual oleh
perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan kotor sebesar x ruapiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan
kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan. Rumusnya untuk menghitung Gross Profit Margin
adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 56:
b Net Profit Margin
Net profit margin adalah laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan
pada setiap penjualan dilakukan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap
penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya operasional. Rumusnya untuk menghitung Net Profit Margin adalah sebagai berikut
Darsono dan Ashari, 2005 : 56 :
Universitas Sumatera Utara
16 c
Return on Asset ROA Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan. Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah
perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumusnya untuk menghitung Return on Asset
ROA adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 57 :
d Return on Equity ROE
Return on Equity adalah untuk mengukut kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Rumusnya
untuk menghitung Return on Equity ROE adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 57 :
4. Rasio Aktivitas
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 59 rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva
Universitas Sumatera Utara
17 yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Rasio aktivitas
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : a
Receivable Turnover Receivable Turnover adalah penjualan bersih dibagi dengan rata-rata
piutang dagang. Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan di dalam penagihan piutang yang dimilikinya. Akan
tetapi, rasio yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan para pelanggan lari dikarenakan adanya kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini dapat juga
dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang yang tidak
tertagih. Rumusnya untuk menghitung Receivable Turnover adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 59 :
b Rata-rata Penerimaan Piutang RPP
Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun 365 dibagi receivable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat
dalam jangka waktu beberapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya untuk menghitung rata-rata penerimaan piutang adalah
sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 59:
Universitas Sumatera Utara
18 Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi penerimaan
piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih.
c Inventory Turn Over
Inventory Turn Over yaitu rasio yang untuk mengukur efisiensi barang dagangan. Rumusnya untuk menghitung Inventory Turn Over adalah
sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 60.
d Lama Persediaan Mengendap LPM
Lama persediaan mengendap yaitu untuk mengetahui berapa lama jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Rumusnya untuk
menghitung lama persediaan mengendap adalah sebagai berikut Darsono dan Ashari, 2005 : 60 :
e Total Asset Turn Over TATO
Total Asset Turn Over yaitu untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva di dalam penjualan. Rumusnya untuk
Universitas Sumatera Utara
19 menghitung Total Asset Turn Over adalah sebagai berikut Darsono dan
Ashari, 2005 : 60 :
2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham
Saham Common Stock merupakan salah satu jenis efek yang banyak diperdagangkan di pasar modal. Bahkan sampai saat ini dengan makin
banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk dalam jual beli saham
Anogara dan Pakarti, 2001 Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang yang mempunyai saham
suatu perusahaan berarti telah memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen dibayarkan Hanafi, 2004.
2.3.2 Jenis-Jenis Saham 2.3.2.1 Menurut Cara Peralihan
Menurut Achmad 2004 jenis-jenis saham berdasarkan peralihan adalah sebagai berikut :
a. Saham Atas Unjuk
Setiap pemegang saham atas unjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh bayaran atas
dividen dan menghadiri RUPS.
Universitas Sumatera Utara
20 b.
Saham Atas Nama Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham
dan tercatat dalam daftar pemegang saham perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh
dividen, dan menghadiri RUPS.
2.3.2.2 Menurut Hak Tanggungan
Menurut Achmad 2004 jenis-jenis saham berdasarkan hak tanggungan adalah sebagai berikut :
a. Saham Biasa Common Stock
Saham biasa merupakan saham yang tidak memiliki hak istimewa, pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pemegang saham preferen. b.
Saham Preferen Preferred Stock Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian dividen dan
pembagian kekayaan pada saat perusahaan di likuidasi jika dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
2.4 Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan pencerminan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pada pasar
sekunder harga saham bergerak mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham tersebut. Pertimbangan pembeli dan penjual dalam
melakukan transaksi di bursa efek juga dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham.
Universitas Sumatera Utara
21 Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, dan
kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini dari saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham
tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1.
Apabila nilai intrinsik harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued harganya terlalu rendah, oleh sebab itu seharusnya dibeli atau
ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. 2.
Apabila nilai intrinsik harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai overvalued harganya terlalu mahal, oleh sebab itu saham sebaiknya dijual.
3. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
2.5 Peneliti Terdahulu